Kokohnya Kerajaan Sunda, Singasari dan Majapahit Tak Berhasil Menguasai

Kokohnya Kerajaan Sunda, Singasari dan Majapahit Tak Berhasil Menguasai

Gaya Hidup | BuddyKu | Minggu, 16 Juli 2023 - 05:14
share

KERAJAAN Pajajaran sulit untuk ditaklukkan pada masanya. Dalam riwayatnya, diketahui bahwa Kerajaan Singasari dan Majapahit yang menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara pun tidak pernah mampu untuk menaklukan Kerajaan Sunda itu.

Padahal luas Kerajaan Pajajaran hanya sepertiga atau seperdelapan Pulau Jawa. Berbagai wilayah di Jawa dikuasai Kerajaan Majapahit kala itu.

Apabila dulu Pajajaran bisa bekerja sama dengan Majapahit mungkin saja akan terjadi akulturasi budaya dan tercipta rumpun suku baru dengan adat budaya serta bahasa baru.

Kuatnya Armada Perang Pajajaran Semasa Prabu Siliwangi Bikin Disegani Lawan

Sikap Kerajaan Pajajaran yang tidak mau tunduk kepada Majapahit membuat tidak adanya percampuran budaya antara Sunda maupun Jawa.

Keteguhan rakyat Kerajaan Pajajaran dalam mempertahankan adat dan budayanya dari pengaruh Jawa oleh Kerajaan Majapahit, membuat orang Sunda sedikit berbeda dengan orang-orang yang tinggal di Pulau Jawa pada umumnya.

Hingga kini, adat budaya dan bahasa Sunda masih terus lestari. Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan Hindu di Tatar Pasundan yang didirikan oleh orang-orang dari etnis Sunda.

Mahkota Binokasih, Pusaka Pajajaran untuk Penobatan Raja Sumedanglarang

Pajajaran menguasai wilayah seluas 300 league atau sekitar 1.176 km, mencakup Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Cimanuk, dan Sungai Cimanuk. Pusat pemerintahan atau ibu kota terakhir Pajajaran sebelum hancur oleh pasukan Islam dari Demak dan Banten berada di sebuah kota bernama Dayo.

Para ahli meyakini, Dayo yang dimaksud adalah kawasan yang meliputi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor di Jawa Barat saat ini. Hal ini diketahui dari sejumlah naskah-naskah kuno dan catatan perjalanan penjelajah Eropa.

Tome Pires dalam catatan perjalanannya Suma Oriental menyebut bahwa Dayo menjadi kota yang paling sering ditinggali oleh Raja Pajajaran. Raja memiliki istana yang sangat megah, dibangun dengan 330 pilar kayu setinggi lima depa, dengan ukiran indah di atasnya.

Kemudian pada 1856, Administrator orientalis dan kolonial John Crawfurd (1783-1868), berhasil memecahkan soal misteri lokasi Kota Dayo. Crawfurd melakukan penelitian yang dicatat dalam A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjent Countries.

Buitenzorg (Bogor) adalah ibukota Kerajaan Pajajaran karena ditemukan bekas fondasi istana, banyak sekali puing-puing bebatuan serta prasasti, jelas Crawfurd.

Kemudian berdasarkan naskah kuno atau prasasti juga Ibu Kota Pajajaran menyebut pusat Kerajaan Pajajaran berada di Bogor, yang dalam Prasasti Batu Tulis disebut Pakuan. Tom Pires (1513 M) menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Sunda disebut dayo (dayeuh) itu terletak sejauh sejauh dua hari perjalanan dari Kalapa (Jakarta).

Ibu Kota Pajajaran sempat berpindah-pindah. Secara kronologi berada di Galuh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan. Ibu kota Pajaran dibagi ke dalam dua bagian.

Yaitu Kota bagian Dalam dan Kota bagian Luar. Kota Dalam dan Kota Luar dibatasi benteng alam berupa bukit memanjang di sebelah timur. Struktur Ibu Kota Pajajaran diperkuat oleh sungai alam, parit kecil yang melewati bagian barat keraton, dan benteng buatan di selatan.

Benteng yang berlapis-lapis ini dibuat untuk menangkis serangan pasukan Islam dari luar (Demak, Banten, dan Cirebon).

Walau begitu, pada tahun 1579 Masehi Kerajaan Pajajaran hancur oleh pasukan Kerajaan Islam setelah melalui pertempuran sengit. Kerajaan Pajajaran pun berakhir di Pakuan, yang sekarang menjadi Bogor.

Topik Menarik