Kisah Perempuan Penjual Telur Ayam Sukses Dirikan Bluebird dari 2 Mobil

Kisah Perempuan Penjual Telur Ayam Sukses Dirikan Bluebird dari 2 Mobil

Gaya Hidup | BuddyKu | Kamis, 15 Juni 2023 - 06:52
share

JAKARTA, iNews.id - Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono adalah salah satu perempuan sukses berbisnis di dunia yang identik dengan laki-laki. Dia adalah pendiri Bluebird, salah satu transportasi publik paling populer di Indonesia.

Mengutip sejumlah sumber, Mutiara adalah sosok pekerja keras sejak kecil. Dia lahir di Malang pada 17 Oktober 1921 dari keluarga cukup berada, namun saat usianya menginjak 5 tahun, keluarganya bangkrut, sehingga Mutiara harus hidup sederhana dan kerja keras membantu keluarganya.

Setelah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Mutiara hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Di sini, dia bertemu dan menikah dengan Prof. Djokosoetono.

Djokosoetono adalah dekan pertama Fakultas Hukum UI. Dia adalah seorang pakar hukum yang ikut mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian dan Akademi Hukum Militer.

Setelah menikah, Mutiara tetap hidup sederhana dan membantu suaminya dengan berjualan batik dari rumah ke rumah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Namun bisnis batiknya bangkrut karena resesi, hingga akhirnya beralih berjualan telur ayam. Dia pun mengajarkan putranya, Purnomo Prawiro dan Chandra Suharto berbisnis telur ayam hingga tumbuh dan berkembang.

Mutiara
Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, pendiri taksi Blue Bird. (Foto: Istimewa)

Ketika suaminya meninggal dunia pada 1965, Mutiara membeli bemo dari Departemen Perindustrian. Dia menyerahkan bemo itu kepada putranya untuk melayani rute Harmoni-Kota.

Kemudian seiring waktu, berkat jasa suaminya, Mutiara mendapatkan hadiah dua mobil sedan, Opel dan Mercedes dari PTIK dan AHM. Dua mobil itu yang menjadi cikal bakal berdirinya Bluebird.

Dia awalnya mendirikan Chandra Taksi, dengan tarif per meter. Nama ini diambil dari nama putra sulungnya, Chandra yang kerap melayani panggilan layanan taksi.

Bisnis taksinya pun berkembang menjadi memiliki beberapa unit. Namun sempat terkendala masalah perizinan karena hanya punya 60 unit. Jumlah tersebut jauh di bawah yang disyaratkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di mana perusahaan taksi harus memiliki minimal 100 unit.

Dia pun mencari dana untuk menambah unit taksinya, dengan meminjam uang ke Bank Bumi Daya. Setelah berhasil dan akhirnya mendapatkan izin, Chandra Taksi berganti nama menjadi Bluebird. Penamaan Bluebird karena Mutiara terinspirasi kisah The Bird of Happiness, kisah gadis kecil miskin yang menemukan burung biru dan akhirnya hidup bahagia.

Dengan kemampuannya mengelola bisnis, jumlah taksinya pun terus bertambah. Pada 1985, perusahaan memiliki lebih dari 2.000 unit taksi. Bluebird juga dipercaya sebagai salah satu taksi yang melayani tamu-tamu KTT Non Blok 1992.

Setahun kemudian, taksi eksekutif Silverbird diresmikan. Bluebird pun terus berinovasi seiring perkembangan zaman hingga mampu bertahan dan menjadi perusahaan taksi terbesar di Indonesia. Pada 1994, Blue Bird mulai menggunakan computerized system untuk mengoperasikan call center .

Namun ketika Bluebird semakin berkembang, Mutiara jatuh sakit. Dia menderita kanker paru-paru. Dia pun fokus menyembuhkan sakitnya dan perlahan menyerahkan perusahaan kepada putranya. Mutiara meninggal dunia pada 10 Juni 2000 setelah menjalani perawatan intensif di RS Medistra, Jakarta.

Meski telah tiada, semangat Mutiara tetap ada dan membuat Bluebird terus berkembang. Pada 2002, Bluebird resmi menggunakan warna biru metalik yang menjadi ciri khas taksi tersebut hingga kini. Pada 2007, Bluebird meresmikan taksi eksekutif pertama di Indonesia dengan menggunakan Mercedes Benz.

Kemudian pada 2010, batik diresmikan sebagai seragam Bluebird. Empat tahun kemudian atau pada 2014, Bluebird menjadi perusahaan publik, dengan nama PT Blue Bird Tbk dan kode emiten BIRD.

Sejak itu, Bluebird Group terus berkembang dan memperluas layanannya, tidak hanya taksi dan bus, tapi juga kontainer, alat berat, logistik hingga properti. Perusahaan memiliki layanan taksi umum (Blue Bird & Pusaka) sampai taksi eksekutif (Silver Bird), limosin dan penyewaan mobil (Golden Bird), carter bus (Big Bird), logistik (Iron Bird Logistic) Industri (Restu Ibu Pusaka - Bus Body Manufacturing dan Pusaka Niaga Indonesia).

Perusahaan juga melakukan ekspansi ke sektor properti, dengan mendirikan Holiday Resort Lombok dan Pusaka Bumi Mutiara. Selain itu, IT dan layanan mendukung (Hermis Consulting - IT SAP, Pusaka Integrasi Mandiri - EDC, Pusaka GPS, Pusaka Buana Utama - Petrol Station, Pusaka Bersatu - Lubricant, Pusaka Suku Cadang Indonesia - Spare Part), serta alat berat (Pusaka Andalan Perkasa dan Pusaka Bumi Transportasi).

Topik Menarik