Napak Tilas Makam Pangeran Walangsungsang di Cirebon Girang
CIREBON- Situs Makam Mbah Kuwu Sangkan atau Pangeran Walangsungsang, merupakan salah satu wisata spiritual favorit lainnya bagi warga Ciayumajakuning selain Makam Sunan Gunung Jati.
Meski hampir orang mengunjungi situs makam ini, pasti di antaranya belum mengetahui sejarah dari paman Sunan Gunung Jati tersebut.
Berlokasi di Desa Cirebon Girang, Talun, situs makam kramat seorang tokoh agama yang sangat berpengaruh pada masanya yakni Mbah Kuwu Sangkan leluhur Cirebon.
Mbah Kuwu Sangkan atau biasa disebut Pangeran Cakrabuana sesungguhnya memiliki nama Pangeran Walangsungsang. Pangeran Walangsungsang merupakan putra tertua Prabu Siliwangi juga Kakak dari Raden Kian Santang, dan Nyi Mas Rara Santang.
Menurut Wakil Juru Kunci setempat Gozali Abdullah (60 tahun) kala itu, Pangeran Walangsungsang mendapatkan mimpi untuk mencari agama Islam.
"Dari mimpi itu, Pangeran Walangsungsang keluar dari istana untuk berkelana mencari agama Islam," kata Gozali, Selasa (13/6/2023).
Bukan hanya Pangeran Walangsungsang, kedua adiknya Raden Kian Santang (Sunan Rahmat), dan Nyi Mas Rara Santang (Syariffah Mudaim) juga pergi berkelana. Namun, ketiganya pergi secara terpisah. Kendati demikian, ketiganya kembali dipertemukan di tanah Cirebon.
Tiba di tanah Cirebon dan bertemu dengan Syekh Nur Jati asli Baghdad, ketiganya mempelajari Islam selama beberapa tahun hingga akhirnya menjalankan ibadah haji bersama ke Makkah.
Pulang dari Tanah Suci, secara mantap Pangeran Walangsungsang berkeinginan kuat menyebarkan Islam di tanah Cirebon termasuk Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
"Nyebarinnya khususnya di Ciayumajakuning. Makanya banyak petilasan Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana yang tersebar," ujarnya.
Sementara adik lelakinya Kian Santang juga menyebarkan agama Islam di tanah kelahiran yakni tanah Sunda, dan adik perempuannya Nyi Mas Rara Santang dipinang oleh seorang penguasa Mesir dan Palestina, bernama Sultan Bani Israil atau Sultan Mahmud.
Dari pernikahan tersebut sang adik melahirkan dua orang pemimpin hebat yakni Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (Sultan Cirebon) dan Syarif Amrullah (Raja Mesir).
"Anaknya itu dua yang pertama Sunan Gunung Jati di Cirebon nyebarin Islam, yang kedua Syarif Amrullah ke Mesir menjadi pemimpin di tanah Mesir," ungkapnya.
Dalam perjalanannya menyebarkan Islam di tanah Cirebon, Sunan Gunung Jati dibantu oleh sang paman Pangeran Walangsungsang.
"Di Cirebon Sunan Gunung Jati itu dibantu sama uwanya sendiri Pangeran Walangsungsang," bebernya.
Berbeda dengan Pangeran Walangsungsang, Sunan Gunung Jati membangun sebuah padepokan juga pedukuhan di kawasan Kasepuhan.
Sementara itu, Pangeran Walangsungsang terus berkelana ke beberapa tempat terpencil di wilayah III (Saat ini). Memiliki seorang istri bernama Nyi Mas Indang Geulis Pangeran Walangsungsang miliki salah seorang putri bernama Pakungwati.
"Anak perempuannya Nyai Pakungwati ini nantinya menikah sama Sunan Gunung Jati," paparnya.
Kisah terus berjalan hingga akhirnya Pangeran Walangsungsang mendirikan padepokan di Cirebon Girang dan menjadi seorang pemimpin hingga mendapat julukan Mbah Kuwu Sangkan dan akhirnya meninggal tepat di wilayahnya tersebut yang kini dikenal sebagai situs Makam Kramat Mbah Kuwu Sangkan.
Berada di bawah kepengurusan Keraton Kasepuhan, situs makam ini selalu ramai di hari-hari tertentu seperti Junat Kliwon, Maulid Nabi, Tahun baru Islam, seusai salat id, dan beberapa hari lainnya ketika ada gelaran syukuran yang dilakukan peziarah.
"Tapi kalau makam itu dibukanya tiap Jumat Kliwon, kalau ga ya ga, kalau makam-makam yang ada itu berisikan semacam senjata," jelasnya.
Peziarah yang datang sendiri berasal dari wilayah Ciayumajakuning utamanya, kemudian Banten, Jakarta, Bekasi, Priuk, Tegal, dan lainnya. Memiliki usia kisaran 3 sampai 4 abad, Situs Makam Kramat Mbah Kuwu Sangkan kerap didatangi peziarah.
Ada juga, lanjutnya, terkadang suara-suara muncul ditelinga. Namun, Gozali tidak mentah-mentah mempercayai suara tersebut sebagai suara mendiang Mbah Kuwu Sangkan.
"Wallahualam kita nggak bisa percaya gitu saja. Kan kita belum mengenal langsung sosok Mbah Kuwu Sangkan karena bisa saja yang berbicara itu hanya sosok yang mengaku-ngaku," tutupnya.***










