Garis Keturunan Hayam Wuruk Pasca-Kegagalan Nikahi Putri Cantik Raja Sunda

Garis Keturunan Hayam Wuruk Pasca-Kegagalan Nikahi Putri Cantik Raja Sunda

Gaya Hidup | BuddyKu | Sabtu, 10 Juni 2023 - 10:17
share

HAYAM WURUK menjadi raja besar dan termahsyur di Kerajaan Majapahit. Di masanya kerajaan ini mencapai kejayaan dengan wilayah kekuasaan hingga ke Asia Tenggara. Keberhasilan menjadi raja tak serta membuat Hayam Wuruk yang masih lajang ketika naik tahta mudah mendapat jodoh.

Kegagalan pernikahan dengan Dyah Pitaloka Citraresmi putri Raja Sunda pada Peristiwa Bubat, membuat Hayam Wuruk akhirnya menikahi Paduka Sori. Hal ini dikisahkan pada Kakawin Pararaton, hingga pernikahan keduanya memiliki keturunan bernama Sri Wijayarajasa dari Wengker.

Namun pasca pernikahannya dengan Paduka Sori inilah, trah Hayam Wuruk bermunculan di internal kerajaan sendiri. Sebagai gambaran pada Kakawin Nagarakretagama dikatakan bahwa permaisuri Sri Rajasanagara bernama Susumnadewi atau Sri Sudewi. Jadi Sri Sudewi dalam Nagarakretagama sama dengan Paduka Sori dalam Pararaton, sebagaimana dikutip dari "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" dari Prof. Slamet Muljana.

Dari perkawinan itu lahir Kusumawardhani, yang kemudian dinobatkan sebagai Bhatara di Lasem dengan paraban Bhre Lasem Sang Ahayu. Dari selir Sri Rajasanagara mendapatkan seorang putra yang kemudian dikenal sebagai Bhatara di Wirabhumi.

Bhre Daha Dyah Wiyat Sri Rajadewi Maharajasa dalam perkawinannya dengan Sri Wijayarajasa dari Wengker mendapatkan seorang putri bernama Rajasaduhita Indudewi. Kemudian ia dinobatkan sebagai Bhatara di Lasem dan kawin dengan Rajasawardhana dari Matahun.

Perkawinan itu tidak menghasilkan keturunan. Sepeninggal Bhre Daha Dyah Wiyat Sri Rajadewi pada tahun saka guna-sanga-paksaning-wong atau sama dengan 1371 Masehi, Bhre Lasem Rajasaduhita kembali ke Daha untuk mengisi tahta Kerajaan Daha. Oleh karena ia tidak mempunyai keturunan, maka ia mengambil Bhre Wirabhumi sebagai putra angkat.

Sementara Bhre Pajang, adik Dyah Hayam Wuruk, dalam perkawinan dengan Sri Singawardhana, Bhatara di Paguhan, memperoleh beberapa putra. Putra sulungnya bernama Wikramawardhana, menjadi bhatara di Mataram. Ia kawin dengan putri tunggal Sri Rajasanagara yang bernama Kusumawardhani. Demikianlah Wikramawardhana dan Kusumawardhani adalah saudara sepupu. Bhre Pajang mempunyai lagi seorang putra perempuan bernama Nagarawardhani, juga disebut Bhre Lasem Sang Alemu.

Iakawin dengan Bhre Wirabhumi, putra Sri Rajasanagara. Pada tahun 1371 tahta Kerajaan Lasem kosong, lalu diisi oleh Kusumawardhani. Itulah sebabnya maka Kusumawardhani bergelar Bhre Lasem Sang Ahayu.

Untuk membedakannya dari Bhre Lasem Sang Alemu. Baru setelah Kusumawardhani pindah ke Kabalan sebagai Bhatara, maka Nagarawardhani menjadi Bhatara di Lasem dengan julukan Bhre Lasem Sang Alemu.

Putri bungsu Bhre Pajang menjadi Bhatara di Kahuripan. Bhre Kahuripan ini kawin dengan Raden Sumirat, putra Rakai i Hino di Majapahit Raden Sotor. Raden Sumirat kemudian menjadi Bhatara di Pandan Salas dan bergelar Bhre Pandan Salas.

Ia adalah Bhre Pandan Salas yang pertama. Bhre Pandan Salas I mangkat pada tahun saka 1322 atau sama dengan1400 Masehi dan dicandikan di Jinggan, dengan nama candinya Sri Wisnupura.

Sepeninggal Sri Rajasanagara pada tahun 1389, Bhre Mataram Wikramawardhana menjadi raja Majapahit, menggantikan Sri Rajasanagara berkat perkawinannya dengan Kusumawardhani. Dari perkawinan Wikramawardhana dengan Kusumawardhani lahirlah Hyang Wekasing Suka.

Lantas ia mengambil nama abhiseka neneknya Sri Rajasanagara. Hyang Wekasing Suka mangkat pada tahun saka 1322 atau sama dengan1400 Masehi mendahului ayahnya, sehingga ia tidak pernah menjadi raja di Majapahit. Putra-putra Wikramawardhana dari selir yang silih berganti menduduki tahta Kerajaan Majapahit.

Demikianlah secara singkat hubungan kekeluargaan Hayam Wuruk di Majapahit pada zaman pemerintahan Sri Rajasanagara. Tokoh-tokoh yang tersebut di atas ikut serta menetapkan jalannya sejarah Kerajaan Majapahit.

Topik Menarik