Meski Dianggap Wajar, Ini Bahaya Hujan Es Menurut Ahli
Hujan es adalah fenomena cuaca yang cukup umum terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Meskipun terlihat indah dan menyenangkan, hujan disertai es sebenarnya dapat menjadi ancaman yang cukup serius bagi keamanan dan kesehatan manusia. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang bahaya hujan disertai es.
Hujan disertai es terbentuk ketika partikel air di udara terkumpul dan membeku di ketinggian yang cukup tinggi. Ketika partikel-partikel ini jatuh ke bumi, mereka menjadi hujan disertai es. Ukuran hujan disertai es dapat bervariasi dari sekecil biji jagung hingga sebesar bola golf atau bahkan lebih besar.
Salah satu bahaya utama dari hujan disertai es adalah kerusakan properti. Hujan es yang besar dapat merusak atap, jendela, dan kendaraan. Bahkan, hujan disertai es yang kecil tetap bisa merusak mobil dan motor dengan menimbulkan goresan atau penyok pada permukaan kendaraan. Dalam beberapa kasus, hujan disertai es yang cukup besar juga dapat merusak tanaman dan ternak.
Kronologi Lengkap Dugaan Perselingkuhan Inara Rusli dan Insanul Fahmi, Suami Wardatina Mawa
Selain itu, hujan disertai es juga dapat menjadi ancaman bagi keselamatan manusia. Hujan disertai es yang besar dapat mengenai kepala seseorang dan menyebabkan luka serius atau bahkan kematian. Ada juga risiko kecelakaan saat berkendara di jalan yang licin akibat hujan disertai es. Terlebih lagi, hujan disertai es yang disertai petir juga dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan listrik.
hujan disertai es juga dapat menyebabkan kerusakan pada pesawat terbang. Banyak insiden pesawat terbang yang disebabkan oleh hujan disertai es, terutama pada bagian sayap pesawat. Hujan disertai es dapat mempengaruhi daya angkat pesawat dan menyebabkan kecelakaan.
Selain itu, hujan disertai es juga dapat berdampak buruk pada lingkungan. Hujan disertai es dapat merusak tanaman dan mempengaruhi pertanian. Selain itu, hujan disertai es juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena partikel-partikel yang dihasilkan dari aktivitas manusia dapat terjebak di dalam hujan disertai es dan jatuh ke tanah.
Bahaya Hujan Es Menurut Ahli
Bulan April ini, siklus perubahan musim ditandai dengan cuaca yang tak menentu. Bahkan, beberapa kali turun butiran es saat hujan. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya, mengatakan bahwa hujan disertai es kemungkinan masih bisa terjadi lagi selama musim transisi atau pancaroba pada Maret, April, dan Mei 2017.
Bagaimana dengan bahayanya bagi manusia? Menurut Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT), Tri Handoko Seto, hujan disertai es yang terjadi di Indonesia belum membahayakan karena ukuran diameter butiran esnya masih pada kisaran 1-2 sentimeter.
"Waspada iya tetap perlu, tetapi jangan takut berlebihan. Ini berbeda dengan hujan disertai es di daerah lintang tengah atau lintang tinggi di mana diameter butiran es bisa di atas 10 cm, yang berpotensi merusak tanaman," kata Seto.
Menurut dia, yang berbahaya bukan esnya, tetapi anginnya yang biasanya kencang. Kecepatan es saat turun hujan es justru sedikit lebih lambat dari kecepatan turunnya air hujan. Hanya memang momentumnya mungkin bisa sekitar lima kali hujan air. Biasanya daerah yang lebih dekat pantai dan atau gunung akan berpeluang lebih besar terjadi hujan disertai es jika terdapat aktivitas konveksi yang hebat.
Terkait penyebab hujan es ini, menurut dia, secara prinsip meteorologi, awan yang tinggi puncaknya melebihi titik beku (freezing level), maka awan tersebut memiliki bagian atas yang suhunya lebih rendah dari nol derajat Celcius, sehingga awan tersebut punya peluang sangat besar memproduksi es.
"Jika dalam awan tersebut terdapat inti es, maka es kemudian terbentuk dari udara super dingin yang mengalami pengintian atau nukleasi es. Semakin tinggi puncak awan dan semakin banyak inti es, maka es yang terbentuk makin banyak, meski pada perkembangan teknologi terbaru memperlihatkan bahwa inti es yang kelewat banyak justru menghambat proses pengintian," ujar dia.
Pada masa peralihan, ia mengatakan biasanya terjadi pembentukan awan secara konvektif di mana massa udara basah terangkat ke atas dan terbentuk awan sampai puncaknya melebihi freezing level dan terjadilah proses pengintian es, sehingga bagian atas awan tersebut banyak mengandung es.










