Jeka Saragih, Dulu di-'Bully' Kini Tajir Melintir Jadi Bintang UFC

Jeka Saragih, Dulu di-'Bully' Kini Tajir Melintir Jadi Bintang UFC

Berita Utama | BuddyKu | Senin, 13 Februari 2023 - 14:30
share

JEKA Saragih dulunya merupakan korban bullying oleh teman-teman sekolahnya, dia di sering dipalak dan menjadi pesuruh. Namun teman-temannya yang dahulu merundung Jeka nampaknya harus merasakan penyesalan, sebab pendapatannya usai dikontrak UFC paling rendah berada di angka 30 ribu dolar AS atau Rp152 juta per pertarungan.

9 Februari 2023 menandai hari paling istimewa bagi Jeka Saragih. Dia menjadi petarung Indonesia pertama yang menandatangani kontrak profesional untuk UFC, sebuah organisasi tarung bebas paling bergengsi di kolong langit. Jeka menandatangani kontrak sebanyak lima pertarungan untuk UFC.

Keputusan itu diambil usai UFC naksir dengan gaya bertarung Jeka selama perjalanan ke final Road to UFC 2022. Itu sebabnya, meski kalah KO dari petarung India, Anshul Jubli, Jeka tetap berhasil mendapat kontrak profesional.

Jeka Saragih pernah jadi korban bully

Jeka Saragih (Foto: Instagram)

Jeka dulunya merupakan anak kampung biasa dari keluarga biasa. Tidak ada keistimewaan apapun yang bisa memfasilitasi Jeka untuk menjadi orang sukses.

Saat SMP, Jeka harus merantau jauh dari orang tua, sebab akses dari rumah ke sekolah sangat jauh dan harus melewati jalanan rusak. Jeka pun tinggal di rumah kos agar bisa dekat ke sekolah.

Namun kehidupannye sebagai anak rantau ternyata sangat keras. Teman-temannya yang mayoritas warga kota menindas dan menjadikan Jeka sebagai sapi perah.

Waktu itu saya mulai SMP sudah jauh dari orang tua, harus kos kalau kami dari kampung itu, jalan ke sekolah itu kan rusak, pas kos ini saya ada yang palakin lah, di -bully , kenang Jeka dikutip Podcast Deddy Corbuzier, Senin (13/2/2023).

Gimana dari kampung pelosok itu, gak ada kawan, orang di kampung sana ya bully kita lah, dia merokok, kita yang beli rokoknya, enak banget dia kan, sambungnya.

Pikiran saya dulu gak mungkin lah sekolah kaya gini, jajan udah pas-pasan uang bapak dia sama uang bapak saya banyakan uang bapak dia, tapi dia minta rokok dari saya, di situ lah mulai saya bela diri wushu, tuturnya lagi.

Ya, wushu adalah bela diri pertama yang dipelajari Jeka, alasannya tak lain dan tak bukan untuk membela diri dari orang-orang yang merundung dirinya. Rupanya, Jeka amat berbakat, prestasinya langsung melejit usai mempelajari bela diri yang berasa dari Tiongkok tersebut.

Jeka kemudian memenangi berbagai kejuaraan, dari mulai tingkat kecamatan, nasional, hingga internasional! Dari situ, Jeka memberi pelajaran kepada orang-orang yang selama ini merundungnya.

Saya belajar, berprestasi, saya lindungi adik-adik (teman sesama perantau dari kampung) saya, saya mulai berantem di sekolah, saat itu mulai juara tingkat nasional, kabupaten, internasional juga, tuturnya.

Maka serang saja lah, karena gimana saya gak suka, udah dari kampung kita orang kecil, di kota dikecilin lagi, udah tertindas, tertindas lagi, tandasnya.

Tajir melintir setelah dikontrak UFC

Jeka Saragih resmi jadi petarung UFC pertama asal Indonesia (FOTO: Instagram @jekasaragih)

Selain berhasil membuat para perundungnya babak belur, Jeka juga berhasil membuat para penindasnya menyesal bukan main. Pasalnya, Jeka mendadak tajir usai menandatangani kontrak profesional bersama UFC.

Dilansir AS, Minggu (13/2/2023), pendapatan petarung UFC paling rendah berada di angka 10 ribu dolar AS atau setara Rp150 juta per pertandingan. Jumlah itu masih bisa bertambah hingga ke angka 30 Dollar AS atau setara Rp456 juta per pertarungan, tergantung kesepakatan pada kontrak.

Pejuang baru biasanya mendapatkan kontrak Tingkat Terendah saat mereka menandatangani kontrak dengan UFC, tulis AS dalam artikelnya.

"Popularitas petarung dan hasil terkini memengaruhi pembayaran yang diterima masing-masing, mulai dari puluhan ribu dolar hingga beberapa ratus ribu dolar," lanjut artikel itu.

Jumlah itu juga masih bisa bertambah jika Jeka menjadi jagoan yang terus-terusan mendulang kemenangan di Octagon. Jumlahnya bisa mencapai 80 ribu dolar AS atau Rp1,2 miliar sampai 250 ribu dolar AS atau setara Rp3,8 miliar.

Popularitas petarung dan hasil terkini memengaruhi pembayaran yang diterima masing-masing, mulai dari puluhan ribu dolar hingga beberapa ratus ribu dolar, tutup artikel itu.

Topik Menarik