Mahasiswa Bikin Esai Dibantu ChatGPT, Eh Ketahuan Profesor!

Mahasiswa Bikin Esai Dibantu ChatGPT, Eh Ketahuan Profesor!

Gaya Hidup | uzone.id | Jum'at, 30 Desember 2022 - 09:00
share

Uzone.id - ChatGPT, platform chatbot berbasis artificial intelligence (AI) buatan OpenAI ternyata membuat kalangan guru dan profesor khawatir. Berkat kemampuannya yang mampu menjawab pertanyaan apapun dari penggunanya, aplikasi chatbot ini malah disalahgunakan untuk menyontek.

Darren Hick, profesor bidang filosofi di Furman University, South Carolina, Amerika Serikat (AS), baru-baru ini memergoki mahasiswanya menggunakan ChatGPT untuk menulis esai 500 kata tentang filsuf abad ke-18 David Hume dan paradoks horor.

Tema tersebut memang cukup sulit, lantaran harus meneliti bagaimana orang bisa mendapatkan kesenangan dari sesuatu yang mereka takuti.

Jawaban yang diberikan ChatGPT memang tidak terlalu sempurna, namun jawaban tersebut cukup mirip dengan apa yang diharapkan guru atau profesor dari anak didiknya.

Hick pun nyaris kecele atas esai dari mahasiswanya tersebut. Namun ada beberapa potongan kalimat yang membuatnya curiga.

ChatGPT membuat jawaban yang sepertinya ditulis oleh manusia. Selain itu, manusia dengan tata bahasa yang baik dan pemahaman tentang bagaimana esai harus disusun, katanya, seperti dikutip dari DailyMail .

Itu memang mengatakan beberapa hal yang benar tentang Huma, dan tahu apa paradoks horor itu. Tapi itu hanya omong kosong setelahnya, jelas Hick.

Sang profesor mengatakan, ChatGPT memberikan pola jawaban yang agak berbeda di setiap pertanyaan yang diberikan oleh pengguna. Namun untuk esai ini, ada beberapa konsistensi yang ditulis oleh platform berbasis AI tersebut.

Ini gaya yang bersih, tapi bisa dikenali. Saya akan mengatakan tulisannya seperti siswa kelas 12 yang sangat cerdas, terang Hick.

Jika Anda mengajari seseorang cara menulis esai, ini adalah cara Anda memberi tahu mereka untuk menulisnya sebelum mereka menemukan gaya mereka sendiri, sambungnya.

Dilansir dari Android Headlines , Hick juga menggunakan software khusus bernama Hugging Face yang bisa mendeteksi apakah jawaban yang diberikan mahasiswanya dibuat oleh AI atau tidak. Hasilnya, jawaban tersebut 99,99 persen dibuat oleh AI.

Kejadian ini pun menimbulkan kekhawatiran tentang potensi meluasnya penggunaan chatbot berbasis AI seperti ChatGPT untuk melakukan kecurangan. Juga, jawaban dari chatbot ini sulit dideteksi, karena informasi yang diberikannya adalah konten yang asli.

ChatBot sendiri memberikan beberapa peringatan awal kepada para pengguna, khususnya para pengajar.

Chatbot ini mengatakan, Dalam beberapa kasus, chatbot dapat diprogram untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian atau menyediakan jawaban yang salah demi menipu sistem. Profesor dan pengajar lain mungkin perlu waspada terhadap penggunaan chatbot yang tidak sesuai dan memberikan peringatan kepada siswa tentang risiko-risiko yang terkait dengan kecurangan dengan chatbot.

Topik Menarik