Salah Kaprah, Mumifikasi Firaun Ternyata Bukan untuk Pengawetan

Salah Kaprah, Mumifikasi Firaun Ternyata Bukan untuk Pengawetan

Gaya Hidup | BuddyKu | Senin, 28 November 2022 - 13:06
share

KAIRO - Proses mumifikasi menjadi salah satu teknologi yang keap dilakukan pada peradaban Mesir Kuno. Biasanya, mumifikasi dilakukan pada Raja atau penguasa beserta keluarganya yang telah wafat.

Selama ini, para ahli meyakini bahwa proses mumifikasi dilakukan sebagi proses pengwetan jenazah. Namun belakangan terakhir, keyakinan tersebut terpatahkan

Alih-alih untuk mengawetkan, para peneliti dari proses mumifikasi jenazah firaun pada Peradaban Mesir rupanya dimaksudkan untuk pembersihan.

Menurut mereka teknik penguburan yang rumit tersebut sebenarnya adalah cara untuk membimbing orang yang meninggal menuju keilahian.

Mengutip Live Science Senin, 28 November 2022, kurator museum Mesir dan Sudan, Campbell Price mengatakan salah kaprah yang terjadi pada cerita di balik mumifikasi Firaun berawal dari peneliti di Era Viktoria.

Peneliti kala itu salah mengartikan bahwa mumifikasi orang Mesir kuno dilakukan untuk mengawetkan mayat.Kesimpulan ini diambil peneliti setelah mengetahui bahwa proses mumifikasi orang Mesir Kuno dilakukan dengan menggunakan garam, sama seperti halnya dengan yang dilakukan pada ikan.

Peneliti era Victoria beranggapan bahwa apa yang dilakukan pada tubuh manusia adalah mengawetkan sama dengan perlakuan terhadap ikan, terang Price.

Setelah ditelaah, rupanya ada perbedaan dalam proses ini pengwetan ikan dan mayat yang dilakukan oleh Perdaban Mesir Kuno. Sebab, zat asin yang digunakan oleh orang Mesir kuno berbeda dengan garam yang dipakai untuk mengawetkan ikan.

Price mengatakan, mineral alami yang dimanfaatkan untuk mumifikasi ini bernama natron yang merupakan campuran natrium karbonat, natrium bikarbonat, natrium klorida, dan natrium sulfat. Mineral itu bayak terdapat di sekitar dasar danau dekat Sungai Nil dan berfungsi sebagai bahan utama dalam mumifikasi di zaman Mesir kuno.

Sebagai informasi, natrium juga menjadi mineral yang digunakan dalam kuil dan persembahan pada patung dewa yang biasaya digunakan untuk pembersihan.

Price kembali mengatakan, bahan lain diluar natrium seperti dupa pada proses mumifikasi juga merupakan representasi dari sebuah hadiah yang ditujukan pada dewa.

Perlu diketahui, dupa mesir disebut sebagai senetjer yang punya makna membuat ilahi. Ketika membakar dupa di kuil, itu hal yang tepat akrena membuat ruang untuk ilahi. Tetapi ketika menggunakan dupa pada tubuh, itu akan membuat tubuh menjadi dewa dan mahluk yang saleh, daripada membuat jasad menjadi awet, papar Price.

Tambahan lainnya, ahli Mesir kuno percaya bahwa orang bahwa orang yang meninggal akan membutuhkan tubuh mereka di akhirat. Inilah yang kemudian menambah kesalahpahaman tentang latar belakang dari proses mumifikasi.

Ada obsesi biomedis yang lahir dari gagasan era Victoria tentang membutuhkan tubuh lengkap di akhirat, kata Price.

Ini termasuk soal menghilangkan organ dalam. Saya pikir itu sebenarnya memiliki arti yang lebih dalam dan pada dasarnya tentang mengubah tubuh menjadi patung dewa karena orang yang meninggal telah bertransformasi, tambahnya.

Topik Menarik