Viral Seorang Bocah Perempuan Tunangan! Disebut Adat Madura
Sebuah video yang memperlihatkan seorang balita berusia 4 tahun bertunangan viral di TikTok. Pemilik akun @taniapesekcz mengunggah beberapa potongan video, yang menyebutkan bahwa pertunangan di bawah umur adalah sebuah adat di Madura.
Dalam video tersebut, terlihat sejumlah tamu undangan dan juga ibu-ibu berjalan membawa bingkisan kue lamaran. Dilanjutkan prosesi pasang cincin yang diduga dilakukan oleh calon mertua balita tersebut. Kemudian pengalungan uang pecahan Rp 5000 kepada calon menantu.
"Pas-pas wes cocok," terdengar suara yang diduga adalah perekam.
Kedua balita itu kemudian disandingkan di teras rumahnya sambil menerima uang penyeppen atau uang tali asih dari para tamu undangan dalam istilah Madura.
Video ini mengundang banyak reaksi dari netizen Indonesia. Salah satunya berkomentar "Adat Madura begitukah? kenapa harus dijodohin dari kecil kak?," tanya pemilik akun @uamfieu. Lalu @nanafirdauz menjawab bahwa hal semacam itu sudah biasa bagi masyarakat setempat "Udah biasa kalau di Madura kek gini," balasnya.
Sementara itu, video ini juga menuai pro dan kontra. Netizen juga memberi komentar random setelah viralnya unggahan video ini, beberapa komen diantaranya:
Serasa di India komen @lisna_cianjur1
Madura sudah biasa emg kayak gini temen pondokku banyak yg dari kecil udah dijodohin komen @umikumay23
Judul skripsiku komen @tasyatasyi
Duitnya buat beli skincare mamak nya komen @irmawidiyaningsih15
kok kasian ya lihatnya komen @enhtahhlah0
Video ini juga telah perhatian sosiolog. Tradisi dalam video itu disebut sebagai pelestarian warisan leluhur yang kini kondisinya sudah mulai ditinggalkan. Pengajar sosiologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Syukron Ramadhan menjelaskan bahwa leluhur orang Madura memiliki tradisi perkawinan dalam kekerabatan. Sehingga, perkawinan antar sepupu dalam satu kerabat, dilestarikan dalam sebuah kompleks perumahan yang disebut dengan pemukiman Tanean Lanjhang (halaman yang memanjang).
Namun kini, pertunangan anak dan endogami perlahan ditinggalkan. Terutama seiring dengan meningkatnya pendidikan masyarakat Madura. Gesekan dengan lingkungan luar Madura, membuat anak memiliki pandangan sendiri untuk menentukan jodohnya.
Menurut Syukron, dalam tradisi endogami di Madura, ada spirit yang hendak dipertahankan. Pertama, menjaga kualitas keturunan dan genetik dalam keluarga. Kedua, menjaga harta dan status sosialnya. Biasanya ini dipraktikkan oleh kelompok bangsawan.
BINT#3







