Trem Kuda Pernah Menjadi Transportasi Andalan di Batavia

Trem Kuda Pernah Menjadi Transportasi Andalan di Batavia

Gaya Hidup | koran-jakarta.com | Selasa, 23 Agustus 2022 - 00:00
share

Di Jakarta, jalur trem sudah hilang tidak berbekas pada masa kemerdekaan. Namun dalam sejarahnya, alat transportasi ini pernah berjaya di Batavia dimulai dengan trem yang dihela kuda yang beroperasi pertama kali pada 1869.

Hingga 1934, panjang jalur trem di Jakarta telah mencapai 40 kilometer saat kota ini masih cukup kecil. Jaringan relnya memiliki 5 rute, seperti rute 1 Batavia - Meester Cornelis, rute 2 Menteng - Batavia, rute 3 Senen - Jembatan Lima, rute 4 Senen - Harmoni, dan rute 5 Pintu Besi - Asemka.
Trem yang dihela oleh kuda di Batavia dimulai pada 20 April 1869 dan dioperasikan oleh Bataviasche Tramweg Maatschappij (BTM). Dilanjutkan dengan teknologi mesin uap pada 19 September 1880 oleh perusahaan oleh Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij.
Selanjutnya trem listrik dioperasikan oleh perusahaan yang berbeda dengan trem uap, yaitu Batavia Elektrische Tramweg Maatschappij (BETM). Kedua perusahaan trem uap dan trem listrik kelak bergabung pada 31 Juli 1930 sebagai Batavia Verkeers-Maatschappij (BVM).
Sejak awal mulanya, menurut laman Index Archipel, sejarah trem Batavia berawal dari sebuah trem kuda yang dioperasikan oleh BTM. Jalur trem kuda pertama di Batavia tersebut diresmikan pada 20 April 1869, jauh sebelum trem ada di Negeri Belanda.
Dengan lebar sepur (gauge) 1.188 mm, jalur tersebut menghubungkan daerah Jakarta Kota dengan daerah Weltevreden. Kala itu, trem kuda dapat menampung 40 orang penumpang dengan ditarik 3-4 kuda. Pada April 1869, diperkirakan sebanyak 1.500 penumpang telah dilayani dengan moda transportasi ini. Pada September 1869 meningkat lagi menjadi 7.000 penumpang.
Rencana pertama untuk trem kuda di Batavia dapat ditemukan dalam surat yang dikirim oleh J Babut du Mars kepada redaksi surat kabar Java Bode pada 15 Desember 1860. "Tanggal 31 Agustus saya mengajukan konsesi untuk jalur kereta api dari Meester Cornelis ke Batavia, pemerintah telah menolak permohonan itu, tetapi memberi saya harapan bahwa saya dapat kembali ke masalah ini nanti," demikian bunyi dari surat itu.
Kuda-kuda Jawa adalah pejalan kaki yang baik dan mereka hanya bisa berlari cepat jika memiliki sedikit beban untuk ditarik, dan inilah yang akan membuat keberhasilan operasi omnibus (bus yang ditarik oleh kuda) di Batavia sangat diragukan. Tetapi jika berada di atas rel, dua kuda dapat dengan mudah membawa trem bermuatan 30 hingga 40 penumpang dengan kecepatan tinggi.
Dalam suratnya, Babut du Mars menyebut trem kuda sebagai "kereta Amerika" karena ia mendapat ide berdasarkan trem kuda yang ada di Amerika Serikat. Dia menyebut rel trem yang diperlukan sebagai "jalan Amerika". Seperti yang tertulis dalam surat itu, dia tidak mendapat konsesi dari pemerintah, jadi dia mencoba meyakinkan penduduk akan kegunaan trem kuda.
"Kami belajar dengan penuh minat bahwa Batavia kemungkinan besar akan segera dapat menikmati sarana transportasi yang lebih baik, yaitu yang disebut Tramway atau kereta kuda. Pada awal Oktober 1866, firma Dmmler and Co, mengajukan permohonan konsesi untuk jalan tersebut dari pemerintah di sini."
Trem kereta kuda yang diproyeksikan tidak hanya akan menjadi perbaikan transportasi bagi masyarakat pribumi dan Tionghoa, namun juga bagi garnisun di Weltevreden dan Meester serta bawahannya, yang saat ini masih berjalan kaki.
Setelah usulan itu, trem kuda akhirnya mulai digunakan pada 20 April 1869. Perjalanan pertama ini berlangsung meriah ditumpangi oleh beberapa anggota Dewan Trem Batavia, ditemani oleh beberapa pihak yang berkepentingan, di salah satu gerbong kelas satu.
Rute yang pertama kali dibuka adalah rute dari Batavia sepanjang kanal Molenvliet menuju Harmonie, sekarang ini rute tersebut berada di jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada antara Kota Tua dan Harmoni. Ujung utara di Batavia berada di Amsterdamse Poort di sudut Prinsenstraat (sekarang Jalan Cengkeh) dan Amsterdamsche Gracht (sekarang Jalan Nelayan Timur).
Ujung selatan berada di Harmonieplein di Distrik Weltevreden, dinamai menurut masyarakat de Harmonie dan dekat dengan Hotel des Indes yang terkenal. Rute yang hampir lurus ini berjarak kurang lebih 4,5 kilometer. Jadwal trem beroperasi selama hari kerja, trem kelas 1 berjalan 18 kali sehari (di setiap arah) dan trem kelas 2 30 kali sehari.
Selain itu, trem barang beroperasi setiap pagi, dan trem tambahan beroperasi pada hari-hari ketika kapal (untuk surat dan penumpang) berangkat dari pelabuhan, dan untuk acara-acara khusus seperti Inlandsche Feesten, Exercitiedagen der Bataviasche Schutterij dan malam musik.

Berkembang Pesat
Sepekan kemudian, trem terbukti sangat populer sehingga pada 29 April jadwalnya sudah diperpanjang menjadi 52 trem harian kelas 2 (jumlah trem kelas 1 dibatasi hingga 12 trem per hari). Untuk jadwal baru ditambahkan jika jumlah kereta tidak mampu memenuhi kebutuhan.
Selama tahun 1869, jaringan trem kuda berkembang pesat. Misalnya, pada 30 Mei, trem diperpanjang lebih jauh ke selatan dari Harmonie ke "Bazaar Tanah Abang" (Pasar Tanah Abang). Pada 11 Juli, cabang timur dibangun dari Harmonie ke Kramat, melalui Rijswijk (Jalan Veteran), Sluisbrug, Postweg (Jalan Pos), Komediebuurt (Jalan Gedung Kesenian), sisi timur Waterlooplein (Lapangan Banteng) dan Senen.
Di Kramat, tepat di sebelah selatan yang dulu disebut Gang Sekola (sekarang Jalan Kramat Soka), depo trem kemudian dibangun (untuk trem uap dan listrik). Pada 4 September, jalur ke Kramat diperpanjang lebih jauh ke selatan, melalui Matramanweg ke pinggiran kota Meester Cornelis. Terminal berada di utara Kerkstraat (sekarang Jalan Raya Jatinegara Timur). hay/I-1

Diganti Trem Uap dan Listrik

Pada 1879, jalur trem uap pertama dibangun di Den Haag di Belanda, dan sejak saat itu juga ada pembicaraan di Batavia tentang penggantian trem kuda dengan trem uap.
Penggunaan trem kuda yang dimulai pada 20 April 1869 berakhir dengan dimulainya operasi trem uap pada Juni 1883. Pembangunan ini dilakukan setelah trem uap pertama di Belanda yang beroperasi pada 1 Juli 1879, menghubungkan Den Haag dan Scheveningen.
Di Hindia Belanda sebelumnya hanya mengandalkan trem kuda meski teknologi ini sudah ada di Belanda. "Ada kemungkinan Hindia Belanda akan mendapatkan trem uap. Sampai sekarang ia tidak memiliki alat transportasi seperti itu, hanya ada satu trem yang ditarik kuda di Batavia, yang sangat baik hanya dalam kesederhanaannya," tulis surat kabar Java-Bode edisi 13 April 1880.
Setahun kemudian, konsesi pertama untuk trem uap di Batavia telah menjadi kenyataan. Konsesi tersebut diberikan pada 30 Maret 1881 kepada perusahaan Dmmler & Co., perusahaan yang sama yang juga telah diberikan konsesi trem kuda sejak 15 tahun sebelumnya.
Pada Mei 1883, surat kabar akhirnya berbicara tentang pembukaan jalur trem uap pertama yang akan segera dibuka. Namun, karena jembatan kayu tua di Cavadino dan Sluisbrug masih belum diganti dengan jembatan besi, hanya sebagian jalur yang bisa dibuka.
Uji coba jalur rel pertama berlangsung pada Sabtu, 2 Juni 1883, yang berlangsung sangat memuaskan. Namun, beberapa hari kemudian, Bataviaasch Nieuwsblad melaporkan bahwa salah satu boiler bocor selama uji coba dan sebagian jalan serta rel ambles sehingga pembukaan harus ditunda beberapa kali.
Jadwalnya sederhana dari pukul 05.45 pagi hingga 18.30 malam. Trem akan berjalan setiap 15 menit. Pada 5 Agustus, bagian kedua rute dari Harmonie hingga Kramat juga dibuka. Tiket kelas 1 berharga 25 sen. Untuk kelas 2, orang Eropa harus duduk di depan dan membayar 20 sen, sedangkan penduduk asli membayar 15 sen untuk tempat duduk di belakang gerobak.
Bataviaasch Nieuwsblad mencatat, tidak disebutkan di mana orang Tionghoa, Arab, dan orang timur asing lainnya harus duduk. Karena keluhan, perbedaan tarif dicabut pada tahun yang sama.
Pada 9 Agustus, surat kabar Bataviaasch menulis terjadinya beberapa kecelakaan: "Orang yang tertabrak dibawa ke rumah sakit lebih banyak mati daripada hidup." Meskipun kecepatan trem uap relatif terbatas hanya 15 kilometer per jam, namun banyak yang meninggal akibat tabrakan dengan trem atau penumpang yang jatuh saat keluar.
Ciri yang mencolok dari trem uap di Batavia adalah digunakannya lokomotif tanpa api. Sementara trem uap \'biasa\' mengambil air dan bahan bakar batu bara untuk memanaskan air menjadi uap di dalam trem. Di Batavia menggunakan uap \'siap pakai\' yang dibuat di depot. Jadi lokomotif uap hanya memiliki tangki uap dan tidak diperlukan api saat sedang berjalan. Setelah pengisian, trem bisa berjalan selama sekitar satu jam. hay/I-1

Topik Menarik