Omah Wayang, Tempat Bertemunya Wayang Klasik dan Kontemporer

Omah Wayang, Tempat Bertemunya Wayang Klasik dan Kontemporer

Gaya Hidup | BuddyKu | Senin, 22 Agustus 2022 - 21:55
share

RADAR JOGJA Kundha Kabudayan DIJ meresmikan Omah Wayang di kawasan Langenastran Kemantren Kraton Kota Jogja, Senin (22/8). Ini sebagai inisiasi pelestarian ragam wayang di Jogjakarta. Tak hanya wayang klasik tapi juga wayang akulturasi hingga wayang kontemporer.

Kepala Kundha Kabudayan DIJ Dian Lakshmi Pratiwi menuturkan Omah Wayang adalah kolaborasi lintas elemen. Tak hanya unsur pemerintah tapi juga melibatkan para seniman. Adapula para pelestari dan pemerhati seni budaya yang terlibat didalamnya.

Sebenarnya ada 2 rumah yang kami siapkan. Selain Omah Wayang adapula Grha Keris. Intinya sebagai basecamp atau markas dimana kalau orang cari tahu tentang keris atau wayang langsung tahu tujuannya, jelasya ditemui di Omah Wayang, Senin (22/8).

Dian menuturkan Omah Wayang dapat menjadi tempat berdialog. Terutama antara pemerhati, pelestari hingga kolektor wayang. Untuk kemudian merespon dinamika dengan tujuan pelestarian wayang.

Aktivitas tak hanya sekadar dialog, adapula pementasan hingga workshop. Tentunya dengan melibatkan pakar pada masing-masing keahlian. Mulai dari dalang, sinden hingga pengrajin wayang.

Nanti juga ada tokoh atau maestro yang mendatangi tempat ini. Ada pentas kecil, bagaimana cara mendalang. Semacam kursus singkat dan jadi tempat kumpul penggemar, pelaku kesenian wayang, ujarnya.

Dosen ISI Jogjakarta Sumaryono yang tergabung dalam tim insiator Omah Wayang menilai keberadaan wadah ini sangatlah penting. Terlebih konsepnya mempertemukan antara seni klasik dengan kontemporer atau kekinian. Sehingga mampu melihat dinamika wayang dari waktu ke waktu.

Omah Wayang, lanjutnya, didirikan dalam rangka memelihara dan mengembangkan dunia pewayangan di Jogjakarta. Untuk kemudian mampu mengisi khasanah budaya di ranah naisonal hingga internasional. Baik melalui dialog, workshop hingga pementasan.

Cita-cita kami Jogjakarta jadi ibukota wayang dunia. Nah Omah Wayang nanti banyak program disiapkan. Prinsipnya disini untuk workshop wayang, pengrawit, sinden lalu kemudian sarasehan seminar tentang pewayangan, katanya.

Sumaryono menyebutkan generasi penerus wayang sangatlah kreatif. Tak hanya hadir dalam wujud klasik tapi kekinian. Cara ini bertujuan mengenalkan kesenian wayang kepada khalayak luas. Untuk kemudian menghadirkan wujud wayang klasik.

Jadi diharapkan ada di dalam Omah Wayang dari tradisional sampai penciptaan baru seperti wayang republik, wayang hip hop, wayang seng yang diluar, lalu lukisan wayang. Jadi wujud wayang yang beragam, ujarnya.

Gubernur DIJ Hamengku Buwono X (HB X) juga berpesan kepada timnya. Agar Omah Wayang lebih bersifat universal. Dalam artian menghadirkan ragam wayang dalam bentuk apapun.

Terkait pelestarian wayang klasik, HB X berpesan tak akan padam. Ini karena tetap ada lembaga tradisi yang fokus dan intens dalam pelestarian. Sehingga antara wayang klasik dan kekinian tetap bisa berjalan secara harmonis.

Ngarso dalem (HB X) menghendaki dunia wayang di Jogja diopeni jadi inspirasi, yang sudah pakem dilestarikan seperti Sasana Hinggil. Lalu Omah Wayang mengelola dan mendinamisasi, katanya. (Dwi)

Topik Menarik