Pangkalan Crimea Dibumihanguskan, Mengapa Sistem Rudal S-400 Rusia Tak Beraksi?

Pangkalan Crimea Dibumihanguskan, Mengapa Sistem Rudal S-400 Rusia Tak Beraksi?

Gaya Hidup | BuddyKu | Senin, 15 Agustus 2022 - 14:34
share

CRIMEA Penyebab 12 ledakan dahsyat yang membumihanguskan Pangkalan Udara Rusia di Saky, Crimea , pada 9 Agustus lalu masih misterius.

Ada dugaan rentetan ledakan itu merupakan operasi sabotase, terlebih sistem pertahanan rudal canggih S-400 di wilayah itu juga tidak bereaksi.

Citra satelit menunjukkan bahwa setidaknya sembilan pesawat hancur akibat rentetan ledakan misterius tersebut. Militer Ukraina meyakini jumlahnya lebih banyak, tetapi mengonfirmasi jumlah sebenarnya akan memakan waktu.

Rusia mengeklaim serangkaian ledakan itu merupakan insiden tidak disengaja dari tempat pembuangan amunisi di pangkalan yang menyediakan dukungan udara untuk Armada Laut Hitam-nya.

Namun, banyak ahli setuju bahwa ledakan itu kemungkinan merupakan serangan rudal Ukraina, meskipun hal itu belum dikonfirmasi secara resmi oleh Kiev atau pun Moskow.

Sistem pertahanan udara S-400 Rusia gagal melindungi pangkalan tersebut, memicu perdebatan tentang apa yang menyebabkan ledakan itu. Para ahli telah menduga rudal MGM-140 ATACMS [Army Tactical Missile System] buatan Amerika Serikat (AS) sebagai biang ledakan.

Viktor Kevliuk, seorang ahli di Centre for Defence Strategies, mengatakan Ukraina dapat menggunakan rudal anti-radar AGM-88 HARM Amerika Serikat terhadap sistem pertahanan udara diikuti oleh 2 rudal ATACMS yang diluncurkan dari Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).

Euromaidan Pers melaporkan bahwa beberapa akun intelijen sumber terbuka di Twitter mengutip gambar kawah besar serta akurasi dan jarak 200 km dari wilayah yang dikuasai Ukraina sebagai bukti serangan ATACMS.

Meskipun AS belum secara resmi memberikan ATACMS kepada Ukraina, senjata itu bisa saja dipasok tanpa pengumuman resmi.

Kevliuk juga percaya bahwa Ukraina dapat menggunakan rudal jelajah anti-kapal Neptune, senjata yang dianggap telah menenggelamkan kapal perang Moskva pada bulan April. Meskipun rudal Neptune dirancang untuk mencapai target di laut, Kevliuk menunjukkan bahwa misil tersebut dapat menggunakan koordinat GPS untuk mencapai target darat.

Anehnya, tidak ada rudal yang terlihat dalam rekaman dari ledakan tersebut. Dengan demikian, serangan pesawat tak berawak adalah kemungkinan lain, seperti serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap kilang minyak Rusia di Rostov Oblast, 160 km di belakang garis depan, pada bulan Juni.

Namun, para ahli yang diwawancarai oleh NV Ukraine tidak menganggap ini sebagai opsi yang realistis dan mencatat bahwa ATACMS adalah rudal balistik yang terbang ke objek hampir secara vertikal dengan kecepatan tinggi, yang berarti sulit untuk dilihat di video normal.

Pakar lain menduga ada sabotase di Pangkalan Udara Saky. Julian Rpcke, pakar yang juga jurnalis Bild, menunjukkan bahwa tiga dari kawah, seperti yang ditunjukkan citra satelit, tepat di bawah tiga penyimpanan amunisi untuk jet.

Berbeda dengan serangan rudal yang sangat presisi, Rpcke menunjukkan bahwa ledakan itu bisa menandakan bangunan penyimpanan amunisi disabotase dengan bahan peledak dan diledakkan dari jarak jauh oleh pasukan khusus Ukraina.

Selain itu, seorang pejabat senior Ukraina yang tidak disebutkan namanya berbicara dengan The New York Times mengeklaim bahwa pasukan perlawanan partisan terlibat dalam serangan itu tetapi tidak mengkonfirmasi apakah mereka melakukan serangan tersebut atau membantu Kementerian Pertahanan Ukraina dalam menargetkan Pangkalan Udara Saky.

Terlepas dari itu, dampak 12 ledakan tersebut sangat besar dan menandakan pergeseran perang.

Moskow tidak menyangka Ukraina akan mampu melakukan serangan 200km di belakang garis depan dan insiden itu mengguncang banyak warga Rusia yang sedang berlibur di wilayah Crimea.

Ribuan wisatawan telah melarikan diri dan kembali ke rumah mereka, menyebabkan kemacetan lalu lintas di Jembatan Kerch, yang menghubungkan Semenanjung Crime ke Rusia.

Untuk moral dan propaganda Rusia, ini menghancurkan. Presiden Rusia Vladimir Putin mencaplok semenanjung itu pada tahun 2014, menyebabkan lonjakan peringkat popularitasnya dengan Crimea yang melambangkan kesuksesannya.

Jembatan Kerch selesai dibangun pada Desember 2017 yang mewakili penyatuan kembali Crimea dan Rusia dan memberikan akses mudah kepada wisatawan Rusia ke semenanjung tersebut.

Namun, jika rudal jarak jauh menyerang Pangkalan Udara Saky, ini menempatkan jembatan di tempat yang rentan dan kehancurannya akan membebani Putin dengan lebih banyak penghinaan.

Analis dan mantan Mayor Jenderal Angkatan Darat Australia Mick Ryan menjelaskan di Twitter bahwa rentetan ledakan dahsyat itu merusak Rusia jauh melampaui kerusakan pesawatnya.

Pangkalan tersebut memberikan dukungan udara untuk Armada Laut Hitam Rusia, yang sekarang jauh lebih rentan terhadap serangan Ukraina bersama dengan semenanjung lainnya.

Ukraina jelas sekarang dapat membuat sebagian besar Crimea dalam bahaya. Dan bukan hanya pangkalan udara. Armada Laut Hitam, bahan bakar, amunisi, tempat perbaikan, dan infrastrukturnya sekarang rentan. Ini menempatkan Rusia dalam kesulitan yang nyata," tulis Ryan di Twitter, seperti dikutip Intellinews , Senin (15/8/2022).

Akibatnya, Rusia dapat meningkatkan pertahanan udaranya atau mengevaluasi kembali sistem militer apa yang mereka pangkalankan di wilayah tersebut.

Namun, lanjut Ryan, kegagalan sistem S-400 dan sistem pertahanan udara lainnya tidak diragukan lagi akan melemahkan kepercayaan Rusia pada perangkat keras pertahanan mereka. Selain itu, hal itu juga dapat menyebabkan keragu-raguan dari pembeli asing.

Ukraina memuji ledakan itu sebagai kemenangan, yang pada gilirannya meningkatkan moral yang sangat dibutuhkan dibantu oleh meme viral di media sosial.

Akun Twitter resmi Kementerian Pertahanan Ukraina bahkan men-tweet gambar ledakan di samping caption berbunyi; Kementerian Pertahanan Ukraina ingin mengingatkan semua orang bahwa kehadiran pasukan pendudukan di wilayah Crimea Ukraina tidak sesuai dengan tingginya musim turis."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy tidak secara langsung merujuk ledakan itu dalam pidato malamnya; namun, dia menyatakan bahwa perang harus diakhiri dengan pembebasan Crimea.

"Crimea adalah Ukraina dan kami tidak akan pernah menyerah", katanya.

(min)

Topik Menarik