5 Negara yang Kekurangan Jumlah Anak Kecil, Ini Alasan Warganya

5 Negara yang Kekurangan Jumlah Anak Kecil, Ini Alasan Warganya

Gaya Hidup | BuddyKu | Selasa, 9 Agustus 2022 - 18:13
share

TAIPEI Kehadiran anak-anak sangat penting dan mempengaruhi keberlangsungan suatu bangsa. Sebab, di tangan merekalah nantinya masa depan negara akan berada.

Ternyata, ada beberapa negara di dunia yang mempunyai anak kecil dengan jumlah sedikit. Berikut informasinya.

1. Taiwan

Melansir data yang dipublikasikan oleh Statista, Taiwan termasuk dalam negara yang tingkat fertilitasnya rendah, yakni hanya 1,07 anak per wanita di tahun 2021. Jumlah anak kecil di negara ini sedikit.

Pada tahun tersebut, hanya 149.318 bayi yang lahir di Taiwan. Sementara itu, kelompok usia terbesarnya berumur 42 tahun dengan jumlah 410.760 orang.

Melansir dari laman DW, disebutkan bahwa salah satu alasan banyaknya warga Taiwan menunda atau bahkan enggan menikah adalah karena terjadinya perluasan pendidikan tinggi.

Ada banyak sekali perempuan di perguruan tinggi dan lebih memilih pendidikan atau bekerja, dibandingkan menikah.

Di tahun 2020, setidaknya ada lebih dari 500 ribu laki-laki dan perempuan yang sudah ada di usia menikah. Namun, sebagian besar dari mereka memilih untuk meneruskan karier.

2. Korea Selatan

Korea Selatan memiliki 1,09 kelahiran per 1 wanita pada tahun 2021. Statista menyebut, jumlah anak di negara tersebut 7,48 juta atau 15% dari total populasi Korea Selatan.

Spesifik merujuk pada Seoul, ibu kota Korsel ini memiliki populasi anak kecil 1,17 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlahnya menurun sekitar 60 ribu jiwa.

Satu hal yang menjadi alasan sedikitnya jumlah anak di Korsel adalah karena banyak orang menganggap pernikahan bukan pilihan menarik.

Melansir laman The Conversation, anggapan ini dirasakan terutama oleh perempuan. Sebab, perempuan merasa memiliki peluang atau kesempatan karier.

Jika menikah, otomatis mereka harus berkonsentrasi penuh mengurus rumah tangganya. Bagi masyarakat secara keseluruhan, terutama anak muda baik laki-laki maupun perempuan, berkencan bahkan hingga membangun rumah tangga tidak sesuai dengan meningkatnya tuntutan ekonomi.

Ditambah, kondisi ekonomi di negara tersebut sering tak pasti. Banyak pula anak muda Korsel yang bekerja tidak tetap dengan bayaran rendah.

3. Singapura

Negara paling maju di Asia Tenggara, Singapura, mempunyai tingkat kelahiran yang cukup rendah, yakni hanya 1,15 per wanita.

Masih menurut data yang ada di laman Statista, jumlah anak di Singapura adalah sekitar 12,4% dari jumlah populasi total masyarakatnya.

Persentase ini adalah anak-anak yang ada di usia 0-14 tahun. Menurut data The Straits Times, masih banyak perempuan Singapura yang enggan menikah.

Padahal, usianya sudah matang untuk menikah, yakni 25 hingga 29 tahun, namun belum juga menikah, dengan persentase sekitar 80,7%.

Alasan utamanya adalah karena perempuan merasa tidak memerlukan pernikahan untuk mampu bertahan, terlebih dalam sisi ekonomi.

4. Puerto Rico

Puerto Rico memiliki tingkat kesuburan 1,23 per wanita di tahun 2021. Jumlah anak-anak dengan usia di bawah 5 tahun di negara ini hanya 3,2% dari total populasi penduduk.

Sementara itu, kelompok usia rata-rata di negara tersebut adalah 46,3 tahun. Dalam 10 tahun terakhir, perempuan dengan usia 25 sampai 29 tahun yang belum menikah terus meningkat jumlahnya, yakni dari 71% menjadi 80%.

5. Jepang

Jepang juga masuk negara dengan jumlah anak kecil rendah. Adapun tingkat fertilitas di negara ini adalah 1,38 per wanita.

Mengutip laman Statistic Bureau of Japan, populasi anak usia 0 sampai 14 tahun di negara tersebut adalah 15,03 juta jiwa atau hanya 12% dari total populasi masyarakat Jepang.

Banyak masyarakat Jepang yang memilih tidak menikah. Di tahun 2021, hanya ada 514 ribu pernikahan yang terdaftar di Jepang.

Padahal, angkanya menyentuh 1,029 juta di tahun 1970. Berbagai sumber menyebut, alasan utama masyarakat Jepang tidak menikah adalah karena kondisi ekonomi di negara itu.

Di sisi lain, sebagian besar pria Jepang menganggap bahwa menikah bisa membatasi kebebasan mereka dalam menggunakan uang.

(sya)

Topik Menarik