Kemenag Tegaskan Padepokan Gus Samsudin Bukan Pondok Pesantren: Tidak Terdaftar Juga

Kemenag Tegaskan Padepokan Gus Samsudin Bukan Pondok Pesantren: Tidak Terdaftar Juga

Gaya Hidup | BuddyKu | Selasa, 9 Agustus 2022 - 12:33
share

JAKARTA, iNews.id - Subdit Pendidikan Pesantren Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan Padepokan Nur Dzat Sejati milik Samsuddin Jadab atau yang dikenal dengan Gus Samsudin di Blitar bukan merupakan pondok pesantren. Tempat itu juga tidak terdaftar di Kemenag.

Tidak menyebut Padepokan Nur Dzat Sejati dengan sebutan pesantren, dikarenakan tidak terdaftar di Kemenag serta tidak sesuai dengan model/pola pendidikan pesantren, ujar Kepala Subdirektorat Pendidikan Pesantren Basnang Said, Selasa (9/8/2022).

Kemenag pun menegaskan Padepokan Nur Dzat Sejati tidak memiliki status sebagai pesantren. Hal ini dikarenakan tidak sesuai dengan Arkanul Mahad dan Ruuhul Mahad sebagaimana diatur dalam PMA 30 tahun 2020.

Padahal, Kementerian Agama telah menetapkan syarat pendirian pesantren berupa Arkanul Mahad (kiai, santri mukim, asrama, masjid/musala, dan kajian kitab kuning) serta Ruhul Mahad (jiwa pesantren) serta ketentuan penyelenggaraan pesantren.

Jika Padepokan Nur Dzat Sejati menyebut dirinya sebagai pesantren, maka itu hanya berlaku bagi internal para pengikut Padepokan Nur Dzat Sejati saja, ujar dia.

Selain itu, Padepokan Nur Dzat Sejati yang dipimpin oleh Gus Samsudin ini baik secara administratif, kata Said tidak memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai lembaga pesantren dikarenakan tidak ada kajian kitab kuning.

Oleh karenanya Padepokan tersebut tidak dapat disebut sebagai pesantren dan tentunya tidak terdaftar sebagai pesantren di Kementerian Agama, tutur dia.

Berdasarkan aturan tentang pola pendidikan pesantren, PMA 30 Tahun 2020 mengatur mekanisme yang sangat ketat tentang pendirian pesantren dan terbukti Padepokan Nur Dzat Sejati tidak terdaftar di Kemenag.

PMA 31 tahun 2020 itu mengatur tentang jalur, jenjang serta bentuk pendidikan pesantren yakni jalur pendidikan formal dengan jenjang dasar, menengah dan tinggi dalam bentuk Muadalah (SPM), Pendidikan Diniyah Formal (PDF), dan Mahad Aly. Serta jalur pendidikan nonformal diselenggarakan dalam bentuk pengkajian kitab kuning dan bentuk lain yang terintegrasi dengan pendidikan umum.

Penyebutan istilah santri pada pengikutnya hanya didasarkan pada aktivitas mukim dan pengajian ala majelis taklim di padepokan tersebut, ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, nama Gus Samsudin viral usai praktik pengobatan alternatif di satu padepokan di Blitar, Jawa Timur. Di sisi lain, dia bukan hanya dianggap bisa mengobati sakit pasien, tapi juga dipercaya sebagai orang sakti.

Topik Menarik