Sate Kambing Pak Kumis

Sate Kambing Pak Kumis

Gaya Hidup | netralnews.com | Minggu, 7 Agustus 2022 - 11:01
share
JAKARTA - Dulu kala di jalan seputaran Menteng, Jakarta Pusat, ada lima warung makan. Mereka adalah penjual siomay, bakso, nasi uduk, martabak, dan yang terakhir jual sate dan sop kambing. Si pedagang sop kambing biasa dipanggil dengan "Pak Kumis" karena kumisnya memang baplang banget.

Entah punya ajian apa, setiap hari warung Pak Kumis selalu ramai dengan pengunjung. Berbeda sekali dengan warung-warung lainnya yang selalu terlihat sepi. Melihat kesuksesannya, pedagang-pedagang lain menjadi iri. Mereka langsung banting setir, semuanya jadi berjualan sop dan sate kambing juga, dan berharap tempatnya juga akan ramai seperti warung Pak Kumis.

Melihat gelagat buruk, Pak Kumis langsung mengganti kain tendanya dengan tulisan, "Sate dan Sop Kambing Pak Kumis." Setiap ada pelanggan datang dia menyapa dan melayani sendiri tamunya sambil berkata, "Jangan bingung. Pokoknya yang asli dan enak adalah sop kambingnya Pak Kumis."

Di sini kita lihat bahwa Pak Kumis secara naluriah sudah mengerti tentang brand. Dia tidak ingin produknya jadi generik. Dia ingin menjaga konsumen tetap loyal padanya. Sialnya, pedagang-pedagang lain juga ikut-ikutan mengganti kain tendanya dengan tulisan yang sama, Sate dan Sop Kambing Pak Kumis. Dan tiba-tiba di sepanjang jalan itu bermunculan pula pedagang-pedagang baru yang hampir semuanya berjualan sop/sate kambing dan hampir semua memakai brand Pak Kumis.

Murkalah Pak Kumis kita! Perkelahian fisik hampir saja terjadi. Untunglah pihak keamanan segera turun tangan. Setelah melalui perundingan dan tarik urat yang menegangkan, akhirnya disepakati bahwa semua boleh pakai brand Pak Kumis, sedangkan pembedaannya adalah pada angka. Jadi sekarang ada Tajudin Kumis 459, Komar Kumis 564. Yang akhirnya memang membingungkan konsumen. Bingung yang mana sate Pak Kumis yang asli.

Di sini kita lihat bahwa keberadaan brand sangatlah penting. Karena brand merupakan identitas. Bagaimana mungkin orang mencari brand kita kalau brand- nya saja mereka tidak tahu. Gimik , atribut, dan segala hal lainnya adalah penunjang sebuah brand . Kita bisa saja mendongkrak sales dengan segala macam sarana penunjang lain, tapi yang harus dikedepankan tetap brand -nya. Yang lain berfungsi sebagai mesin pendorong. Seperti piramid, brand harus berada di puncak, sementara yang lain adalah faktor pendukung.

Sibuk mengurus sales tanpa memikirkan pentingnya brand seperti bom waktu yang siap meledak sewaktu-waktu. Untunglah sekarang banyak pengusaha kecil dan menengah yang sudah pintar. Mereka tidak mau mempunyai nasib seperti Pak Kumis yang panik ketika saingan datang. Mereka merasa perlu mengantisipasi jauh-jauh hari bahaya yang akan datang.

Sejak awal mereka telah menciptakan brand . Menciptakan image . Mendekatkan diri pada konsumen dan memelihara kesetiaan konsumen. Ingat! Brand adalah personalitas. Pernahkah Anda berhubungan dengan orang bertahun-tahun, setia padanya tapi Anda sendiri tidak tahu namanya? Atau dengan kata lain orang itu tidak punya nama? Belum pernah kan ? Makanya sebuah produk harus diberi nama, agar sebagai person dia dapat berhubungan baik dengan person lainnya (baca: konsumen).

Topik Menarik