Ternyata Perang Jawa Sudah Diramalkan Dua Orang Besar
YOGYAKARTA, NETRALNEWS.COM - Beberapa raja Mataram dan keturunannya memang dikenal mempunyai kelebihan landhep ing paningal atau tajam penglihatannya. Di samping itu, beberapa raja juga mempunyai kelebihan lain yaitu weruh sakderenge pinarak atau tahu sebelum peristiwa terjadi. Mereka berucap seakan-akan ucapannya benar-benar terjadi. Ucapan-ucapan inilah yang kemudian dikenal masyarakat sebagai ramalan.
Banyak peristiwa-peristiwa terjadi, tetapi sudah diramalkan sebelumnya oleh raja Mataram atau para ulama Mataram. Hanya saja untuk tulisan kali ini penulis hanya akan mengupas dua sosok orang besar yang disematkan oleh para sejarawan sebagai raja terbesar Dinasti Mataram yaitu Sultan Agung dan raja terbesar kedua keturunan Dinasti Mataram yaitu Sultan Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwono I, raja pertama Kesultanan Yogyakarta.
Setelah kegagalan Mataram menggempur Batavia yang kedua pada 1629, Sultan Agung pernah meramalkan tentang akan datangnya perang besar di tanah Jawa yang dikobarkan Pangeran Diponegoro. Ramalan ini dipaparkan dalam Babad Diponegoro versi Manado yang ditulis di Manado selama 9 bulan yang berhasil menulis sebanyak kurang lebih 1.000 halaman.
Dalam ramalan itu Sultan Agung mengatakan Belanda akan memerintah Jawa selama tiga ratus tahun ( ngantos tri-atus warseki ) dan walaupun salah satu keturunan saya akan bangkit menentang mereka serta menimbulkan kehancuran hebat di pihak Belanda, hanya Allah yang mengetahui bagaimana hasilnya.
Ramalan Sultan Agung benar-benar terbukti. Setelah 196 tahun dari ramalan itu, Diponegoro mengobarkan Perang Jawa yang keadaannya menyerupai yang diramalkan. Daya rusaknya luar biasa.
Sultan Agung memang dalam ramalannya sering menjadi kenyataan. Sultan Agung pernah meramalkan setelah dua kali kekalahannya dengan Kompeni Belanda ketika berniat menguasai Batavia (1628 dan 1629).
Sang Raja mengatakan Sudah takdir Allah orang Belanda hendak menolong keturunan saya menjadi raja....maka saya membuat perang ini hanya sementara saja ....agar perang diakhiri saja karena orang Belanda hanya untuk berdagang.
Benar saja, rupanya ramalan Sultan Agung itu terbukti kebenarannya karena apabila tidak ada campur tangan Kompeni Belanda (Kompeni membantu Amangkurat II), bisa jadi dinasti Mataram akan runtuh setelah cicit Senapati Amangurat I berkuasa, sebab Trunajaya dari Madura yang masih menantu Pangeran Kajoran dari Bayat melakukan pemberontakan kepada Mataram.
Ramalan Sultan Agung juga sekaligus mematahkan ramalan ratusan tahun sebelumnya di Sela Gilang ketika Senapati mendapatkan wahyu sinar putih di atas kepalanya dengan mengatakan Mataram akan runtuh pada masa Amangkurat I setelah sebelumnya didahului gunung meletus, penyakit menular, dan kekacauan di Mataram.
Raja lain yang meramalkan akan datangnya Perang Jawa adalah Sultan Mangkubumi. Dalam Babad Diponegoro versi Manado, Diponegoro mendeskripsikan bagaimana ia semasa kecil dibawa kepada Sultan Mangkubumi, eyang buyutnya oleh ibundanya Raden Ayu Mangkorowati.
Saat itu Mangkorowati masih sangat belia karena masih berumur 15 tahun. Memang pada zaman itu seorang bangsawan atau pangeran menikah di usia dini merupakan sebuah pemandangan yang biasa.
Ketika Sultan Mangkubumi yang sudah berusia senja itu menggendong Diponegoro kecil kemudian dia menitipkan bayi itu kepada permaisurinya Ratu Ageng, ibunda Sultan kedua dengan mengatakan Bayi ini akan mendatangkan kerusakan kepada Belanda yang lebih besar dari pada yang pernah saya buat ketika berperang melawan kolonial selama Perang Giyanti (1746-1755), tetapi Yang Maha Kuasa yang tahu hasilnya.
Setelah mendapat amanat itu, sepeninggal suaminya (Sultan Mangkubumi) pada tahun 1792, Ratu Ageng kemudian lebih memilih tempat tinggal di sebuah kampung yang sejuk, damai dan indah di Tegalrejo yang jaraknya kurang lebih 3 kilometer dari istana untuk membesarkan Diponegoro kecil.
Ratu Ageng Tegalrejo memang sengaja mendidik Diponegoro kecil yang jauh dari gemerlap kehidupan mewah istana, agar terbentuk karakter yang kuat yang selalu peka dengan lingkungan dan peduli kepada rakyat.
Ramalan Sultan Agung dan Sultan Mangkubumi memang menunjukkan kebenarannya. Perang Jawa benar-benar mempunyai daya rusak yang sangat besar.
Viral Video Pengakuan Inara Rusli Punya Pacar Pengusaha Muda di Awal Agustus 2025, Insanul Fahmi?
Sebanyak 7.000 serdadu pribumi serta sebanyak 8.000 tentara Belanda dan Eropa tewas dalam Perang Jawa. Biaya perang yang harus dirogoh dari kantong kas Belanda sebesar 25 juta gulden atau sekarang setara dengan 2,2 milyar dolar Amerika Serikat.
Perang Jawa juga membawa dampak kepada orang Jawa yang sungguh mengenaskan. Sebanyak 2.000.000 orang Jawa atau sepertiga penduduk Jawa saat itu meninggal dunia.
Anak-anak yatim bertebaran dimana-mana. Kelaparan dan kesulitan hidup terus menghantui penduduk Jawa. Seperempat dari seluruh sawah dan ladang yang ditanami tanaman pangan (lahan pertanian) rusak berat.
Penulis: Lilik Suharmaji
Founder PUSAM (Pusat Studi Mataram) tinggal di Yogyakarta









