Waspada, Puing Seberat 20 Ton dari Roket Raksasa China Akan Berjatuhan dari Langit

Waspada, Puing Seberat 20 Ton dari Roket Raksasa China Akan Berjatuhan dari Langit

Gaya Hidup | BuddyKu | Jum'at, 29 Juli 2022 - 11:40
share

CHINA Akhir pekan ini diprediksi puing-puing luar angkasa akan berjatuhan dari langit. Puing-puing itu berasal dari sisa roket besar China yang mengirimkan modul baru ke stasiun luar angkasa pada Senin silam. Roket Long March 5B seberat 23 ton yang membawa modul laboratorium Wentian, lepas landas dari Pulau Hainan pada pukul 14:22 waktu setempat Minggu, 24 Juli 2022 silam. Modul tersebut berhasil merapat ke pos orbit China. Namun, setelah tugasnya selesai, roket tersebut turun tak terkendali menuju atmosfer bumi dan tidak jelas di mana ia akan mendarat. Insiden roket yang jatuh tak terkendali itu bukan terjadi sekali. Tapi sudah tiga kali terjadi. Karena itu, China mendapat teguran karena tidak menangani puing-puing luar angkasa dengan benar dari punggung roketnya.

Bayangkan, roket tersebut adalah benda logam seberat 20 ton. Meski akan pecah saat memasuki atmosfer, namun banyak puing--beberapa di antaranya cukup besar--yang akan menghantam permukaan bumi, kata Michael Byers, profesor di University of British Columbia dan penulis studi tentang risiko korban dari puing-puing luar angkasa.

Bisa Berbahaya Puing-puing ruang angkasa itu memang menimbulkan risiko yang kecil bagi manusia. Namun, Byers menjelaskan, ada kemungkinan bahwa bagian yang lebih besar dapat menyebabkan kerusakan jika mendarat di daerah yang berpenghuni.

Byers menyebut badan roket yang jatuh ke bumi itu tiga kali lebih mungkin mendarat di garis lintang Jakarta, Dhaka dan Lagos dibandingkan New York, Beijing atau Moskow. Risiko ini sepenuhnya dapat dihindari karena teknologi dan desain misi sekarang ada yang dapat memberikan entri ulang yang terkontrol (biasanya ke daerah-daerah terpencil di lautan) alih-alih tidak terkontrol dan acak, katanya.

Holger Krag, kepala Kantor Puing-puing Antariksa Badan Antariksa Eropa, mengatakan praktik terbaik dunia terhadap puing-puing luar angkasa adalah melakukan re-entry yang terkontrol, menargetkan bagian laut yang terpencil. Sehingga tidak ada risiko puing tersebut jatuh ke wilayah yang padat penduduk.

Jonathan McDowell, astronom di Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan bahwa puing-puing luar angkasa dengan berat lebih dari 2,2 ton biasanya dibawa ke lokasi tertentu pada orbit pertama Bumi. Intinya, benda-benda yang besar biasanya tidak bisa mengorbit tanpa sistem kendali aktif, ujarnya.

Dengan tidak ada sistem kontrol aktif dan tidak ada mesin yang dapat dihidupkan kembali untuk mendorongnya kembali ke Bumi ... maka puing tersebut hanya jatuh di orbit dan akhirnya terbakar karena gesekan dengan atmosfer, kata McDowell kepada CNN.

China dikritik keras tahun lalu karena penanganannya terhadap puing-puing luar angkasa setelah meluncurkan modul lain pada roket serupa. Sisa-sisa puing jatuh ke Samudra Hindia dekat Maladewa 10 hari setelah peluncuran.

NASA mengatakan China gagal memenuhi standar peluncuran roket yang bertanggung jawab,. Namun, China menanggapi kritik dengan menyalahkan AS karena menyebarkan ketakutan terhadap masuknya kembali roket dan menuduh ilmuwan AS dan NASA bertindak melawan hati nurani mereka dan menjadi anti-intelektual.

Pada 2020, inti roket China - yang beratnya hampir 20 ton - masuk kembali secara tidak terkendali ke atmosfer Bumi, melewati langit Los Angeles dan Central Park di New York City sebelum akhirnya menyelam ke Samudra Atlantik.

Sampah antariksa seperti satelit tua masuk kembali ke atmosfer bumi setiap hari, meskipun sebagian besar tidak diperhatikan karena terbakar jauh sebelum bisa menyentuh tanah. Hanya puing-puing ruang angkasa yang lebih besar -- seperti pesawat ruang angkasa dan bagian roket -- yang menimbulkan risiko sangat kecil bagi manusia dan infrastruktur di darat.

(dan)

Topik Menarik