Pakai TelePetugas Kemenkes Terus Pantau Makanan Jemaah Haji 25 Sampel Tak Laik Konsumsi

Pakai TelePetugas Kemenkes Terus Pantau Makanan Jemaah Haji 25 Sampel Tak Laik Konsumsi

Gaya Hidup | BuddyKu | Kamis, 30 Juni 2022 - 20:42
share

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan makanan jemaah haji asal Indonesia aman untuk dikonsumsi. Secara real time , setiap harinya semua petugas kloter melaporkan hasil pemeriksaan terhadap makanan yang akan dikonsumsi jemaah setiap pagi, siang, dan malam ke dashboard TelePetugas.

Aktivitas ini menjadi early warning system bagi terjaminnya keamanan makanan untuk 100.051 jemaah haji yang terbagi atas 243 kloter di 40 maktab, di Mekah selama operasional haji di 2022.

Melalui sistem ini, memudahkan petugas melakukan pengawasan makanan bagi jemaah haji. Makanan yang tidak laik makan, akan langsung diintervensi petugas, jelas Kepala Pusat Kesehatan Haji dr Budi Sylvana, di Mekah, Kamis (30/6), seperti keterangan Kemenkes.

Budi menjelaskan, intervensi dilakukan secara bertahap. Intervensi awal dilakukan dengan menghubungi Tenaga Kesehatan Haji (TKH) untuk melakukan konfirmasi dan memastikan jemaah tidak mengkonsumsi makanan yang tidak laik dikonsumsi. Tahapan selanjutnya dilakukan melalui pemeriksaan langsung yang dilakukan tim sanitasi dan food security bersama tim catering Kementerian Agama langsung kepada katering dimaksud.

Untuk makanan yang hasilnya baik, tentunya kita tidak lakukan intervensi, tambah Budi.

Setiap harinya, TKH kloter akan melakukan input data hasil pemeriksaan terhadap makanan yang akan dikonsumsi jemaah, di setiap waktu makan pagi, siang, dan sore. Ada empat indikator dalam penilaian makanan jemaah haji, yaitu nasi atau lauk basi, makanan mentah, makanan berubah warna, dan makanan berubah rasa.

Laporan yang paling sering ditemui adalah nasi yang kurang matang atau ngletis, ungkap Ade Mashuri, Tim Sanitasi dan Food Security Daker Mekah.

Selama masa operasional haji, sampai Kamis (30/6) pukul 13.00 waktu setempat, sebanyak 1.616 sampel makanan yang telah diperiksa dan diinput datanya oleh TKH. Dari jumlah tersebut, sebanyak 25 sampel yang tidak laik untuk dikonsumsi, dan dilakukan intervensi.

Rekomendasi agar pemasakan lebih lama dan menambahkan jumlah air, agar nasi lebih empuk, tambah Ade.

Rekomendasi lain yang juga diberikan, lanjut Ade, adalah jeda waktu antara pemasakan dan distribusi makanan maksimal 6 jam. Serta dalam proses penyimpanan disimpan dalam box heater (lemari pemanas makanan) agar kualitas makanan tetap terjaga sesuai rekomendasi kesehatan lingkungan.

Topik Menarik