Fenomena Umat Berkepribadian Ganda

Fenomena Umat Berkepribadian Ganda

Gaya Hidup | BuddyKu | Rabu, 29 Juni 2022 - 06:00
share

Akumulasi rentetan peristiwa dehumanisasi yang bertema keagamaan, melahirkan kepribadian ganda dalam umat beragama. Mereka kecewa, mestinya agama menawarkan kearifan, tetapi yang terjadi menimbulkan kekejaman.

Pada saat bersamaan, ada perkembangan yang terjadi di sekitar umat jauh dari perkiraan semula, yaitu terjadinya percepatan sains dan teknologi yang melipat waktu. Masa depan itu dirasakan datang lebih awal mendahului perkiraannya.

Apa jadinya jika masa depan datang lebih awal, melampaui kecepatan umat menyiapkan diri? Mestinya masa depan itu datang seabad lagi tetapi tiba-tiba sudah hadir di dalam ruang privat keluarga kita.

HP dan tablet dengan segala kemampuannya, tiba-tiba sudah menembus ke dalam kamar-kamar privat anak-anak kita. Mereka bisa menggunakannya untuk chatting dengan teman dekatnya di ujung dunia sekalipun, tanpa harus menunggu waktu terlalu lama.

Di satu sisi ia hidup di lingkungan budaya keluarga yang sedemikian ketatnya, tetapi IT menawarkan universal values yang sedemikian liberalnya. Akibatnya, generasi baru muslim mengalami keterbelahan kepribadian ( split personality ).

Fenomena kesemrawutan budaya sudah sedemikian tampak di depan mata. Di dalam rumah atau lingkungan keluarga, anak-anak kita disuguhi sebuah peradaban yang sangat santun, tetapi di luar rumah mereka disuguhi peradaban yang sangat liberal.

Di dalam kelas diajarkan etika keilmuan yang sangat disiplin, tetapi di dalam masyarakat luas berhadapan dengan suasana kebebasan bahkan kebablasan. Di dalam masjid atau rumah-rumah ibadah diajari kesantunan dan akhlak, tetapi di luar rumah berhadapan dengan kemunafikan dan hipokrit. Di kampung halaman mereka diajari tatakrama yang santun, tetapi di perkotaan berhadapan dengan kebebasan nilai yang sedemikian lair.

Kepribadian ganda merupakan fenomena komplek. Ia tidak berdiri sendiri, melainkan saling mengait satu sama lain. Faktor penyebabnya juga sangat kompleks. Generasi baru umat dan warga bangsa kita dihadapkan kepada berbagai macam kontradiksi dalam kehidupan. Antara nilai-nilai ajaran dan agama dan nilai-nilai kehidupan realitas masyarakat dirasakan adanya hal-hal yang berhadap-hadapan.

Nilai-nilai agama dikesankan terlalu dogmatis, membatasi, berorientasi masa lampau, terlalu akhirat oriented , konservatif, bersifat statis, tradisional, statis, terlalu tekstual, kualitatif, dan deduktif. Sementara nilai-nilai kehidupan nyata di masyarakat terkesan terlalu rasional bahkan liberal, membebaskan, berorientasi masa depan, terlalu dunia oriented , modern, dinamis dan mobile , kontekstual, dan induktif.

Dalam masa transisi sistem peradaban generasi muda bahkan semua lapisan masyarakat seperti mengalami kekagetan berlapis-lapis ( multiple shocks ), seperti kekagetan teologi ( theological shock ), kekagetan budaya ( cultural shock ), kekagetan politik ( political shock ), kekagetan ekonomi ( economical shock ), dan kekagetan ( science & tecnological shock ).

Contoh teological shock ialah terjadinya transformasi aliran dan mazhab yang semula Jabariyah/Asyariyah ke Mutazilah/Abduhisme, dari Sunni/Syafii ke multi mazhab/ talfiq , dari Fiqh oriented ke spiritual oriented , dari religiousness ke religious mindedness , dari orientasi teks ke orientasi konteks, dan dari tradisional-konvensional ke modern-kontemporer.

Contoh cultural shock terjadinya transformasi dan pergeseran nilai secara besar-besaran di masyarakat, seperti pergeseran nilai-nilai dalam keluarga, misalnya anak-anak kita tiba-tiba begitu familiar dengan makanan cepat saji (fastfood), pergeseran figur idola fungsional, pergeseran figur idola publik, perubahan radikal dalam mode/ fashion , perubahan dalam menu/konsumsi, lahirnya budaya membuang dan menyewa, dan menipisnya budaya malu.

Dalam bidang politik, terjadi pergeseran dari elit bangsawan ke elit birokrasi, dari elit pesantren ke elit kampus, dari central power ke local power, dari bandit nasional ke bandit lokal, dari charismatic leader ke professional manager , dari monarki-otoriter ke demokrasi-terbuka, dan dari promosi like and dislike ke meritokrasi.

Topik Menarik