Paloh Mega Teman Tapi Tidak Mesra

Paloh Mega Teman Tapi Tidak Mesra

Gaya Hidup | BuddyKu | Selasa, 28 Juni 2022 - 06:54
share

Hubungan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dikabarkan mulai agak tegang dan merenggang. Keputusan NasDem akan mencapreskan Ganjar Pranowo membuat pertemanan Paloh-Mega yang selama ini lengket, jadi tidak mesra lagi.

Di arena Rakernas NasDem, 15-17 Juni lalu, banyak kader NasDem kesemsem sama Ganjar. Walhasil, Gubernur Jawa Tengah ini, terpilih menjadi salah satu dari tiga nama yang dijagokan NasDem. Dua lainnya adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Panglima TNI Andika Perkasa.

Entah kebetulan atau disengaja, NasDem menggelar Rakernas lebih awal dari PDIP. Hanya selang hitungan hari. NasDem pun mendahului PDIP dalam mengumumkan jagoannya.

Sebetulnya siapa yang duluan, tak jadi soal. Cuma yang jadi masalah kemudian, NasDem tak ngomong dulu ke PDIP kalau akan menjagokan kadernya. Akibatnya, saling balas pantun antarkedua elit partai itu pun, tak terhindarkan.

Paloh mengakui dirinya belum izin ke Mega saat Rakernas NasDem merekomendasikan Ganjar sebagai salah satu capres NasDem. Itu semua konsep political gagasan dilandasi dengan niat baik, bukan mencari-cari masalah. Mudah-mudahan tidak ada salah pemahaman kepada niat ini, kata Paloh, usai meresmikan kantor DPW Partai NasDem Aceh, kemarin.

Lagi pula, lanjut Paloh, status Ganjar juga masih bakal calon. Bukan calon satu-satunya yang dijagokan partainya. Masih ada dua nama lagi yang akan digodok bersama.

Posisinya kan masih bakal calon, komposisi sama, ya akhirnya nanti kita akan menentukan calon tetap, tapi itu butuh waktu. Kita berupaya untuk menentukan pilihan terbaik, sambungnya.

PDIP sebetulnya tidak masalah. Ketua DPP PDIP, Rokhmin Dahuri menilai, keputusan NasDem menjagokan kader partainya adalah sah-sah saja. Justru positif bagi partai kader seperti PDIP.

Kalau dari perspektif PDIP itu positif ya, salah satu kader terbaik dipinang oleh partai lain. Berarti bagus, kata Rokhmin, kepada Rakyat Merdeka , tadi malam.

Namun, ada sisi lain, yang dinilai Rokhmin, luput dari perhatian NasDem. Agar hubungan antarpartai dan tokoh politik ini tetap terjaga baik.

Dari sisi tata krama, saya kira pak Surya cukup tahulah karakteristik ibu Mega. Harusnya kan intro dulu, katanya.

Apalagi, dalam hal penetapan calon presiden, partainya sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Ketua Umum. Termasuk soal kapan jagoan banteng itu akan diumumkan. Ibu ketua umum kan di Rakernas sudah minta sabar dulu, tandasnya.

Nah, dengan kondisi demikian, apakah masih mungkin PDIP dan NasDem baikan lalu kembali berkoalisi di kontestasi Pilpres mendatang?

Menurut Rokhmin, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. Karena politik adalah seni kemungkinan.

Meskipun sekarang tampak tegang, mungkin 6 bulan ke depan hubungannya bisa beda lagi, jelasnya.

Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya meminta agar PDIP dan NasDem tidak dikompori. Bagi NasDem, PDIP adalah saudara tua. Konco dekat partainya.

Ingat, partai yang pertama dikunjungi NasDem itu PDIP. Dengan PDIP itu kan kawan sendiri, kita sesama pengagum Soekarno, kata Willy, kepada Rakyat Merdeka , tadi malam.

Soal pilihan partainya yang kemudian jatuh ke Ganjar, juga adalah bentuk apresiasi NasDem kepada PDIP, yang punya banyak stok kader yang bagus.

Menurutnya, ini bukan kali pertama NasDem menjagokan kader banteng. Di ajang Pilpres sebelumnya, sudah dua kesempatan partainya mendukung kader PDIP. Yaitu Jokowi. Belum lagi di ajang Pilkada.

Itulah sacrifice-nya (pengorbanan) Paloh. Dia melihat orang di luar dirinya. Kalau melihat dari dalam itu biasa, melihat dirinya, anaknya, saudaranya dan lainnya, sambung dia.

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjajaran (Unpad), Prof Muradi menilai, keputusan NasDem menjagokan Ganjar dan dua nama lainnya sebagai bakal calon presiden, masih dalam batas wajar. Karena NasDem memang tidak punya kader untuk diusung di Pilpres mendatang.

Ini masalah komunikasi politik saja. Harusnya, PDIP bangga kadernya diusulkan oleh partai lain, kata Muradi, dalam perbincangan, tadi malam.

Kendati demikian, ia juga memberi catatan kepada NasDem. Agar hubungan yang agak tegang dengan PDIP ini jadi pelajaran ke depannya.

NasDem juga harusnya instropeksi, Harus persiapkan kader. Jangan cuma ambil kader partai lain, sentilnya.

Ia meyakini, ketegangan antara PDIP dan NasDem ini tidak akan berlangsung lama. Isu politik itu kan mingguan, ketika duduk bareng di Istana waktu reshuffle itu kan baik-baik saja. Partai lain, Golkar dengan PKB juga baik-baik saja, yakinnya.

Tapi, pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno melihat, ada kemungkinan ketegangan PDIP-NasDem akan berlangsung lama. NasDem dan PDIP lagi enggak baik-baik saja. Saya menduga, maksud PDIP bilang enggak mau koalisi dengan Demokrat dan PKS, justru sasaran utamanya adalah enggak mau koalisi sama NasDem, kata Adi, saat dihubungi, tadi malam.

Saya menduga masalah ini enggak terlepas dari keputusan NasDem belakangan ini. NasDem membuat front terbuka dengan PDIP, pungkasnya.

Topik Menarik