Hentikan Nafsu Kuasa Buta dan Sentimen Agama! Manusia Terancam Punah, Pedulilah EBT!

Hentikan Nafsu Kuasa Buta dan Sentimen Agama! Manusia Terancam Punah, Pedulilah EBT!

Gaya Hidup | netralnews.com | Senin, 27 Juni 2022 - 14:16
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM Bukan mengada-ada dan berlebihan bila menyebutkan bahwa manusia bisa punah. Catatan sejarah telah menunjukkan bukti tentang kejadian mengerikan di masa lampau.

Meski dikenal memiliki badan begitu besar dan menguasai bumi sekitar 230 juta tahun, hewan purba Dinosaurus akhirnya punah sekitar 66 juta tahun lalu. Sejumlah ilmuwan pun mencoba mengungkap penyebabnya.

Hipotesis Alvarez, yang dilakukan oleh ayah dan anak Luis dan Walter Alvarez pada 1980 menyebutkan bahwa meteor seukuran gunung telah menabrak Bumi 66 juta tahun lalu.

Berbeda dengan hipotesis Alvarez, The Harvard Gazette berpendapat komet dari awan Oort (bola puing di tepi Tata Surya) terbentur oleh medan gravitasi Jupiter kemudian menghantam Bumi dengan melepaskan energi besar, mengakibatkan gempa, gunung meletus, dan menghasilkan debu, gas, radiasi, dan puing-puing yang memenuhi atmosfer. Bumi pun menjadi, hitam, gemap dan tidak tertembus Matahari.

Perubahan iklim mendadak dan menggiring bumi pada suhu yang sangat dingin. Makhluk besar seperti dinosaurus yang tidak dapat beradaptasi kemudian mengalami kematian masal hingga punah. Singkat cerita, hewan purba yang begitu besar dan telah merajai dunia jutaan tahun pun punah akibat perubahan iklim ekstrim.

Usai dinosaurus punah, kekuasaan Tuhan Yang Maha Agung menciptakan manusia. Manusia (purba) secara bertahap kemudian menjadi manusia (modern) penguasa bumi.

Bila dibandingkan dengan dinosaurus yang berkuasa selama 230 juta tahun, usia manusia relatif lebih muda (sekitar 4,4 juta silam). Namun yang sangat membedakan, Tuhan mengaruniakan akal budi kepada manusia.

Menginjak abad ke-18, akal budi manusia berhasil menemukan teknologi modern super canggih dan sebagai dampak dari revolusi industri. Pembangunan dan eksploitasi merajalela. Akhirnya, akal budi manusia tidak hanya digunakan untuk melestarikan namun juga telah menimbulkan efek rumah kaca akibat polusi, limbah, hingga emisi karbon.

Kini akibat pembangunan secara massif telah membuktikan munculnya pemanasan global. Pemanasan global telah memicu cuaca ekstrim, banjir bandang, munculnya beragam penyakit baru, yang dipastikan akan mengancam manusia.

Bencana akibat pemanasan global menyebabkan menurunnya produksi pangan, sementara di sisi lain jumlah penduduk dunia terus bertambah. Potensi krisis pangan pun terjadi di depan mata. Juga, ancaman bencana yang merenggut banyak nyawa termasuk akibat berbagai virus yang bermutasi dan menimbulkan kematian.

Luke Kemp, seorang peneliti di Pusat Studi Risiko Eksistensial di Universitas Cambridge Inggris telah mempelajari keruntuhan peradaban di masa lalu dan risiko perubahan iklim. Kepunahan dan bencana hampir selalu melibatkan banyak faktor, tapi menurut Kemp jika manusia punah, perubahan iklim kemungkinan akan menjadi penyebab utama.

"Jika saya harus mengatakan, menurut saya apa penyumbang terbesar potensi kepunahan manusia di masa depan? Kemudian perubahan iklim, tidak diragukan lagi," kata Kemp.

Nafsu Kuasa dan Sentimen Agama

Di tengah ancaman nyata dari pemanasan global, alangkah mirisnya bahwa umat manusia dan bangsa Indonesia khususnya hingga detik ini masih disibukkan dan urusan yang sebenarnya jauh lebih kecil artinya dibanding nasib umat manusia di dunia.

Perang Ukraina-Rusia, konflik di Timur Tengah, sentimen agama di India, nafsu kuasa bermuatan agama (Khilafah), polemik akibat rendang babi, miras SARA, dan sebagainya. Persoalan-persoalan tersebut telah menguras energi yang tak sedikit.

Padahal, entah apa pandangan politik Anda, berbangsa, suku, agama, ras, apa pun, saat ini berada dalam situasi yang sama. Anda, istri, anak, dan keturunan Anda terancam oleh dampak dari pemanasan global.

Nafsu kuasa (politik) buta, fanatisme agama buta, atau bahkan kebahagiaan SAAT INI menurut versi Anda, akan kehilangan makna ketika bumi telanjur rusak, terjadi krisis pangan, bencana di mana-mana, yang akhirnya merenggut masa depan orang-orang yang kita cintai.

Semestinya, apapun politik, agama, suku, ras, adalah satu kodrat bernama MANUSIA di mana kemanusiaan Anda saat ini dipersatukan untuk menjaga kelestarian bumi dan keselamatan umat manusia agar terhindar dari kepunahan.

Untuk itu, sudah semestinya kita menghentikan polemik perpolitikan buta dengan memaksakan meraih kemenangan sesaat dan menghancurkan manusia lain. Politik semestinya diarahkan demi terwujudnya keselamatan dan kesjahteraan rakyat (umat manusia).

Dalam hal ini, wacana politik apa pun di masa mendatang seharusnya memberikan prioritas besar bagi upaya penyelamatan alam dari ancaman perubahan cuaca.

Topik Menarik