Hakikat Pujian adalah Ujian, Hati-hati Saat Menerimanya
Fitrah manusia pasti senang dipuji, namun Islam mengingatkan bahwa pujian pada hakikatnya adalah ujian. Kenapa demikian? Karena ujian itu bisa berupa ujian kebaikan maupun keburukan.
Pujian seseorang kepada orang lain biasanya disampaikan dengan kata-kata manis. Ada yang betul-betul ikhlas memberikannya karena seseorang itu layak dipuji, namun ada pula dicampuri dengan pamrih tertentu. Pamrih inilah, umumnya berkonotasi negatif, yang sesungguhnya yang amat berbahaya.
[arabOpen] ( ) : - [arabClose]
Celaka engkau, engkau telah memotong leher temanmu (berulang kali beliau mengucapkan perkataan itu). Jika salah seorang di antara kalian terpaksa/harus memuji, maka ucapkanlah, Saya kira si fulan demikian kondisinya. -Jika dia menganggapnya demikian-. Adapun yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah mensucikan seorang di hadapan Allah. (Shahih Bukhari)
Abu Musa berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendengar seorang pria berlebih-lebihan dalam memuji seorang.Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam lalu bersabda,
[arabOpen]- [arabClose]
Kalian telah membinasakan atau mematahkan punggung orang itu.(Shahih Bukhari: 78-Kitab Al Adab)
Terhadap orang seperti itu, Imam Al-Ghazali mengutip pernyataan keras Rasulullah :
\'\'Taburkanlah tanah ke wajah para pemuji.\'\' Cara lain, berdoa kepada Allah seperti dilakukan Sayidina Ali RA ketika dipuji seseorang, \'\'Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang dia tidak ketahui dan jangan Engkau siksa aku atas apa yang mereka katakan, serta jadikanlah aku lebih baik dari yang mereka kira.\'\'
Kalau begitu adanya, apakah memuji orang lain dilarang dalam Islam? Sebenarnya, Islam membolehkan seorang muslim memberikan pujian kepada orang lain. Memuji orang lain dikatakan baik jika pujian yang diberikan ditujukan untuk memuji kebaikan orang lain yang memang ada pada dirinya.
Apabila pujian ditujukan untuk memuji sesuatu yang memang tidak ada padanya atau tidak diperbuat olehnya maka hal inilah yang tidak boleh. Allah Subhanahu wa Ta\'ala :.
[arabOpen] [arabClose]
Kronologi Lengkap Dugaan Perselingkuhan Inara Rusli dan Insanul Fahmi, Suami Wardatina Mawa
Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (QS. Ali Imran : 188)
Kemudian RasulullahShallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:
[arabOpen] : [arabClose]
Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan) dan (3) ujub (takjub pada diri sendiri).
Ketika memuji, orang yang melontarkan pujiannya merasa aman dari sisi fitnah (sisi negatif). Ini penting dan dibolehkan dalam syari\'at. Dalilnya, dari Abu Hurairah, ia menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Pria terbaik adalah Abu Bakr, Umar, Abu Ubaidah, Usaid bin Hudhair, Tsabit bin Qais bin Syammas, Muadz bin Amru ibnul Jamuh dan Muadz bin Jabal. Kemudian beliau mengatakan, Pria terburuk adalah fulan dan fulan. Beliau menyebutkan tujuh nama. (Shahih Ash Shahihah (875), hadis ini diriwayatkan oleh At Tirmidzi)
Hati-hati pula, dalam pujian itu juga terdapat penipuan. Ibnu Ajibah mengatakan :
Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya. (Mawqi Al Qaroq, Asy Syamilah)
Doa Ketika Mendapat Pujian
Karena itu, ketikakita dipuji atau mendapat pujian, hendaknya langsung berdoa. Seperti yang selalu dilakukan Abu Bakr Ash Shidiq tatkala beliau dipuji oleh orang lain. Doa yang selalu dipanjatkan Abu Bakr radhiyallahu anhu, yakni :.[arabOpen] [arabClose]
Allahumma anta alamu minni bi nafsiy, wa anaa alamu bi nafsii minhum. Allahummaj alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa yalamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
[Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syuabul Iman)
Jadi, jika kita sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah Ta\'ala saja yang memuji amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan komentar dan pujian manusia.
Wallahu A\'lam
(wid)









