Bawa Nuklir ke Angkasa, AS Dicurigai Siap Ngebom Rusia dan China dari Bulan

Bawa Nuklir ke Angkasa, AS Dicurigai Siap Ngebom Rusia dan China dari Bulan

Gaya Hidup | BuddyKu | Minggu, 26 Juni 2022 - 14:23
share

NEW YORK Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional ( NASA ) mengumumkan rencana untuk menempatkan reaktor nuklir di bulan pada tahun 2030 sebagai bagian dari visi untuk mengubahnya menjadi pembangkit listrik. Namun misi ini dicurigai sebagai langkah AS untuk membom Rusia dan China dari bulan.

NASA sendiri telah memilih tiga proposal konsep desain untuk sistem tenaga yang akan diluncurkan pada akhir dekade berikutnya.

Ini akan diuji oleh astronot yang akan pergi ke permukaan bulan di bawah program Artemis. Stasiun tersebut diharapkan dapat mendukung keberadaan manusia di bulan.

Tiga proposal konsep telah diberikan kepada Lockheed Martin, Westinghouse dari Cranberry Township di Pennsylvania dan IX dari Houston, Texas yang merupakan perusahaan patungan dengan Intuitive Machines dan X-Energy.

"Teknologi baru mendorong eksplorasi kami ke bulan, Mars, dan sekitarnya," terang Jim Reuter, administrator asosiasi untuk Direktorat Misi Teknologi Luar Angkasa NASA.

Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat sudah mengingatkan Presiden AS Joe Biden terhadap kemungkinan serangan China terhadap aset luar angkasa mereka.

Apalagi saat ini China memiliki rudal yang dapat diluncurkan dari darat ke luar angkasa untuk menghancurkan satelit yang ada di luar angkasa.

Kepala Angkatan Luar Angkasa AS, John Raymond mengklaim Beijing telah membangun sejumlah besar teknologi luar angkasa yang dapat memerangi satelit AS. Ini termasuk jammer reversibel dari sistem GPS AS, yang menyediakan navigasi dengan ketepatan waktu dan komunikasi satelit.

Raymond mengatakan, China memiliki rudal yang dapat diluncurkan dari darat dan menghancurkan satelit.

"Saya yakin bahwa kemampuan yang mereka kembangkan ini akan digunakan oleh mereka dalam upaya mereka dalam setiap potensi konflik," katanya seperti dikutip Express.co.uk.

Seperti diketahui, Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat ini merupakan pesaing terbesar Joe Biden saat perlombaan antariksa baru dibuka. Mereka berdua bekerja pada teknologi anti-satelit serupa yang membuat para pemimpin militer waspada.

Itu karena komunikasi dan satelit GPS adalah kunci operasi militer di banyak negara. Jika satelit mengalami kegagalan, itu dapat menempatkan militer mana pun pada kerugian taktis yang serius.

Di bawah kepemimpinan Donald Trump, hubungan AS-China memburuk setelah mendirikan Angkatan Luar Angkasa, yang merupakan angkatan militer baru di AS. Trump ingin menjadikan AS kekuatan global yang dominan di luar angkasa, yang telah mendorong kekuatan dunia lain untuk mengikutinya.

Badan Antariksa Nasional China kini telah meluncurkan pesawat ruang angkasa Shenzou-12 yang akan membawa tiga astronot ke stasiun ruang angkasa baru Tiangong, untuk pertama kalinya.

(wbs)

Topik Menarik