Banyak yang Menyangsikan, Ken Arok Sebenarnya Ada atau Tidak Ada?
MALANG, NETRALNEWS.COM - Banyak orang menyangsikan bahwa Ken Arok (kadang ditulis Ken Angrok, red ) adalah raja pertama Kerajaan Singasari (kadang ditulis Singhasari, red ). Bahkan lebih parah lagi, juga ada yang bertanya: Apakah Ken Arok itu benar-benar ada dalam sejarah?
Setidaknya seorang ahli sejarah yang bernama C. C. Berg (sarjana dari Belanda) juga berpendapat seperti itu. Menurutnya, Ken Arok itu adalah tokoh fiktif. Tapi, kita bisa membantahnya, looo .
Mari kita beberkan bukti-bukti untuk membantahnya.
Ken Arok adalah tokoh sentral dalam Kitab Pararaton. Dia dianggap sebagai pangkal atau pendiri Dinasti Rajasa yang memerintah Kerajaan Singasari dan Majapahit selama sekitar 250 tahun.
Sumber tentang Kerajaan Singasari dan Ken Arok dapat diketahui dari Kitab Pararaton dan Negarakertagama. Menurut Kitab Pararaton, Ken Arok terlahir dari keluarga petani miskin yang tinggal di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Ibunya bernama Ken Ndok, istri dari Gajah Para.
Sesaat setelah lahir, bayi Ken Arok dibuang oleh ibunya. Namun, Ken Arok justru ditemukan dan diasuh oleh pencuri bernama Lembong. Ken Arok tumbuh dewasa menjadi pencuri licik yang juga melakukan banyak tindak kejahatan.
Kehidupan Ken Arok mulai berubah saat bertemu dengan Mpu Lohgawe, yang yakin bahwa Ken Arok adalah titisan Wisnu. Ken Arok kemudian dibawa Mpu Lohgawe untuk menjadi pengawal Tunggul Ametung, seorang akuwu (penguasa wilayah bawahan Kediri) di daerah Tumapel.
Sedangkan menurut Negarakrtagama, pada tahun 1182 Masehi ada Raja Perwira Yudha Putra Girinatha, konon kabarnya terlahir tanpa ibu. Semua orang tunduk sujud menyembah kaki baginda, sebagai tanda bukti akan ketaatan dan kepatuhan serta kebesaran raja. Ranggah Rajasa namanya.
Suatu daerah yang sangat luas berada di sebelah timur Gunung Kawi yang terkenal sangat subur dan makmur, di tempat tersebut putra Sang Girinatha menuaikan dharmanya. Ibu negara bernama Kutaraja.
Pada tahun 1222 Masehi beliau melawan Raja Kediri yaitu Kertajaya dalam Pertempuran Ganter. Akhirnya Kertajaya ketakutan, kalah, dan melarikan diri ke dalam biara terpencil dan akhirnya semua pengawal dan perwira tentara mati terbunuh.
Setelah Raja Kediri terkalahkan, Jawa dalam ketakutan. Semua raja datang menyembah membawa tanda bukti hasil tanah. Bersatulah Jenggala dan Kediri di bawah kuasa satu raja sakti, cikal bakal para raja agung yang akan memerintah Pulau Jawa. Makin bertambah kuasa dan megah putera Sang Girinatha.
Itulah penjelasan dari Negarakertagama tentang Ken Arok sejak bayi hingga mengalahkan Kertajaya.
Menurut Pararaton dan Nagarakertagama, Ken Arok adalah pendiri dan raja pertama Tumapel (Singhasari). Dialah yang menjadi Wangsakara, pendiri dari dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau dinasti Girindra (Girindrawangsa). Bahkan, dia dihargai sebagai cikal bakal raja-raja Singhasari dan Majapahit.
Pararaton memberi gelar Ken Angrok dengan nama Sri Rajasa Bathara Sang Amurwabumi. Negarakertagama menyebutnya Sri Ranggah Rajasa.
Ken Arok hanya memerintah Kerajaan Singasari selama lima tahun (1222-1227 Masehi). Pada 1227, ia dibunuh oleh seseorang atas perintah Anusapati, anak Ken Dedes dari pernikahannya dengan Tunggul Ametung.
Fenomena Hujan Debu Hitam di Bekasi Berisiko Sebabkan Kanker jika Lambat Diatasi, Ini Penjelasannya
Menurut Negarakertagama, pada tahun 1227 Masehi Sang Raja meninggal (kembali ke Siwapada) dan didharmakan di Candi Kagenengan sebagai Siwa dan di Usana sebagai Budha.
Menurut Pararaton, Ken Arok meninggal dan didharmankan di Candi Kagenengan, seperti yang tertulis Ri linanira sang Amrwabhmi i aka 1169. Sira dhinarmeng Kagnngan .
Selain sumber sejarah dari Pararaton dan Negarakertagama, Prasasti Mula-Malurung yang dikeluarkan oleh Raja Wisnuwardhana pada tahun 1255 Masehi menyiratkan nama Ken Arok.
Prasasti Mula-Malurung itu menjelaskan bahwa kakek dari Wisnuwardhana bernama Batara Siwa. Dia, tertulis di prasasti tersebut, didharmakan di Kagenengan.
Siapakah Batara Siwa yang dimaksud itu? Dia adalah Ken Arok. Seperti tercantum dalam Pararaton dan Negarakertagama juga bahwa Ken Arok didharmakan di Kagenengan.
Dalam Prasasti Mula-Malurung, Ken Arok juga diberi sebutan Sang Lina Ring Dampa Kanaka (Raja Yang Meninggal Di Dampar Kencana). Memang benar, dia terbunuh di singgasananya oleh seorang pangalasan suruhan Anusapati. Tiga sumber tersebut menerangkan bahwa Ken Arok didharmakan di Kagenengan.
Dari bukti-bukti yang ada di Pararaton, Negarakertagama dan Prasasti Mula-Malurung di atas, dapat dipastikan bahwa Ken Arok itu benar-benar ada dalam panggung sejarah.
Dia bukan tokoh dongeng. Bukan rekaan. Dia memang bener-bener ada dalam sejarah. Dia adalah tokoh sejarah, tokoh yang pernah memerintah Kerajaan Singasari.
Dengan bukti-bukti itu, kita tidak meragukan lagi historisitas Ken Arok lagi, kan ?
Penulis: Susanto Yunus Alfian
Alumni Program Doktor Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Sekarang meminati kajian sejarah, pendidikan sejarah dan pendidikan karakter.
Daftar Rujukan:
Munandar, A. A. (2011). Menafsir ulang riwayat Ken Arok dan Ken Dedes dalam Kitab Pararaton. Jurnal Mamasa, 1 (1), 1-15.
Salindri, D. (2019). Legitimasi kekuasaan Ken Arok versi Pararaton dan Negarakertagama. Historia , 1 (2), 104-116.
Sidomulyo, Hadi. (2010). From Kua Rja to Singhasri: Towards a Revision of the Dynastic History of 13th Century Java. Archipel, 80, pp. 77-138. Doi: 10.3406/arch.2010.4177










