Wow, Ternyata Ini Pesan Moral di Balik Perselingkuhan dan Cinta Sejati di Candi Jago, Gaes!

Wow, Ternyata Ini Pesan Moral di Balik Perselingkuhan dan Cinta Sejati di Candi Jago, Gaes!

Gaya Hidup | netralnews.com | Rabu, 15 Juni 2022 - 11:46
share

MALANG, NETRALNEWS.COM - Relief Ari Darma hanya ditemukan di Candi Jago. Cerita Ari Dharma atau Angling Dharma dikenal luas sebagai cerita rakyat.

Relief ini terletak pada bagian kaki candi tepatnya pada sisi timur laut setelah relief Tantri Kamandaka dan sebelum relief Kunjarakarna.

Mari kita ungkap satu persatu panel atau bingkai cerita yang dipahatkan di Candi Jago tersebut. Ada sekitar 24 panel atau bingkai.

Bingkai 1: Angling Dharma sedang berburu. Di belakang dia, ada seekor anjing sedang membunuh ular. Anjing melambangkan dharma dan ular melambangkan hal negatif.

Bingkai 2: Dua ekor ular sedang berbelit (selingkuh, red) yaitu ular Nagagini (permaisuri ular Brahmana Nagaraja) dan Ular Tampar (melambangkan kasta sudra). Melambangkan pelanggaran aturan kasta, karena kasta brahmana tidak diperbolehkan berhubungan dengan kasta sudra.

Bingkai 3: Nagagini menghadap Nagaraja. Nagagini memfitnah Angling Dharma bahwa dia akan dibunuh jika tidak melayani nafsu bejat Angling Dharma.

Bingkai 4: Kambing betina (Wiwika) berhadapan dengan kambing jantan (Banggali). Mereka berada di dekat api obong di mana Dewi Mayawati sedang membakar diri.

Bingkai 5: Angling Dharma membunuh ular tampar. Hal itu melambangkan hubungan badan antara Ular Tampar dan Nagagini adalah pelanggaran hukum.

Bingkai 6: Angling Dharma termangu melihat Ular Tampar yang telah mati dan Nagagini yang telah melarikan diri.

Bingkai 7: Nagaraja berhadapan dengan Angling Dharma. Nagaraja mendengar cerita dari Angling Dharma tentang apa sebenarnya yang dilakukan oleh Nagagini. Nagaraja berterima kasih dan memberi ajian Dipa Suleman tentang kemampuan untuk memahami bahasa binatang.

Bingkai 8: Angling Dharma diikuti oleh dua orang punakawan. Ini menggambarkan kejadian setelah Dewi Mayawati mati obong.

Bingkai 9: Seorang pendeta marah-marah terhadap anak putrinya. Dalam ceritanya, putrinya tersebut bernama Dewi Ambarwati yang kecantikannya sama dengan Dewi Mayawati.

Bingkai 10: Seorang wanita (Dewi Mayawati) sedang meloncat ke kobaran api.

Bingkai 11: Seorang pendeta yang marah tadi berubah menjadi raksasa sedang berhadapan dengan anak putrinya.

Bingkai 12: Seorang pendeta dan anak putrinya sedang berjalan pulang di tengah hutan Mandurgama, setelah mereka menghadap Wairocana.

Bingkai 13: Pendeta tadi dan anak putrinya tadi bersepakat untuk berpisah dan mencari obat agar dia berujud kembali sebagai manusia. Sang pendeta mengembara dan Sang Putri (Dewi Ambarwati) juga mengembara.

Bingkai 14: Angling Dharma bertemu dan mendekap Dewi Ambarwati. Ceritanya: Angling Dharma mengira Dewi Mayawati masih hidup. Roh Dewi Mayawati menitis pada Dewi Ambarwati. Sama-sama cantiknya memang.

Bingkai 15: Pendeta raksasa bertemu dengan Dewi Ambarwati yang sedang dalam pelukan Angling Dharma. Ceritanya: Sang Pendeta marah dan berniat membunuh Angling Dharma.

Bingkai 16: Angling Dharma dan Dewi Ambarwati berada di rumah seorang Brahmana. Ceritanya: Angling Dharma dan Dewi Ambarwati dikejar oleh pendeta. Mereka melarikan diri dan minta pertolongan seorang Brahmana. Brahmana tadi mempersilakan mereka berdua untuk tinggal di rumahnya.

Bingkai 17: Wairocana berada di rumah sang Brahmana. Ceritanya: Wairocana memberitahu bahwa Angling Dharma dan Dewi Ambarwati adalah jodohnya. Pendeta raksasa itu pun akan berubah dan manjadi manusia kembali.

Bingkai 18: Pendeta tadi masuk ke rumah Brahmana yang di dalamnya terdapat Surya Majapahit. Ceritanya: pendeta tadi mengetahui bahwa Angling Dharma dan Dewi Ambarwati berada di rumah Brahmana tersebut, dia ingin mengobrak-abrik rumah Brahmana tersebut.

Bingkai 19: Brahmana menemui Angling Dharma dan Dewi Ambarwati yang sedang diiringi oleh dua punakawan. Ceritanya: Brahmana tersebut memberitahu kedatangan pendeta (ayah Dewi Ambarwati) yang akan membunuh Angling Dharma.

Bingkai 20: Angling Dharma dan Dewi Ambarwati menghadap Pendeta (ayah Dewi Ambarwati).

Ceritanya: Angling Dharma berperang melawan Pendeta yang mengamuk. Angling Dharma bisa memanah Pendeta raksasa tersebut yang kemudian bisa merubahnya menjadi seorang manusia.

Ternyata berkat panah Angling Dharma, mertua yang berbentuk raksasa itu berubah menjadi manusia kembali dan menerima Angling Dharma sebagai jodoh dari anaknya (Dewi Ambarwati).

Bingkai 21: Brahmana dan Pendeta menghadap Wairocana di mana terlihat juga Surya Majapahit.

Bingkai 22: Brahmana dan Pendeta berada di pintu sanggar pamujan dimana Wairocana bertempat tinggal.

Bingkai 23: Wairocana menemui Brahmana dan Pendeta tadi. Ceritanya: Wairocana menjelaskan bahwa Angling Dharma adalah jodoh dari Dewi Ambarwati.

Bingkai 24: Angling Dharma berada kembali di keraton di kerajaan Malawa. Ceritanya: Dia menjadi raja dan berpermaisurikan Dewi Ambarwati.

Bingkai 20 itulah yang menjadi jawaban dari judul di atas.

Sebenarnya yang lebih penting bukanlah sekedar jawaban dari judul di atas yang terdapat dalam bingkai 20 tersebut. Justru nilai-nilai moral yang terkandung di dalam cerita Angling Dharma-lah, yang patut kita teladani.

Ada lima pesan moral yang bisa kita petik pelajarannya.

Pesan pertama, tidak mendiamkan sebuah kejahatan yang akan atau telah berlangsung. Hal ini digambarkan melalui visualisasi Ari Dharma menggagalkan niat buruk naga jantan yang akan menodai naga betina.

Pesan kedua, segala perbuatan dosa pasti akan mendapat balasannya dan tidak direstui oleh dewa.

Pesan ketiga yang dapat kita peroleh adalah rasa berterima kasih atas bantuan orang lain dan memberikan balasan budi.

Pesan keempat yang dapat kita peroleh adalah jika ingin memberikan kebaikan tidak perlu menunjukkan diri sebagai upaya menghindari kesombongan. Hal ini digambarkan dalam bentuk penyamaran raja naga sebagai Brahmana.

Pesan terakhir yang dapat kita peroleh adalah kesetian dan kejujuran terhadap pasangan hidupnya. cinta kasih antara suami-isteri dan tidak ada hal-hal yang disembunyikan antara keduanya.

Pesan-pesan kebajikan tersebut sangat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari. Maukah, menerimanya? Yahhhh UP 2 U.

Penulis: Susanto Yunus Alfian

Rujukan:

Mulyadi, L. Hutabarat, Y., Harisman, A., & Suwardono. (2010). Motif Ornamentasi Situs Candi Kerajaan Singasari. Malang: Intimedia.

Wahyudi, D. Y. & Purnawan Jati, S. S. (2014). Relief Aridharma di Candi Jago. Sastra dan Budaya , 8 (2), 137-151.


Candi Jago

Topik Menarik