Mengenal Pintu Air Manggarai dengan Biaya 500 Gulden, Bangunan Belanda yang Digunakan hingga Kini

Mengenal Pintu Air Manggarai dengan Biaya 500 Gulden, Bangunan Belanda yang Digunakan hingga Kini

Gaya Hidup | BuddyKu | Minggu, 12 Juni 2022 - 14:12
share

JAKARTA, celebrities.id - Banjir yang melanda Ibu Kota Jakarta bukanlah hal baru. Bencana alam ini sudah terjadi sejak masa penjajahan Belanda, sekitaran abad ke-17 hingga 18.

Dalam sebuah jurnal bertajuk Pembangunan Kanal dan Pertumbuhan Sosial-Ekonomi di Batavia 1918-1933, frekuensi banjir di Batavia awalnya datang setiap 20 tahun sekali, kemudian berubah menjadi 10 tahun sekali.

Apalagi, ketika memasuki musim hujan di bulan Februari hingga Maret. Faktor penyebabnya tidak hanya berasal dari luapan sungai, namun juga curah hujan yang tinggi. Salah satu bencana banjir terbesar yang pernah melanda Batavia terjadi di 1918.

Dilansir dari beragam sumber, Minggu (12/6/2022) karena seringnya bencana banjir menghampiri Batavia, maka pemerintah Hindia Belanda mengadakan rapat pada 19 Februari 1918. Rapat yang dihadiri oleh 14 anggota pemerintahan itu membahas mengenai pencegahan banjir di pusat kota.

Disepakati, pemerintah harus melakukan pembangunan kanal dan pintu air. Dana yang dianggarkan untuk proyek itu menyentuh angka 500 ribu gulden. Gagasan pembangunan kanal dan pintu air itu sebenarnya sudah keluar dari mulut seorang insinyur Herman ven Breen pada 1912. Namun, pemerintah tidak memiliki dana cukup untuk merealisasikannya. Pembangunan baru dimulai pada 1918, saat banjir sudah tak bisa lagi terbendung.

Padadasarnya pemerintah Batavia ingin melakukan pembuangan air agar tidak memasuki Weltevreden (kini Sawah Besar, Jakarta Pusat). Maka dari itu, kanal diperlukan sebagai tempat pembuangan air.

Aliran air dari Kalimalang diperpanjang hingga ke wilayah Manggarai, Tubagus Angke, Pejompongan, Tanah Abang, sampai Tambora. Pintu air yang ada itu kemudian dikenal dengan pintu air Manggarai dan dijaga oleh operator yang wajib memahami cara kerja pintu air tersebut. Jika tidak, Batavia bisa kembali dikepung banjir lantaran kesalahan pembuangan air.

Jika diperhatikan, ada sebuah prasasti berukuran 60 x 40 cm di wilayah pintu air Manggarai. Prasasti tersebut adalah bentuk penghormatan kepada Breen karena berhasil menanggulangi banjir di Batavia. Dalam prasasti itu, tertulis kalimat berbahasa Belanda yang berisi ucapan terima kasih pemerintah Hindia Belanda kepada Herman van Breen atas pembangunan kanal tersebut. Sampai sekarang, peran pintu air Manggarai masih sangat sentral untuk mengatur debit air dari kali Ciliwung ke Kanal Banjir Barat.

Topik Menarik