Woow! Baru Tahu, Cinta Sejati Prabu Angling Dharma Ternyata Cinta `Fotokopian`, Gaes

Woow! Baru Tahu, Cinta Sejati Prabu Angling Dharma Ternyata Cinta `Fotokopian`, Gaes

Gaya Hidup | netralnews.com | Sabtu, 4 Juni 2022 - 09:31
share

MALANG, NETRALNEWS.COM - Seperti diceritakan bahwa Prabu Angling Dharma (kadang ditulis Anglingdharma, red ) menolak permintaan Dewi Mayawati. Penolakannya adalah bahwa Angling Dharma tidak mau memberitahu tentang kemampuannya dalam memahami bahasa binatang kepadanya.

Intinya dia menolak permintaan istrinya itu. Atas penolakan itu, Dewi Mayawati melakukan "obong" atau bakar diri. Matilah Dewi Mayawati.

Tetapi, ada "fotokopi" Dewi Mayawati yang bernama Dewi Ambarwati. Ayo kita ikuti, lanjutannya seperti apa? Kisah ini masih berkenaan dengan Cerita Angling Dharma dari relief yang terdapat di Candi Jago.

Dikisahkan di suatu negeri lain, ada seorang pendeta yang mempunyai seorang putri yang sangat cantik bernama Dewi Ambarwati. Kecantikannya menyamai Dewi Mayawati yang dulu telah mati obong yaitu putri yang dulu menjadi permaisuri Raja Angling Dharma.

Pada suatu hari, sang pendeta marah-marah kepada putrinya. Seketika itu, ia menjadi sesosok raksasa karena tidak sepatutnya pendeta mempunyai watak murka. Mereka berdua menyesali perbuatannya.

Kemudian mereka menghadap Wairocana. Mereka diperintahkan mencari jalan agar sang pendeta dapat kembali berwujud seperti semula. Setelah menghadap Wairocana, pendeta raksasa dan putrinya pulang.

Dalam perjalanan pulang, mereka berdua melewati hutan Madurgama. Mereka bersepakat untuk berpisah demi mencari obat untuk menyempurnakan kembali wujudnya.

Dewi Ambarwati mengembara dengan diiringi oleh para punakawan. Ayahnya juga mengembara dengan diiringi oleh para punakawannya.

Suatu waktu Angling Dharma bertemu dengan Dewi Ambarwati. Ia sangat terkejut. Dia langsung mendekap Dewi Ambarwati. Dia menyangka permaisurinya masih hidup.

Wajah Dewi Ambarwati sangat mirip dengan Dewi Mayawati. Setelah mati obong, Dia yakin bahwa ruh Dewi Mayawati menitis ke tubuh Dewi Ambarwati.

Pendeta raksasa (Sang Ayah dari Dewi Ambarwati) sampai juga di tempat tersebut. Ia sangat marah melihat putrinya berada dalam pelukan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya. Ia berniat membunuh laki-laki tersebut. Keduanya, yakni Angling Dharma dan Dewi Ambarwati, melarikan diri.

Dan sampailah dua orang yang sedang mabuk cinta itu di sebuah pertapaan dari seorang Brahmana. Brahmana pemilik pertapaan mempersilakan keduanya untuk sementara tinggal di pertapaannya.

Wairocana mendatangi pertapaan sang brahmana. Wairocana memberitahukan bahwa Angling Dharma adalah jodoh Dewi Ambarwati. Dari situlah nanti pendeta raksasa dapat diruwat dan kembali kepada bentuk semula.

Mengetahui bahwa putrinya berada di pertapaan sang brahmana tersebut, pendeta raksasa menerjang masuk pertapaan.

Sang brahmana menemui Prabu Angling Dharma dan Dewi Ambarwati. Brahmana itu menceritakan kedatangan pendeta raksasa yang akan membunuh Prabu Angling Dharma.

Pertempuran tidak terelakkan. Pendeta raksasa menyerang Prabu Angling Dharma. Kali ini Prabu Angling Dharma tidak melarikan diri, dengan panah dan busurnya, ia siap menghadapi pendeta raksasa.

Dalam pertempuran itu, Angling Dharma melesatkan busur panah dan berhasil membunuh pendeta raksasa tersebut. Seketika itu pula pendeta raksasa menjadi berubah wujud ke semula yaitu sebagai ayah dari Dewi Ambarwati. Maka, Angling Dharma dan Dewi Ambarwati pun menemui dan menghadap Sang Ayah tadi.

Sedangkan Brahmana dan Sang ayah menghadap Wairocana. Wairocana memberitahu kepada sang brahmana dan ayahnya bahwa Dewi Ambarwati memang jodoh dari Prabu Angling Dharma. Di samping itu, Wairocana juga meminta agar Sang Pendeta (Sang Ayah dari Dewi Ambarwati) juga bisa mengendalikan amarahnya.

Dalam relief terakhir dari cerita Angling Dharma di Candi Jago dipahatkan Prabu Angling Dharma sedang berada di keratonnya di Kerajaan Malawa dan Dewi Ambarwati dijadikan permaisurinya.

Endingnya, Angling Dharma telah mendapatkan wanita yang dicintainya dulu.

Hanya saja yang menjadi ganjalan

Dia Bukan Wanita yang dicintainya dulu, tapi dia adalah hanya titisannya. Wanita itu hanya "fotokopi" dari wanita yang dicintainya dulu itu. Yaahhhhhh cinta fotokopian, dong.

Penulis: Susanto Yunus Alfian

Alumni S1 Pendidikan Sejarah dan Alumni Program Doktor Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang.

Topik Menarik