Kisah Mualaf: Aku 7 Tahun Tidak Diakui Anak oleh Papa

Kisah Mualaf: Aku 7 Tahun Tidak Diakui Anak oleh Papa

Gaya Hidup | genpi.co | Sabtu, 21 Mei 2022 - 18:30
share

GenPI.co - Assalamualaikum. Perkenalkan. Namaku Cindy Eka Ratnasari. Aku mau bercerita kisahku menjadi mualaf.

Pada awalnya, aku sangat nyaman bergaul dengan teman-temanku yang beragama Islam.

Dahulu aku adalah gadis tomboy. Saat masih duduk di bangku SMA, aku adalah aktivis gereja.

Suatu ketika aku pergi ke Yogyakarta karena ada pementasan untuk ibadah di gereja.

Mahasiswa Jurusan Teaer Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ternyata menjadi pemeran utama.

Aku makin akrab dan sering tampil bersama mereka. Aku juga sering ikut saat mereka tampil di mana-mana.

Mayoritas dari mereka adalah laki-laki. Mereka memang bukan keluargaku. Namun, mereka menyanyangiku.

Mereka juga sangat sopan kepadaku. Mereka mayoritas beragama Islam. Ketertarikanku pada Islam pun mulai muncul.

Setelah pulang ke Batam, aku mulai belajar Islam kepada tetangga. Aku masuk Islam pada 2 November 2006.

Saat itu aku baru saja lulus SMA. Saat masuk Islam, aku sempat tidak diakui anak oleh papaku.

Papaku baru mau menerimaku setelah tujuh tahun aku menjadi mualaf. Saat aku berumah tangga, perekonomianku cukup berat.

Aku berjualan kue untuk menambah penghasilan. Aku benar-benar merasa kuat pada 2016-2017.

Saat itu aku mondok di salah satu pesantren di Bantul, Yogyakarta. Sampai sekarang aku masih harus mempelajari banyak hal tentang Islam.

Aku merasa kesulitan belajar bahasa Arab, terutama ketika membaca Al-Quran.

Aku biasanya mempelajari surah-surah pendek dari tulisan latin. Saat ini aku sudah empat tahun menjadi ketua Yayasan Inaayah Batam.

Kamu menyalurkan apa pun titipan masyarakat untuk menolong orang-orang di mainland maupun pulau-pulau.

Kami biasa mengantar bantuan antarpulau untuk merenovasi masjid maupun musala.

Kami pun menggelar pengajian penguatan tauhid di pulau-pulau dan lembaga pemasyarakatan (lapas).

Saat ini aku juga mengurus anak yatim dan yang tidak mampu di rumah singgah penghafal Al-Quran.

Kami menampung sepuluh anak agar mereka bisa sekolah di pondok pesantren (ponpes).

Bagi kalian yang ingin berpartisipasi dengan memberikan bantuan, silakan menghubungi nomor 085263700360.

Saat ini kami sedang membuat asarma putri di lantai dua untuk penghafal Al-Quran. (*)

(Kisah mualaf seperti yang dituturkan Cindy Eka Ratnasari atau Inaayah kepada GenPI.co Kepri)

Heboh..! Coba simak video ini:

Topik Menarik