Vietnam, SEA Games, dan Asia Tenggara yang Lebih Kuat

Vietnam, SEA Games, dan Asia Tenggara yang Lebih Kuat

Gaya Hidup | netralnews.com | Sabtu, 14 Mei 2022 - 11:01
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Motto atau slogan " For A Stronger Southeast Asia " atau "demi Asia Tenggara yang lebih kuat" sepertinya tak cuma diunjukkan oleh Vietnam untuk SEA Games ke-31 yang baru saja dibuka 12 Mei kemarin. Sebaliknya melewati spektrum olahraga dan tujuan-tujuan kompetisi olahraga se-Asia Tenggara itu.

Kesan itu makin kuat kala menyimak lagu tema "Let\'s Shines" yang menyenandungkan aspirasi Asia Tenggara lebih kuat tersebut.

Lagu yang digubah komposer Huy Tuan ini mengisahkan orang-orang yang lahir dengan tujuan sama mencapai puncak dan melalui segala kesulitan dengan semangat dan usaha luar biasa yang dibalut oleh persahabatan.

Ajakan meninggikan persahabatan ini sendiri kencang digaungkan dalam seremoni pembukaan SEA Games 2021 sehari lalu.

Vietnam berusaha menggugah Asia Tenggara yang berbeda tajam satu sama lain dalam orientasi politik tetapi berada di kawasan sama dan diikat oleh asal jejak sejarah dan sosial yang kuat jauh sebelum kolonialisme mencapai kawasan ini, agar terus menguatkan solidaritas karena inilah yang bisa terus menguatkan Asia Tenggara.

Vietnam, dan semua negara Asia Tenggara, termasuk Timor Leste yang bukan anggota Persatuan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), menyadari solidaritas dan persahabatan adalah pengikat terkuat.

Dua aspek itu sendiri senantiasa mendominasi pertemuan-pertemuan multidimensi baik dalam kerangka bilateral maupun ASEAN, selain juga SEA Games.

Vietnam memang berambisi mengulangi sukses SEA Games 2003 ketika mereka pertama kali menjadi tuan rumah SEA Games untuk kemudian menjuarainya.

Tapi Vietnam yang bersatu baru mengikuti SEA Games 1989 di Kuala Lumpur, Malaysia, atau 13 tahun setelah Vietnam Selatan dan Utara bergabung menjadi Republik Sosialis Vietnam pada 2 Juli 1976.

Unifikasi ini sendiri terjadi setahun setelah Perang Vietnam berakhir di mana Vietnam Utara yang komunis memenangkan perang melawan Vietnam Selatan yang disokong adidaya Amerika Serikat.

Sejak 1959 sampai 1973, adalah Vietnam Selatan yang selalu mewakili negara di sepanjang pesisir timur Indo China ini dalam setiap SEA Games, termasuk kala masih bernama South East Asian Peninsular (SEAP) Games.

Lebih sekadar medali

Sejak 1989 itu, Vietnam sudah meraih 928 medali emas, 967 medali perak dan 991 medali perunggu. Sejak tahun itu ketika Indonesia mendominasi SEA Games dengan sesekali Thailand dan Malaysia menembusnya, grafik prestasi Vietnam terus meningkat, dari peringkat tujuh menjadi peringkat empat.

Puncaknya pada 2003 ketika Vietnam menjadi juara umum untuk pertama kalinya. Sejak tahun ini pula Vietnam selalu berada di atas Indonesia dalam klasemen medali, kecuali SEA Games 2011 ketika Indonesia menjadi tuan rumah dan kemudian juara umum.

Dalam hampir dua puluh tahun terakhir ini, ketika Indonesia selalu menempati peringkat tiga sampai empat kecuali 2011, Vietnam yang berluas wilayah dan berpenduduk lebih kecil dibandingkan Indonesia selalu menduduki urutan tiga atau dua.

Kini di Hanoi, mereka berusaha merebut lagi status nomor satu, dengan menurunkan 965 atlet untuk berebut medali dalam seluruh dari 40 cabang olahraga yang dikompetisikan dalam SEA Games 2021.

Atlet-atlet high profile mereka siap memimpin Vietnam menuju kejayaan, termasuk ratu sprint 100m putri, Le Tu Chinh, yang bisa melanggengkan dominasi Vietnam dalam atletik putri yang di Manila tiga tahun lalu merebut 10 dari total 12 medali emas yang tersedia.

Masih ada Nguyen Huy Hoang, juara renang 800m putri dalam Olimpiade Muda Buenos Aires 2018, yang akan memimpin Vietnam untuk kembali mendominasi kolam renang yang tiga tahun lalu mengumpulkan 10 medali emas. Masih banyak lagi, termasuk ambisi mempertahankan medali emas sepak bola putra dan putri.

Tetapi, dengan motto "For A Stronger Southeast Asia", Vietnam tak sekadar membidik nomor satu di panggung SEA Games, sebaliknya berusaha melecut Asia Tenggara menggairahkan semangat kebersamaan di tengah tantangan-tantangan kawasan dan global yang mengharuskan kawasan ini bersikap.

Dengan total luas 1,7 juta km per segi atau 10,5 persen total luas Asia dan 3 persen total luas dunia, dan jumlah penduduk 655 juta atau 8,5 persen total populasi dunia, Asia Tenggara adalah salah satu aktor penting dunia.

Kawasan geografis berpenduduk terpadat ketiga di dunia setelah Asia Selatan dan Asia Timur ini juga menjadi salah satu area ekonomi paling berkembang dan dinamis di dunia.

Pada 2020, total Produk Domestik Bruto (PDB) Asia Tenggara minus Timor Leste mencapai 3,08 triliun dolar AS yang merupakan kenaikan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fakta ini mencerminkan kawasan yang berkembang pesat.

Namun, pandemi dan perkembangan global, termasuk perang di Ukraina, telah mempengaruhi ekspansi ekonomi Asia Tenggara yang seperti bagian dunia lainnya terpangkas pertumbuhan ekonominya.

Ajakan bergerak bersama

Bank Dunia menyebutkan Filipina menjadi negara di Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan ekonomi paling besar pada 2022, sebesar 5,7 persen, disusul Malaysia 5,5 persen, Vietnam 5,3 persen, Indonesia 5,1 persen, Kamboja 4,5 persen, Laos 3,8 persen, Thailand 2,9 persen, dan Myanmar yang dirusak krisis berkepanjangan akibat kudeta militer setahun lalu, tumbuh 1 persen.

Kecenderungan ini merefleksikan adanya tantangan-tantangan ekonomi besar yang dihadapi Asia Tenggara yang akan jauh lebih sulit jika dihadapi sendiri-sendiri.

Dalam perspektif ini, slogan "For a Stronger Southeast Asia" bisa ditafsirkan sebagai ajakan guna menyikapi perubahan besar di kawasan dengan memulainya lewat meninggikan lagi solidaritas dan persahabatan di Asia Tenggara.

Bagi kawasan yang begitu majemuk dalam aspek politik, cara terampuh dalam menguatkan kerja sama intra-kawasan adalah dengan solidaritas dan persahabatan. Dan SEA Games adalah salah satu media menguatkan solidaritas itu.

Bukan hanya ekonomi, tantangan geopolitik di kawasan ini pun sama semakin peliknya, terutama menyangkut Laut China Selatan dan keinginan meninggalkan dependensi terlalu dalam kepada kekuatan di luar kawasan, entah itu China, Jepang, atau Amerika Serikat. Ini karena ketergantungan yang akut bisa membuat mitra kawasan mengeksploitasi kelemahan Asia Tenggara guna mendapatkan konsesi dalam sengketa diplomatik atau teritorial.

Hubungan Vietnam dengan mitra-mitra luar kawasan sendiri, terutama China, terbilang pelik. Satu sisi, China adalah mitra dagang terpenting, tapi di sisi lain acap berseberangan dalam sejumlah aspek, termasuk menyangkut kawasan dipersengketakan di Laut China Selatan.

Tapi tak seperti negara-negara Asia Tenggara lain yang kegerahan oleh ekspansi maritim China, Vietnam yang pernah berperang melawan dua adidaya dunia (Amerika Serikat pada 1955-1975 dan China dalam perang perbatasan selama dua bulan pada awal 1979), adalah negara Asia Tenggara yang blak-blakan mengutarakan pandangannya menyangkut klaim China di Laut China Selatan.

Tak heran, sekalipun berpemerintahan komunis, Vietnam malah menjadi tambatan Barat dalam mengimbangi penetrasi China di Asia Tenggara. Pekan ini, Vietnam dan sembilan negara ASEAN lainnya menggelar KTT ASEAN di Gedung Putih yang dihadiri Presiden AS Joe Biden dan delapan pemimpin ASEAN termasuk Presiden Joko Widodo.

Tapi ini bukan berarti Vietnam dan Asia Tenggara mengecualikan China. Sebaliknya ini adalah semata manuver kawasan untuk tidak terlalu menggantungkan diri kepada salah satu kekuatan karena jika sampai hal ini terjadi maka independensi Asia Tenggara bakal dipertaruhkan.

Vietnam yang memamerkan kemampuan digitalnya saat pembukaan SEA Games ke-31, menyadari tantangan-tantangan ini. Dan hanya diawali dengan solidaritas, persahabatan dan keinginan untuk saling paham, tantangan-tantangan kawasan tersebut bisa disikapi dan dikelola dengan benar.

Oleh karena itu, "For a Stronger Southeast Asia" bukan sekadar slogan, tetapi lebih merupakan ajakan Vietnam kepada Asia Tenggara agar menyadari kekuatan dan tantangan kawasan untuk kemudian bergerak bersama demi Asia Tenggara yang lebih sejahtera dan lebih kuat.

Penulis: Jafar M Sidik

Topik Menarik