Aku dan Pacarnya Terpergok Main di Belakang, Sahabat Marah Besar
GenPI.co - Di tahun pertama, aku semakin mengenalnya, aku akhirnya menjadi teman dekatnya. Dan terungkap sebuah rahasia besar. Ternyata salah satu sahabatku, Rena, sama-sama menyukainya.
Lantas apa yang ku perbuat? Aku diam menunggu, terpojokkan dan mencoba menjadi seorang narator yang membuat cerita drama, dengan Rena dan Evan sebagai pemeran utamanya.
Aku mencoba menciptakan ceritaku sendiri, menyutradarainya dengan imajinasiku sendiri. Aku tidak sedih ataupun bahagia. Memang, perasaanku pada Evan hanya samar. Karena itu, selama tahun-tahun berikutnya aku menganggapnya sebatas teman.
Sedangkan hubungan mereka Rena dan Evan semakin erat. Aku tidak cemburu ataupun marah kepada sahabatku. Memang, aku telah mengetahui cerita sebenarnya yang terjadi, mengapa Rena juga menyayanginya.
Sebelum aku hadir di kehidupannya, ternyata dia sudah lebih dulu mengenal Rena. Dan sekarang, mereka belum terikat suatu hubungan apapun. Dia berbeda agama dengan Rena, begitu juga denganku.
Apapun yang terjadi, Rena tak bisa melanjutkan hubungannya lagi dengannya. Saat itulah baru aku ikut bersedih. Karena aku juga bisa merasakan kesedihan sahabatku itu, sekaligus kesedihanku sendiri yang bercampur menjadi satu.
Setahun kemudian, kami sama-sama melupakan perasaan masing-masing, dan kami akhirnya menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. Aku pun menyayangi orang lain. Evan, meskipun telah memiliki yang lain, tapi aku tahu bahwa hatinya masih untuk Rena.
Tahun ini, menjadi tahun yang paling membingungkan sepanjang hidupku. Aku kembali melihat ada sorot hangat yang dipancarkan oleh Evan untukku. Aku selalu melewatkan waktu dengannya.
Bersamanya aku tenang dan bisa tertawa. Dialah yang menjadi lentera dalam hidupku. Dia sendiri juga terlihat bahagia jika berada di dekatku. Entah bagaimana perasaannya yang sesungguhnya terhadapku. Bisa jadi dia menganggapku sebatas teman dekat juga, atau mungkin lebih.
Tapi aku takut. Ternyata juga dia memberikan sorot hangatnya itu bukan untukku saja. Rena kini terlihat lebih ceria dari biasanya, karena Evan juga memberikan sorot hangat itu untuknya.
Dalam semua kisahnya, Rena bercerita bahwa sepertinya Evan mencoba mengembalikkan kenangan-kenangan indah mereka di tahun pertama. Bahwa sepertinya bunga mereka mekar kembali.
Aku menangis. Aku bingung. Aku sedih. Aku kembali dihadapkan pada cerita pahit itu. Aku kembali diharuskan untuk menunggu. Aku tak ingin menyakiti siapapun.
Hingga akhirnya, aku memantapkan hatiku bahwa aku memang benar-benar menyayangi Evan, yang juga disayangi oleh sahabatku.
Detik-detik terakhir menjelang kelulusan, aku memberanikan diri untuk menyampaikan perasaanku padanya. Hanya kami berdua yang tahu.
Wajahnya terlihat sedih saat aku mengatakan semuanya. Aku terisak dan dia mendekapku. Perasaanku waktu itu campur aduk. Lega karena bebanku telah terangkat.
Jantungku tersentak. Ketika dari balik bahu Evan, ku lihat Rena menangis melihat kami berdua. Segera ku lepaskan tangan-tangan yang merengkuhku.
Sambil terus terisak, ku tegaskan bahwa meskipun aku menyayanginya dan sepertinya dia juga menyayangiku, tetapi aku tak bisa dengannya.
Aku terlalu menjunjung tinggi persahabatanku. Aku berlari menjauh, berbalik mengejar sahabatku yang terlanjur terluka karenaku.
Saat ku temukan, Rena sedang menangis. Ku coba untuk memanggil namanya. Tiba-tiba satu tamparan keras menghantam pipiku. Masih dengan sisa-sisa air mata, aku menatapnya penuh rasa sesal dan bersalah.
Ini semua terlanjur terjadi. Siapa yang tahu jika jadinya seperti ini. Siapa yang tahu bahwa akhirnya aku juga menyayangi orang yang juga disayangi sahabatku. Siapa yang tahu?(*)
Video viral hari ini:










