Mengejutkan! Pria yang Kemaluannya Dipotong Masih Bisa Menghamili, Asalkan Begini
Dalam beberapa hari terakhir, publik digegerkan oleh kasus seorang istri yang diduga memotong penis suaminya di wilayah Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Wanita berinisial S itu diduga memotong penis suaminya, AH, saat berhubungan badan pada Kamis (17/2/2022).
Menurut pihak kepolisian setempat, penis AH tidak sampai terpotong karena pisau dapur yang digunakan S mengenai pangkal kemaluannya.
Penis Dipotong Masih Bisa Menghamili
Terlepas dari kasus tersebut atau kasus-kasus pemotongan penis lainnya yang pernah terjadi di berbagai tempat, ternyata pria yang penisnya sudah dipotong masih dapat membuahi wanita.
Menurut penjelasan dr Ulfi Umroni sebagaimana dilansir alodokter, laki-laki yang penis sudah dipotong dan panjang penisnya lebih pendek, kemungkinan tetap akan dapat membuahi dan menghamili wanita dan punya anak.
Baca Juga:Sinopsis Mencintai Ipar Sendiri Eps 10: Shilla Desak Rafki Bersumpah Tak Akan Cinta pada Ayuna
"Penis yang dipotong atau terpotong karena kondisi tertentu tetap mampu mengalami ereksi dan ejakulasi, serta kemampuan produksi sperma yang baik (selama dokter tidak menemukan adanya gangguan produksi sperma)," katanya, dikutip Indozone pada Sabtu (19/2/2022).
Penis yang dipotong, menurut dr Ulfi, memang mempunyai keterbatasan dalam hal fungsinya secara seksual, namun tidak mempengaruhi kemampuan reproduksinya untuk membuahi sel telur dalam tubuh wanita.
"Namun hal ini tetap memerlukan pemeriksaan langsung oleh dokter urologi atau andrologi, karena untuk memastikan semua hal berkaitan dengan kesehatan dan kemampuan reproduksi, diperlukan pemeriksaan langsung oleh dokter yang kompeten. Tanpa pemeriksaan langsung, maka semuanya secara umum merupakaan kemungkinan dan dugaan," kata Ulfi.
Bisa Disambung Lagi
Penis yang sudah dipotong atau terpotong juga bisa disambung lagi meskipun operasinya sulit.
Hal itu setidaknya pernah dialami oleh seorang pria warga Arab Saudi pada tahun 2006 lalu.
Kemaluan pria Arab itu dipotong oleh seorang wanita pembantu rumah tangga asal Filipina yang akan diperkosanya.
"Ini sebuah operasi canggih. Anda menangani sebuah organ di sebuah daerah sulit dan Anda berusaha memulihkan daya-gunanya," kata seorang jurubicara di Rumah Sakit Takhassusi Riyadh, dilansir Antara.
Dampak Kehilangan Penis
Dikutip dari klikdokter, memotong penis dalam istilah medis dikenal dengan nama penektomi. Salah satu contoh indikasi medis untuk tindakan penektomi adalah kasus kanker penis.
Memotong penis tanpa pemotongan skrotum akan membuat seseorang mengalami depresi. Ini karena hasrat seks yang dipicu oleh hormon testosteron pria diproduksi di dalam skrotum.
Ketika skrotum tetap ada, sementara penis sudah tidak ada, maka pria akan mengalami masalah dalam penyaluran hasrat dan kepuasan seksual. Hal ini tentu akan memengaruhi kondisi mental pria tersebut.
Selain penektomi, dikenal juga prosedur pengangkatan buah zakar atau orchiectomy. Prosedur pengangkatan testis pada pria biasanya dilakukan karena adanya indikasi medis kanker testis atau karena terjadinya trauma berat pada organ testis.
Lokasi buah zakar merupakan area yang menampung organ reproduksi hormon testosteron. Jika buah zakar diambil, maka produktivitas testosteron ikut terganggu. Testosteron merupakan pemeran penting terciptanya dorongan seks atau libido pada pria.
Ketika libido tidak muncul, maka aktivitas seks pun berkurang. Bagi beberapa pria, hal ini menjadi sumber masalah besar. Dengan vakumnya hormon testosteron, bentuk tubuh pria juga menjadi cenderung membulat dan jauh dari kekar.
Ini karena testosteron merupakan hormon yang membantu pembentukan massa otot. Selain itu, tanpa testosteron, pria juga bisa mengalami perubahan bentuk tubuh. Biasanya yang terjadi adalah munculnya payudara pada pria yang dikenal dengan istilah ginekomastia.
Lebih jauh lagi, bagi sebagian pria, perubahan ini selanjutnya bisa berdampak pada kepercayaan dirinya. Tak heran, pada mereka yang rentan, masalah ini bisa mendorong terjadinya gangguan depresi.
Gangguan lain akibat tak berproduksinya testosteron adalah tulang keropos atau osteoporosis. Meski faktor usia yang bertambah ikut berperan, tapi tanpa testosteron, pria bisa lebih cepat mengalami penurunan kepadatan (densitas) tulang.
Begitu pula dengan gejala kerontokan rambut yang berujung pada kebotakan yang bisa terjadi lebih cepat karena vakumnya hormon testosteron pada tubuh pria.










