Muncul 2 Kasus Virus Lassa di Inggris, Apa Itu?

Muncul 2 Kasus Virus Lassa di Inggris, Apa Itu?

Gaya Hidup | bisnis.com | Jum'at, 11 Februari 2022 - 10:47
share

Bisnis.com, JAKARTA -Dua orang di Inggris Timur telah didiagnosis menderita demam Lassa, penyakit virus akut, setelah bepergian ke Afrika Barat.

"Kemungkinan kasus" ketiga juga sedang diselidiki dan dirawat di Bedfordshire Hospitals NHS Foundation Trust, kata Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) melansir BBC.

Badan itu mengatakan kasus-kasus itu juga terjadi dalam keluarga yang sama di Inggris Timur.Kebanyakan orang sembuh total tetapi kasus yang parah bisa berakibat fatal.

Orang biasanya terinfeksi virus Lassa melalui paparan makanan atau barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi dengan urin atau kotoran tikus yang terinfeksi. Virus ini juga dapat menyebar melalui cairan tubuh yang terinfeksi.

UKHSA mengatakan salah satu kasus yang dikonfirmasi telah pulih dan yang lainnya akan menerima perawatan spesialis di Royal Free London NHS Foundation Trust.

Jaringan Penyakit Menular Konsekuensi Tinggi terlibat dengan perawatan berkelanjutan mereka, katanya.

Apa itu demam Lassa?

Demam Lassa, seperti Ebola, dapat menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh (darah, air liur, urin atau air mani) dari orang yang terinfeksi.

Manusia juga dapat tertular melalui kontak dengan urin atau kotoran hewan pengerat yang terinfeksi yang membawa penyakit tersebut
Penyakit ini biasanya menyebabkan demam dan gejala seperti flu, tetapi dapat menyebabkan pendarahan melalui hidung, mulut, dan bagian tubuh lainnya.

Kebanyakan orang akan sembuh total tetapi penyakitnya bisa berakibat fatal. Digambarkan sebagai sepupu Ebola, penyakit ini endemik di sejumlah negara Afrika Barat

Dr Susan Hopkins, kepala penasihat medis di UKHSA, mengatakan kasus demam Lassa jarang terjadi di Inggris dan tidak mudah menyebar di antara orang-orang."Risiko keseluruhan terhadap publik sangat rendah.

Sejak 1980, ada delapan kasus demam Lassa yang muncul di Inggris, dengan dua kasus terakhir terjadi pada 2009.

"Tidak ada bukti penularan lanjutan dari kasus-kasus ini." tambahnya.

Topik Menarik