Tusuk Mulut Pakai Besi, Ini Asal-usul Tradisi Tatung Cap Go Meh di Singkawang Kalbar

Tusuk Mulut Pakai Besi, Ini Asal-usul Tradisi Tatung Cap Go Meh di Singkawang Kalbar

Gaya Hidup | indozone.id | Selasa, 1 Februari 2022 - 10:10
share

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar) sangat ditunggu-tunggu. Perayaan penutupan tahun baru Imlek di kota tersebut selalu disertai dengan pergelaran pawai tatung.

Dilansir berbagai informasi, tradisi tatung merupakan ritual tolak bala untuk mengusir dan membersihkan roh jahat yang menjadi penyebab kesialan. Dalam bahasa Hakka, tatung berarti orang yang dirasuki oleh roh leluhur.

Orang-orang yang dirasuki oleh roh leluhur tersebut akan menusukkan mulut atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan besi, kawat, atau pedang. Oleh karena itu, untuk menjadi tatung tidak boleh sembarangan dan biasanya hanya orang-orang yang diwariskan secara turun-temurun.

Berawal dari wabah

perayaan cap go meh
Perayaan Cap Go Meh dari masyarakat Tionghoa Singkawang di Jakarta (FOTO ANTARA/Paramayuda)

Kemunculan tradisi tatung disebutkan berawal dari adanya wabah penyakit yang menyerang masyarakat Tionghoa yang dipekerjakan di tambang emas Montedaro di Kalbar.

Diketahui, masyarakat Tionghoa di Kalbar berasal dari suku Hakka atau Khek dari selatan China yang merantau ke Indonesia sejak abad ke-4. Rata-rata dari mereka dipekerjakan oleh Sultan Sambas di tambang emas Montedaro.

Para pekerja Tionghoa itu mendiami sebuah perkampungan selama bertahun-tahun sebagai tempat tinggal. Suatu ketika, mereka diserang oleh wabah penyakit.

Mereka percaya bahwa wabah itu muncul karena ulah roh jahat. Dari situ, mereka melakukan ritual tolak bala, yang kemudian berkembang menjadi tradisi tatung atau dalam bahasa Hakka disebut Ta Ciau.

Menjadi tatung tak boleh sembarangan orang

perayaan cap go meh
Perayaan Cap Go Meh dari masyarakat Tionghoa Singkawang di Jakarta (FOTO ANTARA/Paramayuda)

Seperti yang sudah disebutkan, dalam bahasa Hakka, tatung berarti orang-orang yang dirasuki oleh roh leluhur. Namun untuk menjadi tatung, tidak boleh sembarangan orang.

Biasanya tatung adalah orang-orang terpilih atau diwariskan secara turun-temurun.

Untuk menjadi tatung diharuskan berpuasa, tidak memakan daging, dan berhubungan badan selama minimal satu minggu.

Calon tatung juga melakukan pelemparan kayu. Jika kayu yang dilempar memunculkan dua sisi yang sama secara berurutan, orang tersebut layak menjadi tatung.

Artikel Menarik Lainnya:

Topik Menarik