China Bakal Bangun Terusan Suez versi Darat: Menghubungkan Eropa dan Asia

China Bakal Bangun Terusan Suez versi Darat: Menghubungkan Eropa dan Asia

Ekonomi | sindonews | Minggu, 7 September 2025 - 08:14
share

Kota pegunungan Chongqing di China telah menjadi pusat utama untuk rute perdagangan darat yang menurut beberapa orang bisa menjadi Terusan Suez yang baru. Rute ini dilalui oleh kereta api, dan prediksi bisa menjadi pusat logistik terpenting di Asia.

South China Morning Post mengatakan, kota ini dengan cepat muncul sebagai titik tumpu strategis dalam jaringan perdagangan China. Jika cara ini terus berhasil diyakini bisa menginspirasi pemerintah untuk melakukan investasi serupa di bagian barat negara tersebut.

Baca Juga: Sempat Menyesal Gabung Belt and Road Initiative, Italia Kini Ajak China Rujuk

Setiap hari, kota ini mengelola ratusan pengiriman, menghubungkan negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Singapura ke Eropa, termasuk Jerman dan Polandia, dengan menggunakan kereta barang berkecepatan tinggi.

Waktu Pengiriman Lebih Singkat Waktu pengiriman melalui darat bisa mencapai 10 hingga 20 hari lebih cepat daripada rute laut tradisional, dan secara signifikan menyederhanakan masalah bea cukai. Peluncuran kereta cepat ASEAN pada tahun 2023 mempersingkat waktu pengiriman antara Hanoi dan Chongqing menjadi hanya lima hari, dimana barang akan mencapai Eropa dalam waktu kurang dari dua minggu.

Selain lokasinya yang strategis, Chongqing menjadi kekuatan produksi utama, bertanggung jawab untuk memproduksi sekitar sepertiga laptop di dunia, merupakan basis utama produksi mobil listrik, dan pusat ekspor utama untuk seperempat mobil di China.

Kondisi Geopolitik

Beberapa pengamat percaya bahwa motif China untuk menggunakan kota ini tidak hanya memiliki dimensi logistik, tetapi juga memiliki dimensi geopolitik. Perang dagang dengan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump telah menunjukkan betapa bahayanya bergantung pada jalur laut internasional di bawah pengaruh Barat seperti Kanal Suez dan Selat Hormuz serta Malaka.

Pandemi virus corona memperburuk risiko tersebut, memperlihatkan kerapuhan rantai pasokan maritim. Sementara itu ketika perang di Ukraina terus berlangsung, melewati Rusia telah menjadi lebih berisiko. Meskipun perdagangan bilateral antara kedua negara mencapai 240 miliar euro pada tahun 2024. Oleh karena itu, Beijing mendorong pengembangan "Koridor Tengah" melalui Kazakhstan dan Laut Kaspia untuk menghindari Rusia dan beberapa jalur laut. Baca Juga:Panama Buang Proyek Belt and Road China Dibayangi Ancaman Trump

Namun Beijing menghadapi banyak tantangan dalam hal keterlambatan bea cukai, biaya tinggi, infrastruktur yang buruk, dan keberlanjutan finansial. Banyak rute, terutama yang berada dalam jalur sutra modern atau Belt and Road Initiative telah bergantung pada subsidi pemerintah untuk mempermudah eksportir.

Topik Menarik