Mengenal Scandinasian, Gaya Desain Hunian Masa yang Kini Diminati di Bali

Mengenal Scandinasian, Gaya Desain Hunian Masa yang Kini Diminati di Bali

Ekonomi | sindonews | Senin, 7 Juli 2025 - 09:53
share

Di pasar real estat Pulau Dewata yang kian kompetitif, properti dengan desain arsitektur yang khas bisa memiliki nilai 7-15 lebih tinggi. Dengan jumlah wisatawan yang terus meningkat setiap tahun, hal tersebut menjadi poin yang sangat penting.

Area dengan permintaan tinggi telah menikmati kenaikan harga properti hingga 50. Sementara itu, permintaan pembelian properti meningkat 14 di tahun 2024, yang membuat diferensiasi desain menjadi krusial untuk mendapatkan posisi (positioning) di pasar.

Namun ada sesuatu yang lebih esensial terjadi di Bali, dibandingkan sekadar mencari posisi di pasar. Pulau Seribu Pura ini telah menjadi melting pot, di mana warga lokal berbaur dan bertetangga dengan pendatang dari luar daerah bahkan mancanegara. Umumnya, mereka disatukan oleh ketertarikan pada preferensi estetika yang sama. Baca juga:Munggu Hot Spot Investasi Properti Baru yang Menjanjikan di Bali

Seiring dengan interaksi yang terjadi, komunitas multikultural di pulau Bali secara organik mengembangkan gaya arsitektur tersendiri yang melampaui latar belakang budaya individu mereka masing-masing. Salah satu gaya desain yang tercipta adalah Scandinasian, yang memadukan minimalisme Skandinavia dengan sensibilitas khas Asia. Filosofi Skandinavia tentang lagom—takaran yang tepat: tidak kurang, berlebihan—menciptakan ruang yang terasa mewah dan layak huni.

Garis-garis tegas, material alami, dan penggunaan cahaya natural secara maksimal, menciptakan rumah yang fungsional dan nyaman. Tambahkan perhatian terhadap detail ala minimalisme Jepang dan konsep harmoni khas Bali, maka terciptalah hunian yang terasa akrab dan segar bagi para pembeli lokal dan internasional dari latar belakang yang sangat beragam.Mengaplikasikan perkawinan gaya-gaya desain ini menjadi hal yang menarik. Lupakan vila khas Bali dengan ukiran batu dan detail ornamen yang rumit.

Pengembangan baru ini mengutamakan tata ruang terbuka dengan proporsi luas laiknya di rumah-rumah di Stockholm atau Copenhagen. Perencanaan ruang pun mengikuti prinsip-prinsip Skandinavia, di mana setiap jengkal area dibuat multi-fungsi, namun dalam skala yang lebih besar untuk mengakomodasi pembeli mancanegara yang terbiasa dengan hunian lapang di negara asal mereka.

Material pun mengikuti gaya ini, di mana kayu alami dengan berbagai sentuhan akhir menciptakan kedalaman visual yang menjadi ciri khas interior Skandinavia. Sementara aksen logam yang ditempatkan secara strategis menambah kesan elegan tanpa mendominasi ruang.

Pendekatan ini mengakomodasi kecintaan masyarakat Skandinavia terhadap material yang “semakin tua, semakin indah”. Untuk itu perawatan menjadi hal yang sangat penting diperhatikan di Bali yang memiliki iklim tropis, karena menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan investasi properti.

Pencahayaan alami pun dimaksimalkan lewat penempatan jendela-jendela besar, tanpa mengurangi privasi penghuni. Sementara itu, sistem penyimpanan (storage) menggabungkan konsep built-in khas Skandinavia dengan kepraktisan khas tropis, yang menghadirkan furnitur modern namun tetap menjaga ruangan tetap rapi dan tidak berantakan.Pendiri dan CEO CORE Concept Living Shanny Poijes mengatakan, pembeli properti dari mancanegara saat ini semakin cerdas dalam memilih desain yang mereka inginkan. Mereka telah banyak bepergian, tinggal di berbagai negara, dan memahami arti kualitas.

”Mereka tidak sekadar membeli properti, namun berinvestasi dalam gaya hidup yang mencerminkan perspektif global mereka. Pendekatan Scandinasian ini begitu relevan, karena mencerminkan pengalaman mereka terhadap prinsip desain terbaik dari berbagai budaya, serta menciptakan ruang yang berkelas dan sangat nyaman,” katanya dalam siaran pers, Senin (7/7/2025).

Di sisi lain, desain Japandi terus berkembang di tahun ini. Gaya desain ini memadukan minimalisme ala Jepang dan fungsionalitas Skandinavia dengan desain biofilik, keberlanjutan, dan teknologi pintar, serta fokus pada minimalisme, fungsionalitas, dan koneksi yang mendalam dengan alam.

Gaya perpaduan Skandinavia-Jepang ini pun telah menjadi daya tarik masyarakat internasional, serta telah diaplikasi di banyak hunian mewah, mulai Singapura hingga Los Angeles. Di mana penekanan terletak pada kenyamanan, fungsionalitas, dan material alami, sehingga selaras dengan keinginan para pembeli yang mencari efisiensi sekaligus ketenangan.

Amanda Gunawan, Founding Partner OWIU Studio yang berbasis di Los Angeles, mengamati bahwa fleksibilitas desain Skandinavia membuatnya sangat cocok untuk dipadupadankan. Desain ini menggabungkan fungsi dan keindahan, serta selalu berusaha menciptakan harmoni dalam sebuah ruang. ”Gaya Skandinavia mengutamakan desain yang tahan lama dan tidak mudah ketinggalan zaman, serta menekankan pada kualitas pengerjaan yang baik," terangnya.Keberlanjutan tercapai secara alami melalui standar durabilitas Skandinavia dan desain yang sadar energi. Dikombinasikan dengan strategi ventilasi alami, rumah-rumah ini hanya memerlukan sedikit pendingin udara buatan, namun tetap menjaga interior yang nyaman dan terang. Pendekatan ini menggunakan keterampilan pengrajin lokal yang menghasilkan karya kontemporer, di mana teknik tradisional membuahkan produk berkualitas modern.

Tren ini mencerminkan sesuatu yang mendalam tentang bagaimana pembeli properti internasional memaknai kualitas hidup saat ini. Mereka menginginkan ruang yang terasa elegan sekaligus nyaman, mengesankan namun tetap layak huni. Perpaduan kehangatan ala Skandinavia, kesadaran ala Jepang, dan harmoni khas Bali menciptakan hunian yang cocok untuk semua orang. Baca juga:5 Miliarder Perempuan Terkaya di Dunia dari Properti, Paling Tajir Rp210,7 Triliun

Itu sebabnya estetika ini begitu kuat pengaruhnya di lanskap multikultural Bali. Ketika orang Australia, Eropa, Amerika, dan Asia sama-sama mengapresiasi prinsip desain yang sama, berarti Anda telah menemukan sesuatu yang bersifat universal.

CORE Concept Living, perusahaan pengembang yang didirikan oleh duo asal Swedia Shanny Poijes dan Victoria Fernandez, mengkhususkan diri pada pendekatan bergaya Scandinasian ini. Proyek terbaru mereka, Leviro Residences di Munggu, mewakili konsep hunian Scandinavian X Japandi X Balinese Soul.

Bahkan menjadi proyek properti pertama yang menggunakan konsep desain unik ini di Bali. Menurut rencana, proyek ini akan diluncurkan pada Oktober 2025, di mana pembangunan dimulai pada Desember 2025 dan rencana serah terima unit pada kuartal keempat 2027.

Topik Menarik