Terdepan dalam Dekarbonisasi, Pakar Sebut Inovasi Pertamina Perkuat Daya Saing
Berbagai inovasi yang dilakukan PT Pertamina (Persero), membuktikan bahwa BUMN tersebut terdepan dalam transisi energi dan dekarbonisasi. Demikian disampaikan pakar ekonomi lingkungan IPB, Aceng Hidayat.
”Ini luar biasa. Untuk hal ini (transisi energi dan dekarbonisasi), Pertamina memang leading, bisa menjadi contoh perusahaan lain," kata Aceng kepada wartawan hari ini.
Baca Juga: Capai 1,13 Juta Ton C02e, Dekarbonisasi Pertamina Lampaui Target 124
Aceng menilai, Pertamina memang berani melakukan berbagai terobosan. Sambil terus menjaga ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan gas bumi bagi masyarakat, kata dia, BUMN energi itu juga terus berinovasi dalam energi baru dan terbarukan.
”Artinya, Pertamina sudah bertransformasi sebagai perusahaan yang berkelanjutan. Tentu saja ini praktik yang benar. Apalagi, ranah bisnis BUMN tersebut cukup rentan, termasuk mengenai isu lingkungan, terutama emisi,” lanjutnya. Sebagai strategi bisnis, lanjut Aceng, komitmen Pertamina terhadap lingkungan juga sangat menguntungkan. Sebab ke depan hanya perusahaan yang concern menjalankan bisnis berkelanjutan atau green business, yang akan memiliki daya saing tinggi. Terlebih, kata dia, jika Pertamina akan bermitra dengan perusahaan-perusahaan global.
Di sisi lain, Aceng juga menilai, berbagai upaya Pertamina tersebut sangat mendukung ketahanan energi nasional. Termasuk mendorong swasembada energi seperti dicita-citakan Pemerintahan Prabowo Subianto. ”Ini sudah sejalan dengan upaya kemandirian energi. Pertamina bisa menjadi trendsetter dan bahkan sebagai pendorong,” lanjutnya.
Menurut Aceng, di situlah peran Pertamina. Dalam jangka pendek, guna memenuhi kebutuhan masyarakat, Pertamina tetap menggunakan energi fosil. Namun di sisi berbeda, BUMN ini terus menerapkan green technology untuk mereduksi karbon.
”Untuk jangka panjang, kita harap Pertamina dengan disokong Pemerintah, terus komit dalam bauran energi. Dengan demikian, tidak hanya menjadi bagian sangat penting dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) yang notabene merupakan upaya kolektif, namun sekaligus terus concern menekan emisi karbon,” tutupnya.
Pertamina sendiri memang menerapkan berbagai inovasi untuk dekarbonisasi. Di antaranya adalah pengembangan Bio Refinery (kilang hijau) yang menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan, seperti HVO (Hydrotreated Vegetable Oil) dan Green Gasoline. Selain itu, Pertamina juga mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) untuk menangkap dan menyimpan emisi CO2. Pertamina juga mengembangkan dan memasang solar panel di beberapa lokasi, termasuk di rumah sakit dan terminal, untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Baca Juga: Pertamina Bergerak Menuju Garda Terdepan Dekarbonisasi
Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) sebagai Sub Holding PT Pertamina (Persero) juga menandatangani nota kesepahaman dengan MGH (Mobility Green Horizon) Energy untuk pengembangan e-fuels, seperti e-metanol dan eSAF. E methanol biasa digunakan di industri pelayaran dan industri kimia.
Sementara e-SAF atau e-sustainable aviation fuel adalah bahan bakar sintetik untuk pesawat terbang yang diproduksi menggunakan proses elektrolisis dengan sumber listrik energi terbarukan seperti tenaga surya, air, ataupun angin.