Okupansi Hotel Turun, Begini Strategi Bukit Uluwatu (BUVA) Bertahan di Tengah Turbulensi Pariwisata
IDXChannel - Tingkat okupansi dua properti utama milik PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) merosot sepanjang lima bulan pertama 2025.
Hingga Mei 2025, tingkat hunian Alila Ubud (AVU) dan Alila Villas Uluwatu (ALU) tercatat 53,8 persen, atau turun dari 56 persen di periode yang sama tahun lalu.
Manajemen BUVA menjelaskan, penurunan okupansi tersebut terjadi seiring dampak dari ketidakpastian ekonomi global, termasuk ancaman tarif dari Amerika Serikat (AS) yang turut menekan sektor pariwisata internasional.
"Kami perkirakan kondisi usaha akan membaik di sisa waktu tahun 2025 yang berdampak positif terhadap tingkat hunian dan tentunya pendapatan Perseroan setelah terdapat kepastian atas berbagai tantangan ekonomi dunia," tulis manajemen menjawab pertanyaan Bursa dalam keterbukaan informasi BEI, Jumat (13/6/2025).
Meski demikian, perseroan tetap mampu menjaga pertumbuhan pendapatan berkat kenaikan rata-rata harga kamar (average daily rate/ADR) sekitar 11 persen.
BUVA mengaku belum memiliki rencana untuk melakukan ekspansi meski properti yang dimiliki berada di lokasi premium.
"Setiap ekspansi harus dilaksanakan secara integral, selaras dengan konsep yang ada, dan memperhatikan efisiensi biaya investasi untuk memastikan hasil optimal," tutur manajemen.
Di sisi lain, BUVA belum memiliki rencana untuk melepas kerja sama pengelolaan properti dengan Hyatt. Sebagaimana diketahui, Hyatt bertindak sebagai operator eksklusif untuk kedua properti utama BUVA.
Kerja sama ini dinilai memberikan sejumlah manfaat strategis, di antaranya pengelolaan hotel secara profesional, akses ke jaringan pelanggan loyal Hyatt di seluruh dunia, serta penerapan standar operasional internasional yang mampu menjaga kepercayaan konsumen.
"Saat ini Perseroan belum memiliki rencana membangun kemitraan internasional lainnya," kata manajemen.
Pelepasan aset Bukit Savanna Raya (BSR)
Sementara itu, pelepasan aset PT Bukit Savanna Raya (BSR) senilai Rp799 miliar merupakan bagian dari strategi penguatan likuiditas perusahaan.
Melalui divestasi tersebut, BUVA dapat memfokuskan sumber daya pada aset-aset yang memberikan kontribusi langsung terhadap profitabilitas.
"Transaksi pelepasan BSR merupakan bagian dari upaya optimalisasi portofolio investasi kami," ujar manajemen.
Hingga kuartal I-2025, Bukit Uluwatu berhasil mencatatkan laba bersih Rp71,1 miliar dari kerugian sebesar Rp10,8 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Alhasil laba bersih per saham setara dengan Rp3,45.
(DESI ANGRIANI)