Rubel Rusia Berbalik Pukul KO Dolar AS, Ini Penopangnya
Rubel Rusia melonjak ke level tertinggi dua tahun terhadap dolar AS dalam perdagangan forex pada hari Kamis (29/5) waktu setempat. Lompatan mata uang Rusia itu, menurut para analis didukung oleh perkembangan geopolitik yang positif dan kondisi menguntungkan di pasar minyak global
Mata uang Rubel Rusia telah menguat selama beberapa bulan terakhir, dengan diperdagangkan di bawah 78 terhadap dolar pada Kamis sore, untuk menjadi level terkuatnya sejak pertengahan Mei 2023.
"Kenaikan mata uang Rusia didorong oleh meningkatnya harga minyak dan optimisme terkait pembicaraan perdamaian Ukraina," kata para analis seperti dilansir RT.
Baca Juga: Krisis Kepercayaan Global, Ini Bukti Nyata Dunia Mulai Tinggalkan Dolar AS
Sebelumnya Rusia mengumumkan bahwa mereka telah menyusun memorandum perdamaian, ditambah kenaikan harga minyak telah berkontribusi pada kekuatan rubel, seperti disampaikan Yevgeny Loktyukhov dari Promsvyazbank kepada harian bisnis RBK. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengusulkan, adanya pembicaraan lanjutan terkait negosiasi perdamaian Ukraina di Istanbul pada 2 Juni 2025. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali bahwa ia tidak akan memberlakukan sanksi anti-Rusia, sambil mengungkapkan harapannya dalam penyelesaian konflik tersebut.
Sebagai informasi harga minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global untuk ekspor utama Rusia, terpantau naik 1,2 menjadi USD65,68 per barel. "Latar belakang geopolitik yang membaik dan kondisi pasar minyak yang menguntungkan diharapkan dapat mengimbangi penurunan di akhir bulan terkait pasokan mata uang asing setelah pembayaran pajak," kata Loktyukhov.
Eksportir minyak biasanya mengonversi pendapatan dalam mata uang asing menjadi rubel pada akhir setiap bulan untuk menyelesaikan kewajiban lokal, memberikan dukungan kepada mata uang Rusia.
"Dukungan tambahan untuk rubel datang dari likuiditas valuta asing yang melimpah di pasar dan melemahnya permintaan untuk mata uang asing," menurut Natalia Pyryeva, analis utama di perusahaan investasi Tsifra Broker.
Beberapa analis melihat potensi terjadinya kenaikan lebih lanjut, memperkirakan rubel dapat menguat menjadi 75 per dolar bulan ini jika momentum geopolitik berlanjut. Namun, mereka telah memperingatkan bahwa reli ini mungkin tidak akan bertahan lama tanpa kemajuan yang nyata dalam negosiasi perdamaian. Moskow dan Washington telah melanjutkan keterlibatan diplomatik tingkat tinggi setelah kembalinya Presiden AS Donald Trump ke Gedung Putih untuk kedua kalinya. Ia telah berulang kali menyerukan penyelesaian cepat atas konflik tersebut dan perubahan hubungan bilateral.
Minggu lalu, Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin melakukan percakapan melalui telepon selama dua setengah jam, yang dianggap produktif oleh kedua pemimpin. Pada awal bulan ini, delegasi Rusia dan Ukraina bertemu di Istanbul untuk pembicaraan langsung pertama mereka sejak Kiev secara sepihak menarik diri dari proses perdamaian pada tahun 2022.
Baca Juga: Daya Tarik Dolar AS Meredup, Ternyata Ini Sebabnya
Sebagai hasil dari pembicaraan tersebut, kedua belah pihak melakukan pertukaran tahanan terbesar sejauh ini, dengan masing-masing negara membebaskan 1.000 individu.










