Daya Tarik Dolar AS Meredup, Ternyata Ini Sebabnya
Ada banyak alasan fundamental ekonomi sebagai dasar proyeksi negatif terhadap dolar Amerika Serikat (USD) untuk jangka penjang. Akan tetapi penjualan dan sentimen bearish yang ada saat ini mungkin terlalu berlebihan.
Dolar AS telah kehilangan 5 nilainya terhadap beberapa mata uang utama sejak tarif Presiden Donald Trump berlaku pada 2 April, lalu. Bahkan pelemahan Dolar AS menyentuh angka hingga 10 sejak pertengahan Januari, setelah sebelumnya berada di posisi terkuat dalam lebih dari dua tahun.
Ketidakpastian ekonomi dan kebijakan yang diakibatkan oleh perang dagang Trump telah membuat daya tarik dolar memudar. Sementara upaya Trump untuk menghancurkan tatanan ekonomi dunia selama 80 tahun terakhir dan serangannya terhadap Ketua Federal Reserve, Jerome Powell juga memicu kekhawatiran di kalangan para investor.
Baca Juga: Mampukah Mata Uang Lain Merebut Tahta Raja Dolar AS? Begini Penjelasan Analis
Lebih lagi, jika pemerintahan Trump ingin menghidupkan kembali industri manufaktur AS, mengurangi defisit perdagangan dan menyeimbangkan perdagangan global, nilai tukar yang lebih lemah harus menjadi bagian dari rencana tersebut.Kejelasan mengenai beberapa isu ini mungkin tidak akan datang dalam waktu dekat. Gencatan senjata untuk peramng tarif AS-China akan berakhir pada 9 Juli dan undang-undang pemotongan pajak Trump mungkin tidak akan disetujui secara final sampai jeda 4 Juli, mendatang saat itu isu batas utang akan kembali menjadi perhatian investor.
Semua itu menjadi latar belakang di mana, banyak investor sekarang menilai kembali eksposur mereka terhadap aset yang dinyatakan dalam dolar. Termasuk Surat Utang Negara (Treasuries), terutama obligasi dengan jatuh tempo lebih panjang, yang merasakan tekanan dari kekhawatiran yang mendalam tentang utang dan defisit AS.
Ketika mata uang cadangan dunia dan aset cadangan yang berada di bawah tekanan, tidak mengherankan jika saham-saham AS berkinerja buruk dibandingkan dengan sebagian besar rekan-rekan globalnya tahun ini.
Meski ada angin segar bagi penguatan dolar, seiring meredanya ketegangan perdagangan AS-China. Namun seperti yang sering terjadi di pasar keuangan, para pelaku pasar dan investor tidak ingin terlalu terburu-buru. Sentimen dan posisi negatif saat ini berada pada tingkat yang ekstrem, menurut beberapa ukuran.
Terlalu Banyak, Terlalu CepatSurvei terbaru manajer dana global dari Bank of America menunjukkan bahwa paparan terhadap dolar bulan ini adalah yang terendah sejak Mei 2006, yaitu dalam 19 tahun. Sebanyak 17 investor dalam survei saat ini mengurangi memegang dolar.
Baca Juga: Gelombang Dedolarisasi Melanda Dunia, Lebih 70 Negara Singkirkan Dolar AS
Survei yang sama juga menunjukkan bahwa "krisis dolar AS akibat aksi mogok pembeli internasional" sekarang dianggap sebagai risiko terbesar ketiga bagi pasar dunia. Menurut para investor, hanya sedikit di belakang inflasi yang memaksa Fed untuk menaikkan suku bunga.
Proses multi-tahun "dedolarisasi" mungkin sedang berjalan, tetapi aksi mogok pembelian diyakini tidak mungkin terjadi, bahkan di tengah ketidakpastian dan ketegangan saat ini.









