Negara Ini Resmi Larang Peredaran Dolar AS, Transaksi Wajib Gunakan Mata Uang Lokal
Tanzania resmi melarang penggunaan dolar Amerika Serikat (USD) dalam transaksi di dalam negeri. Kebijakan ini mengikuti jejak aliansi BRICS yang mendorong dedolarisasi dalam perdagangan global. Pemerintah menetapkan Shilling Tanzania (TZS) sebagai satu-satunya alat pembayaran sah, sementara mata uang asing dinyatakan ilegal untuk transaksi lokal.
Keputusan ini diambil setelah maraknya penggunaan valuta asing, terutama dolar AS, dalam transaksi antarwarga dan bisnis di dalam negeri. Presiden Samia Suluhu Hassan menegaskan, langkah ini bertujuan memperkuat mata uang lokal dan mengurangi ketergantungan pada USD.
Baca Juga:Era Baru Perdagangan Global, 92 Transaksi SCO Tak Pakai Dolar AS
Namun, pemerintah memberikan pengecualian bagi transaksi dengan pihak asing. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Tanzania, Johnson Nyella, menyatakan bahwa bisnis yang berurusan dengan klien luar negeri masih diperbolehkan menerima pembayaran dalam dolar AS.
Kebijakan ini menuai pro dan kontra di kalangan pelaku usaha. Sejumlah pengusaha mengkhawatirkan penurunan minat investor asing jika transaksi tidak lagi menggunakan mata uang global seperti USD. Mereka menilai, langkah dedolarisasi bisa berdampak buruk bagi perekonomian Tanzania.Shilling Tanzania dinilai kurang likuid di pasar global, sehingga klien asing mungkin enggan bertransaksi dengan mata uang tersebut. Jika banyak investor menarik diri, sektor bisnis dan tenaga kerja lokal diperkirakan akan terkena dampak signifikan.
Menyikapi kekhawatiran tersebut, pemerintah menyatakan akan terus melakukan konsultasi dengan para pelaku usaha. "Kami berkomitmen untuk mendengarkan masukan dan memberikan panduan lebih lanjut terkait kebijakan ini," ujar Nyella, seperti dikutip dari Watcher Guru, Kamis (29/5).
Langkah Tanzania ini sejalan dengan upaya BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) yang mendorong anggota dan negara mitra untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Namun, pakar ekonomi memperingatkan bahwa transisi dari USD tidak selalu mudah dan berisiko menimbulkan gejolak pasar.
Sejumlah analis menilai, Tanzania kemungkinan harus menghadapi konsekuensi ekonomi sebelum benar-benar terbebas dari dominasi dolar AS. Pasalnya, USD masih menjadi mata uang utama dalam perdagangan internasional dan cadangan devisa global.
Di sisi lain, kebijakan ini bisa menjadi ujian bagi ketahanan ekonomi Tanzania. Jika berhasil, negara tersebut akan bergabung dengan daftar negara yang berhasil mendorong penggunaan mata uang lokal. Namun, kegagalan bisa berakibat pada pelarian modal dan melemahnya kepercayaan investor.Baca Juga:Eks Pejabat Bush: AS Bangun Bunker Kiamat untuk Para Elite dengan Biaya Rp342 Kuadriliun
Pemerintah Tanzania menegaskan, kebijakan ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat kedaulatan moneter. "Kami ingin ekonomi kita tidak terlalu bergantung pada fluktuasi nilai tukar asing," tegas seorang pejabat kementerian keuangan.
Sementara, dunia terus memantau perkembangan kebijakan dedolarisasi di berbagai negara. Kebijakan pelarangan dolar AS di Tanzania menjadi sorotan utama para ekonom global. Langkah ini tidak hanya berdampak pada perekonomian domestik, tetapi juga dapat mempengaruhi dinamika perdagangan internasional di kawasan Afrika Timur.









