Smelter Beroperasi Lebih Cepat, CEO Freeport-McMoRan Turun Langsung ke Gresik
PT Freeport Indonesia (PTFI) berhasil mempercepat perbaikan smelter tembaga mereka sehingga dapat beroperasi lebih cepat dari jadwal semula. Chairman Freeport-McMoRan, Richard C. Adkerson, dan Presiden & CEO Freeport-McMoRan, Kathleen Quirk, bersama Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, turun langsung ke Gresik untuk memastikan kelancaran proses pengoperasian smelter tersebut.
Tony Wenas menjelaskan bahwa kedatangan pimpinan Freeport-McMoRan ini bertujuan untuk memastikan smelter PTFI dapat beroperasi kembali dengan baik setelah mengalami kejadian kahar pada 14 Oktober 2024 lalu. "Saat ini smelter sudah mulai beroperasi dan akan menghasilkan katoda tembaga pada minggu keempat bulan Juni," ujar dia dalam pernyataannya, Jumat (23/5).
Proses produksi dimulai dengan memasukkan konsentrat tembaga yang kemudian diolah di furnace menjadi anoda tembaga. Selanjutnya, anoda tersebut diproses di electrorefinery untuk menghasilkan katoda tembaga berkualitas tinggi. Tony menegaskan bahwa pencapaian ini merupakan bukti nyata resiliensi perusahaan dalam menghadapi tantangan.
Sebelumnya, produksi smelter dijadwalkan mulai pada pekan ketiga bulan Juni. Namun, berkat kerja keras tim dan percepatan proses perbaikan, smelter sudah mulai beroperasi pada pekan ketiga bulan Mei. "Ini adalah capaian yang sangat baik dan menunjukkan komitmen kami terhadap hilirisasi sumber daya mineral," kata Tony.
Untuk mempercepat pengiriman material penting dari luar negeri, PTFI mengerahkan pesawat kargo berbadan lebar seperti Boeing 747 dan Antonov AN-124. Total lebih dari 300 ton material telah didatangkan melalui beberapa kali penerbangan, termasuk tiga kali perjalanan Antonov AN-124.
Dalam proses perbaikan, PTFI mengerahkan sekitar 2.000 tenaga kerja yang bekerja dalam dua shift. Fokus utama mereka adalah pada perbaikan, pengadaan, konstruksi, dan instalasi dengan prioritas utama keselamatan kerja. "Kami melakukan setiap tahap dengan sangat hati-hati dan penuh perhitungan agar smelter dapat segera berproduksi kembali," jelas Tony.
Saat ini, smelter PTFI telah memasuki fase ramp-up, yaitu peningkatan kapasitas produksi secara bertahap dari 40 persen menuju 100 persen pada Desember 2025. Peningkatan ini diharapkan dapat mendukung target produksi dan kontribusi perusahaan terhadap industri nasional.
Tony menegaskan akselerasi perbaikan dan produksi smelter ini memperkuat posisi PTFI sebagai perusahaan tambang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Hal ini sejalan dengan program hilirisasi sumber daya mineral yang digagas pemerintah dan komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
Lebih lanjut, beroperasinya smelter ini menjadi langkah strategis yang tidak hanya mendukung kemandirian industri dalam negeri, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di pasar global. PTFI berperan aktif dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral nasional.
Sebagai bagian dari visi pemerintah menuju Indonesia Emas 2045, PTFI berkomitmen untuk terus berkontribusi memberikan nilai tambah bagi bangsa dan negara. "Kami akan terus mendukung pembangunan industri nasional dan memperkuat daya saing Indonesia di kancah internasional," tutup Tony.