Profil Komisaris Utama Sritex Iwan Setiawan Lukminto, Pernah Masuk Jajaran Orang Terkaya RI
Kejaksaan Agung (Kejagung) menangkap Iwan Setiawan Lukminto, Komisaris Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex), pada Selasa (20/5) di Solo, Jawa Tengah. Penangkapan ini dilakukan dalam rangka penyidikan kasus dugaan penyalahgunaan fasilitas kredit oleh Sritex Group.
"Betul, kami telah menangkap tersangka ISL untuk kepentingan penyidikan," ujar Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Kejagung, Febrie Adriansyah pada Rabu (21/5).
Kasus yang menyeret bos tekstil tersebut berkaitan dengan dugaan penyimpangan penggunaan dana pinjaman yang diperoleh dari sejumlah bank, termasuk bank pembangunan daerah. Penyidik tengah menelusuri apakah dana-dana tersebut berasal dari sumber dana pemerintah.
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejagung, Harli Siregar, mengungkapkan, penyidik telah memeriksa sejumlah pihak, salah satunya Yefta Bagus Setiawan, Manager Accounting PT Senang Kharisma Textile, yang merupakan anak usaha Sritex.
"Kami telusuri kemungkinan indikasi penyimpangan penggunaan dana pemerintah melalui bank daerah," ujar Harli.
Kondisi keuangan Sritex saat ini tengah terpuruk. Perusahaan yang dulu menjadi salah satu produsen tekstil terbesar di Asia Tenggara kini pailit, dan menghentikan seluruh operasionalnya. Dampaknya, lebih dari 10.000 karyawan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Profil Iwan Setiawan Lukminto
Iwan Setiawan Lukminto bukan nama baru di dunia bisnis nasional. Pria kelahiran Surakarta, 24 Juni 1975 ini adalah putra sulung dari almarhum H.M. Lukminto, pendiri Sritex.Perusahaan ini dirintis dari sebuah toko batik sederhana di Solo pada tahun 1966, dan berkembang menjadi raksasa industri tekstil Indonesia. Iwan menyelesaikan pendidikan sarjananya di bidang Administrasi Bisnis dari Suffolk University, Amerika Serikat.
Ia juga tercatat sebagai alumni Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Angkatan ke-20. Ia mulai aktif di Sritex sejak muda, dan menjabat sebagai Direktur Utama pada 2014 sebelum naik menjadi Komisaris Utama.
Di bawah kepemimpinannya, Sritex mengalami ekspansi besar-besaran. Perusahaan ini memperluas lini bisnisnya ke sektor properti dengan kepemilikan sekitar 10 hotel di Solo, Yogyakarta, dan Bali, termasuk Holiday Inn Express Bali. Sritex juga mengembangkan anak usaha di bidang kertas, PT Sriwahana Adityakarta, yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2018.
Perusahaan juga sempat melakukan diversifikasi bisnis saat pandemi Covid-19 dengan memproduksi alat pelindung diri (APD) dan masker. Strategi ini sempat mendongkrak reputasi Sritex di pasar global.
Pada 2020, Iwan sempat masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, menempati posisi ke-49 dengan kekayaan bersih sebesar USD 515 juta atau sekitar Rp7,9 triliun. Saat itu, Sritex masih dalam masa kejayaannya sebagai eksportir tekstil dan garmen.
Selain aktif di dunia usaha, Iwan juga dikenal sebagai figur organisasi. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) pada periode 2020–2021 dan menjadi Dewan Penasihat AEI sejak 2021. Ia juga terlibat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Dewan Kehormatan Pengurus Besar Wushu Indonesia.







