5 Fakta di Balik Kesepakatan AS-China Pangkas Tarif

5 Fakta di Balik Kesepakatan AS-China Pangkas Tarif

Ekonomi | okezone | Sabtu, 17 Mei 2025 - 07:14
share

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) dan China sepakat menurunkan tarif perdagangan selama 90 hari ke depan. Langkah ini menjadi kabar baik bagi pasar seiring meredanya ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Pemerintah AS menyatakan akan menurunkan tarif terhadap barang impor dari China menjadi 30 dari sebelumnya 145. Sementara itu, China juga sepakat memangkas tarif terhadap produk asal AS menjadi 10 dari sebelumnya 125.

Berikut adalah fakta di balik kesepakatan AS-China pangkas tarif yang dirangkum Okezone, Sabtu (17/5/2025).

1. Kesepakatan AS-China

Kementerian Perdagangan China merilis pernyataan bersama dengan AS secara bersamaan.

"Kami percaya bahwa konsultasi lanjutan akan membantu menyelesaikan isu-isu yang menjadi perhatian kedua negara di bidang ekonomi dan perdagangan," tulis pernyataan resmi Beijing, dilansir Financial Times.

Dalam pertemuan Jenewa tersebut, delegasi AS dipimpin oleh Bessent dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer. Sementara dari pihak China, Wakil Perdana Menteri He Lifeng memimpin langsung tim negosiasi.

2. Lima Poin Kesepakatan 

Ada lima poin penting dalam kesepakatan antara Amerika Serikat dan China. Berikut adalah poin-poin kesepakatan tarif AS-China melansir pernyataan resmi kedua negara, dan sejumlah media internasional:

a. Penurunan Tarif 
- Tarif AS terhadap barang China diturunkan dari 145 menjadi 30.
- Tarif China terhadap barang AS, diturunkan dari 125 menjadi 10
- Kedua negara sepakat untuk mengurangi tarif timbal balik selama periode 90 hari.  

b. Jeda 90 Hari dan Pembatalan Tarif Tambahan
- Kesepakatan dua negara ini mencakup jeda tarif resiprokal selama 90 hari alias 3 bulan ke depan, sebagai periode bagi keduanya untuk negosiasi lanjutan.
- Periode jeda dimulai sejak 14 Mei 2025
- Selama periode ini, AS dan China sama-sama membatalkan total tarif tambahan 91 atas barang impor.
- AS sepakat menangguhkan tarif resiprokal 24, demikian juga China setuju untuk menunda tarif balasan 24.

 

c. Negosiasi Lanjutan dan Perwakilan
- Pernyataan bersama AS-China mengonfirmasi bahwa jeda selama 90 hari akan dimulai pada tanggal 14 Mei 2025.
- Pernyataan tersebut juga menyatakan kedua negara akan "membangun mekanisme untuk melanjutkan diskusi mengenai hubungan ekonomi dan perdagangan".
- Scott Bessent akan mewakili AS, sementara wakil perdana menteri He Lifeng akan mewakili pemerintah China.
- Pembicaraan lebih lanjut dapat diadakan di AS, Tiongkok, atau negara pihak ketiga yang disepakati.

d. Isu Fentanyl dan Pencegahan Eskalasi
- Kesepakan AS-China juga mencakup perdagangan fentanyl -sejenis obat antinyeri dan obat bius-, di mana sebelumnya banyak produk China bertebaran di AS.
- Bea masuk AS sebesar 20 atas barang impor fentanyl dari China akan tetap berlaku, yang berarti total tarif atas China akan tetap sebesar 30.
- Washington berharap berharap China membeli banyak produk fentanyl buatan AS, sementara dalam laporan media arus utama menyebut pejabat China tak mempermasalahkan hal itu.

e. Komitmen Hubungan Dagang yang Seimbang
- Pejabat dari kedua negara sepakat menghindari pemisahan ekonomi, dan berkomitmen pada perdagangan yang lebih seimbang.  
"Kami menginginkan perdagangan yang lebih seimbang, dan saya kira kedua pihak berkomitmen untuk mewujudkannya," ujar Menteri Keuangan AS, Scott Bessent.
Sementara menurut kantor berita resmi pemerintah China, Xinhua, juru bicara Kementerian Perdagangan menekankan kesetaraan dalam hasil negosiasi.
“Ini merupakan langkah penting menuju penyelesaian sengketa antara kedua negara melalui dialog dan konsultasi yang setara,” ujarnya.

3. Isu Logam Langka

Di tengah kabar baik ini, mencuat isu sensitif yang berpotensi memicu ketegangan baru, yakni perebutan kendali atas komoditas strategis berupa mineral tanah jarang (rare earth) yang krusial bagi industri teknologi tinggi.

Peran dominan China dalam pasar global rare earth, serta keinginan AS untuk menjaga pasokan tetap stabil, menjadikan isu ini salah satu titik rawan dalam kesepakatan dagang.

Rare earth merupakan komoditas vital karena digunakan dalam berbagai industri strategis, mulai dari baterai kendaraan listrik, ponsel pintar, hingga teknologi militer.

Selama ini, China mendominasi pasar tanah jarang di Negeri Paman Sam. Para analis menilai bahwa mineral ini menjadi alat tawar China dalam negosiasi kesepakatan dagang yang lebih luas.

 

4. Isu Keamanan Nasional

Di tengah ketegangan global, pasokan mineral ini dipandang sebagai isu keamanan nasional oleh AS, bukan sekadar masalah perdagangan biasa. Washington menilai stabilitas akses terhadap rare earth dari China adalah hal yang tidak bisa dikompromikan.

“Setelah mereka menghukum AS dengan kendali ekspor rare earth, mereka (China) tidak akan begitu saja melepaskan senjata ekonomi ini,” ujar Dexter Roberts, Peneliti Senior Nonresiden di Atlantic Council, dikutip dari Fortune.

5. Kemajuan dalam Izin Ekspor

Menurut laporan Bloomberg, kesepakatan dagang terbaru memungkinkan AS untuk lebih mudah mendapatkan izin ekspor tanah jarang dari Beijing.
Namun, pencabutan pembatasan secara menyeluruh dinilai masih jauh dari kemungkinan, menurut dua sumber industri di China.

China sebelumnya telah memasukkan tujuh jenis tanah jarang dan produk terkait ke dalam daftar kontrol pada April lalu sebagai bagian dari langkah balasan terhadap tarif AS.

Keputusan tersebut berarti eksportir AS harus mengajukan izin khusus sebelum menjual ke luar China, sebagaimana dilaporkan Bloomberg.

Topik Menarik