RI Bakal Batasi Impor Singkong, Kebutuhan Industri Tak Terganggu?

RI Bakal Batasi Impor Singkong, Kebutuhan Industri Tak Terganggu?

Ekonomi | okezone | Selasa, 13 Mei 2025 - 17:27
share

JAKARTA - Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas mendukung wacana kebijakan larangan terbatas (lartas) untuk komoditas singkong dan tapioka. Namun perlu dihitung dengan cermat kebutuhan di dalam negeri.

Jangan sampai, larangan terbatas impor singkong dan tapioka ini justru menghambat penyediaan bahan baku untuk industri yang selama ini juga dipenuhi dari impor. Andreas menyebut, saat ini kapasitas produksi singkong di Indonesia sekitar 20 juta ton per tahun.

"Jadi sebetulnya oke saja, memang perlu diperhitungkan ya lebih cermat lagi terkait kebutuhan industri ini seperti apa, biasanya kan industri memiliki kualifikasi (tertentu)," ujarnya saat dihubungi Okezone, Jakarta, Selasa (13/5/2025).

1. Luas Tanam Singkong

Andreas menjelaskan luas tanam singkong di Indonesia sendiri mengalami penyusutan sejak tahun 1980 hingga saat ini. Pada tahun 1980 total luas lahan pertanian singkong sekitar 1,4 juta hektare, mayoritas di Jawa sebanyak 1 juta hektare dan sisanya di luar Jawa.

Namun mulai tahun 2008 luas tanam singkong di Indonesia mulai mengalami penurunan. Sebabnya karena konvergensi lahan pertanian untuk kebutuhan pembangunan baik infrastruktur maupun lahan kawasan industri di Pulau Jawa. Hingga saat ini, total luas lahan pertanian singkong hanya tinggal 300 ribu hektare.

"Jadi berdasarkan luas tanam, terus mengalami penurunan trennya, tapi kalau dari sisi produktivitas, singkong terus mengalami peningkatan, sehingga penurunan luas lahan tersebut terimbangi dari produktivitas singkong," tambahnya.

 

2. Industri Masih Butuh Singkong Impor

Sehingga dikatakan Andreas, produksi singkong di Indonesia secara total sebetulnya relatif stabil, kurang lebih selama 45 tahun terakhir, di tengah adanya penyusutan luas lahan. "Produksi singkong kita stabil, relatif stabil, meski ada sedikit tren penurunan, jadi saat ini sekitar 20 juta ton kira-kira angkanya," kata Andreas.

Kondisi inilah yang membuat produsen mamin (makanan dan minuman) yang memerlukan singkong atau tepung tapioka sebagai bahan baku mengambil langkah impor. Sebab, produksi di dalam negeri relatif stagnan ditengah adanya penyusutan luas tanam sawah.

"Jadi itu, untuk itu impor terus menerus dilakukan setiap tahunnya, belum pernah ada kita tidak impor," pungkasnya.

Topik Menarik