Ruang Baca Faisal Basri Diresmikan, Kenang Pemikiran Sang Ekonom untuk Bangsa 

Ruang Baca Faisal Basri Diresmikan, Kenang Pemikiran Sang Ekonom untuk Bangsa 

Ekonomi | inews | Sabtu, 8 Februari 2025 - 06:09
share

JAKARTA, iNews.id - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) meresmikan Ruang Baca Faisal Basri, Jumat (7/2/2025). Peresmian dilakukan lewat diskusi yang membahas pemikiran sang ekonom.

Ekonom Senior INDEF, Didik J Rachbini mengenang pemikiran Faisal Basri yang menilai politik saat ini sebatas jargon. 

"Politik saat ini menurutnya tidak mungkin menghasilkan kebijakan yang berorientasi kepada pemerataan, keberpihakan kepada rakyat. Pemerataan dan kerakyatan hanya menjadi jargon," ujar Didik dalam keterangannya, Jumat (7/2/2025).

Dia mengatakan, Faisal Basri menganggap kebijakan ekonomi sebatas derivasi dari kebijakan politik. Oleh karena itu, kata dia, Faisal Basri memutuskan keluar dari PAN karena tidak lagi percaya dengan para politikus.

"Faisal Basri juga menyebut politik uang yang mewabah saat ini adalah demokrasi yang najis. Tidak ada lagi yang namanya kontrak politik, semua sudah melakukan perselingkuhan politik yang kemudian dianggap wajar," tutur dia.

Ekonom Senior INDEF Didin S Damanhuri mengenang awal perkenalan dengan Faisal Basri. Dia mengatakan pertama kali bertemu Faisal Basri pada 1995 lalu.

"Ketika itu beliau Deputi Menko Perekonomian. Faisal Basri ketika itu baru saja pulang dari AS," ujar Didin.

Dia memuji keberanian Faisal Basri untuk mengkritik kebijakan ekonomi pemerintah dengan didukung teori dan data yang sangat kuat. Menurut dia, hal itu yang menjadi kelebihan Faisal Basri dibanding ekonom lain.

"Sejak itu kritisisme Faisal Basri bersama INDEF tidak pernah henti untuk mengritik sangat tajam segala kebijakan ekonomi yang dianggap menyimpang di era Soeharto, Habibie, Megawati sampai era Jokowi," jelas dia.

Sementara itu, Ekonom INDEF M Fadhil Hasan menceritakan kenangan paling berkesan dari sosok Faisal Basri. Kala itu, kata dia, Faisal Basri berani menolak proyek besar yang ditawarkan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Alasannya, kata dia, Faisal Basri enggan INDEF terkesan merestui budaya korupsi pada era itu. 

"Padahal ketika itu INDEF masih amat kesulitan keuangan," ujar Fadhil.

Dia mengatakan Faisal Basri merupakan sosok yang kerap berkontribusi melakukan perbaikan di berbagai era pemerintahan.

"Jadi Faisal Basri tidak hanya mengkritik secara tajam dan keras di luar, tapi dia juga melakukan keterlibatan yang cukup signifikan untuk perbaikan dari dalam," ujar Fadhil.

Topik Menarik