Sepak Terjang Darah Muda di Pasar Modal Indonesia
IDXChannel - Industri pasar modal nasional sukses mencatatkan pertumbuhan pesat dalam kinerjanya di beberapa tahun terakhir.
Dari segi jumlah investor yang berkecimpung, misalnya, telah terjadi lonjakan eksponensial dalam lima tahun terakhir, di mana total pelaku pasar tercatat meroket hingga enam kali lipat.
Jika pada 2018 lalu jumlah total investor pasar modal tercatat sebanyak 1,82 juta orang, per Juli 2023 lalu data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menyebut bahwa jumlah investor domestik telah mencapai 11,37 juta investor.
Massifnya gelombang pertumbuhan ini, di antaranya, tak lepas dari keterlibatan kalangan muda, terutama kelompok milenial dan generasi Z (Gen-Z) untuk turut berinvestasi di pasar modal.
Hal ini terlihat dari komposisi sebaran investor secara usia, di mana kelompok Gen-Z dengan usia 30 tahun ke bawah, mendominasi hingga mencapai 57,26 persen.
Persentase tersebut disusul oleh kelompok investor milenial, dengan usia 31 sampai 40 tahun, dengan komposisi mencapai 23,18 persen.
Aplikasi
Menurut Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, massifnya keterlibatan generasi muda di industri pasar modal pada dasarnya didorong oleh tingginya tingkat kesadaran terhadap pentingnya berinvestasi.
"Mereka, kalangan muda ini, sedari awal sudah paham bahwa hidup itu tidak bisa hanya mengandalkan gaji saja. Sehingga berinvestasi itu sifatnya wajib. Mereka sadar itu," ujar Reza, kepada Idxchannel.
Bak gayung bersambut, kebutuhan berinvestasi tersebut terwadahi dengan makin banyak bermunculannya beragam aplikasi mobile (mobile app) yang berupaya mempermudah proses investasi saham lewat berbagai fitur bantuan.
Hal ini sesuai dengan karakteristik generasi milenial yang ingin serba mudah, simpel, dengan akses yang berada dalam genggaman melalui perangkat ponsel.
Bahkan, dengan mengandalkan berbagai fitur tersebut, kelompok investor muda ini kerap kali melakukan \'short cut\' dalam berinvestasi dengan cukup memanfaatkan beragam informasi instan dalam bentuk rekomendasi saham hingga tips n trick dalam perdagangan.
Role Model
"Beragam rekomendasi dan tips n trick itu kini juga gampang banget diakses, dan banyak sekali tersedia di berbagai platform media sosial," tutur Reza.
Berbagai konten berinvestasi di media sosial tersebut, bisa dibilang, juga merupakan bagian tak terpisahkan dari gelombang baru pasar modal nasional, yang dipandegani oleh para trader muda, sebagai tokoh-tokoh baru yang turut menggerakkan industri pasar modal dewasa ini.
Sebut saja Michael Yeoh, sosok pemuda kelahiran 1991 yang menyebut dirinya sebagai profesional trader, trading coach sekaligus financial consultant, yang kini telah memiliki 121 ribu pengikut di platform instagram.
Michelle mengawali kiprahnya di pasar saham pada 2013, dengan modal awal hanya sebesar Rp10 juta saja. Dengan pasar yang masih relatif sepi dan tak semassif saat ini, tentu tak mudah mengelola dana modal sekecil itu.
"First time masuk (bursa) saham itu Saya mikirnya seperti judi, sehingga tidak begitu suka. Tapi lama-lama Saya perhatikan, Saya pelajari, ko ternyata menarik juga," ujar Michalle, kepada media.
Sesuai pengalamannya, Michael juga mengingatkan bahwa trading saham itu tidak mudah, dan butuh effort cukup berat, dengan beragam pengalaman kegagalan dan kerugian yang juga harus dilalui.
Karenanya, Michael mengaku banyak belajar dari teman-temannya yang telah lebih dulu terjun ke pasar modal. Salah satu yang dia pelajari adalah terkait metode teknikal saham.
Dengan pilihan metode yang tepat, Michael percaya bahwa seorang investor bisa terjun ke pasar tanpa harus menjadi \'korban\' dengan segala risiko perdagangan yang harus ditanggung.
Kuncinya, investor harus memahami betul kondisi market yang sedang terjadi, sehingga bisa menempatkan posisi yang sesuai dengan risiko yang telah diantisipasi sebelumnya.
"Sehingga kemudian Saya menemukan, ini opini Saya ya, bahwa market itu pada dasarnya bukan tempat mencari profit, melainkan tempat untuk mengelola risiko. Jadi mindset-nya jangan profitnya dulu. Kelola dulu risikonya, dari sana profit akan mengikuti," tegas Michael.
Berdaya
Cerita tak kalah inspiratif juga hadir lewat sosok Ellen May. Wanita kelahiran Solo, 40 tahun lalu, ini merupakan salah satu dari sedikit tokoh pasar modal perempuan, di tengah dominasi pelaku pasar mayoritas laki-laki.
KSEI, misalnya, mencatat per Juli 2023 ini, porsi investor perempuan hanya mencapai 37,48 persen, dibanding 62,52 persen porsi pelaku pasar laki-laki.
Karenanya, sosok Ellen seolah menjadi penyemangat bagi generasi muda, khususnya wanita, untuk juga tak mau kalah dalah meraup profit dari bursa saham.
Dalam berbagai informasi, Ellen telah terjun ke dunia pasar modal sejak 2007, atau setahun sebelum krisis ekonomi memukul perekonomian Indonesia pada 2008 lalu.
Bisa dibayangkan, baru satu tahun berinvestasi, Ellen harus menghadapi kondisi pasar yang gonjang-ganjing akibat krisis, dengan kerugian mencapai lebih dari 50 persen.
Kondisi ini seolah \'menantang\' niat awal Ellen yang terjun ke bursa saham agar tetap bisa produktif dan berdaya meski telah menikah. Terlebih, keinginan untuk tetap produktif tersebut semakin membulat mengingat Ibu Ellen juga merupakan seorang wanita pekerja.
"Wanita itu sebaiknya bisa berdaya. Memang tidak harus, tapi sebaiknya bisa. Just in case. Saya belajar dari teman-teman Saya, suaminya tiba-tiba stroke, atau meninggal. Jadi setidaknya dia bisa menghidupi keluarganya," ujar Ellen, kepada idxchannel.
Meski, Ellen mengakui bahwa suaminya pada dasarnya juga masih mampu dalam memenuhi kebutuhan finansial keluarganya. Namun Ellen berbulat tekad untuk bisa tetap produktif dan berdaya, agar bisa bermanfaat, dan memberikan dampak positif bagi banyak orang.
Saat itu Sang Suami mendukung keinginan Ellen dengan menyarankannya untuk belajar investasi saham, sekaligus memberikan sejumlah modal untuk dikelola di pasar modal.
Tak lama berselang, krisis ekonomi 2008 melanda dan membuatnya rugi besar. Namun, Ellen berupaya tetap tenang dan terus mempelajari seluk-beluk investasi pasar modal secara lebih mendalam.
"Saat itu Saya yakinkan suami untuk tetap tenang. Saya bilang uang pasti kembali. Meski di dalam hati, ya cukup deg-degan juga," gurau Ellen.
Dan perjuangan itu akhirnya berhasil Ellen buktikan, untuk dapat bangkit dari kondisi krisis, dengan justru mengantongi banyak sekali pengalaman berharga.
Tak ingin pengalaman itu terbuang sia-sia dan hanya menjadi kenangan dirinya sendiri, Ellen pun menggagas pendirian Ellen May Institute, sebuah lembaga edukasi pasar modal terbesar di Indonesia. Ellen juga membangun aplikasi edukasi untuk investor dan trader, bernama EMTrade.
Salah satu pelajaran yang Ellen pegang teguh dan sampaikan kepada orang-orang yang telah bergabung di Ellen May Institute dan EMTrade, adalah bahwa pasar modal diakui Ellen memang bukan untuk semua orang.
Karenanya, dengan catatan panjangnya di industri pasar modal domestik, Ellen selalu enggan untuk serta merta membujuk semua orang untuk mau berinvestasi atau trading saham.
Menurut Ellen, untuk terjun ke industri pasar modal wajib memiliki kesiapan mental yang kuat dan tak gampang goyah oleh sebuah situasi yang terjadi.
"Saham itu benar-benar buat orang yang mau belajar dan secara emosinal stabil. Kalau emosinya tidak sabaran, maunya cepat untung seperti Saya dulu, tidak akan bisa. Trader atau investor itu tergantung mentalnya," ungkap Ellen.
Ketika seorang investor terburu-buru dan berambisi untuk meraup cuan, dalam pandangan Ellen, maka yang terjadi kerap kali justru sulit mendapatkan keuntungan.
Sebaliknya, dengan kondisi mental yang lebih kuat, investor bakal lebih siap menghadapi tekanan di pasar, dan tak ragu untuk sebelumnya mempersiapkan diri dengan banyak belajar.
"Dengan lebih well prepare seperti itu, lalu mentalnya lebih kuat, itu justru jadi kunci untuk sukses di pasar saham," tegas Ellen.
Dua Wajah
Selain Ellen dan Michael, pada dasarnya masih banyak lagi nama yang cukup familiar dan dikenal di kalangan investor milenial. Misalnya saja, Om Ben, John Hens, Bekti Sutikna, Rivan Kurniawan, william Hartanto, dan masih banyak lagi yang lain.
Sosok-sosok role model baru, harus diakui, turut serta menjadi arah baru bagi industri pasar modal domestik.
Hal yang kemudian cukup diapresiasi oleh Reza, adalah kesadaran para sosok trader muda ini untuk tak hanya menyajikan \'gemerlap\' pasar modal, namun juga menyampaikan beragam potensi tersebut berikut juga dengan konsekuensi logisnya.
"Ini penting, bahwa sosok-sosok role model ini harus juga menyampaikan pahit-getirnya di pasar saham itu seperti apa. Kenapa? Agar investor-investor muda ini tidak kapok ketika menghadapi realita yang ada di pasar," ungkap Reza.
Pernyataan tersebut, didasarkan Reza pada kenyataan bahwa tak sedikit juga role model di kalangan influencer pasar modal yang sekadar mengungkap \'wajah\' pasar modal dari satu sisi, yaitu potensi keuntungannya saja.
Meski tak bisa digeneralisasi, Reza menilai ada sebagian influencer yang hanya memperlihatkan kisah manis menjadi investor, tanpa juga mengungkap perjuangan dan potensi kerugian yang harus ditanggung.
"Karena itu, kita appreciate juga ketika investor-investor muda ini mau \'berguru\' pada sosok-sosok yang tepat. Yang nggak cerita enaknya doang, tapi mengajarkan pasar modal dengan lengkap dan komprehensif. Ini bagus," tegas (TSA)