Masa Depan Pialang Saham di Era Digital
IDXChannel - Perkembangan teknologi digital yang masif saat ini ibarat dua sisi mata uang. Satu sisi memberikan banyak peluang, sisi sebaliknya memberikan beragam tantangan.
Teknologi yang didukung kecerdasan buatan dapat mengubah cara orang berinteraksi dan beraktivitas. Ini yang membuat teknologi berdampak signifikan pada banyak industri, termasuk pasar modal.
Menurut jurnal ilmiah berjudul " Meningkatkan Efisiensi Pelayanan Publik dengan Teknologi di Era Digital ", banyak profesi yang berbeda dipengaruhi teknologi dan beberapa pekerjaan akan tergantikan dengan hadirnya teknologi yang kian canggih.
Salah satu profesi yang terdampak perkembangan teknologi, adalah pialang saham.
Mengutip buku dengan judul " Memulai Berinvestasi Saham ", pialang atau broker, juga dikenal dengan sebutan Perantara Pedagang Efek, yaitu perusahaan yang aktivitas utamanya adalah melakukan jual beli efek yang tercatat di bursa saham.
Peran mereka dibutuhkan investor saham untuk melakukan transaksi di pasar modal. Mereka menjadi perantara dalam jual beli efek, yakni perantara antara emiten dan investor.
Sebagai contoh sederhana, ini sama halnya ketika Anda ingin membeli roti, Anda hanya perlu datang ke toko roti, tidak perlu ke pabriknya. Demikian juga saat Anda ingin membeli saham, Anda hanya perlu membelinya melalui broker atau pialang.
Namun teknologi digital membuat para investor kini mampu menggunakan layanan online untuk melakukan transaksi di pasar modal. Akibatnya, kebutuhan investor terhadap pialang menjadi berkurang atau perlahan hilang.
John C.P Tambunan, yang saat ini menjabat sebagai Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), beberapa tahun lalu sempat menyatakan kekhawatirannya terhadap perkembangan teknologi digital yang bakal mengerus profesi broker atau pialang saham.
Itu karena masing-masing investor sudah memiliki Single Investor Identication (SID), sehingga fungsi broker akan digantikan mesin, kecuali dia adalah pemegang saham. Karena itu, untuk beradaptasi di tengah gempuran teknologi, para pialang perlu meningkatkan skill alias keahliannya.
Menurutnya, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) unggul, yang mengantongi lisensi, secara individu hingga level perusahaan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Misalnya, lulus ujian Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE) dan memiliki sertifikasi profesi pasar modal.
Selain itu, perusahaan sekuritas juga harus meningkatkan sistem online trading yang memberi nilai tambah serta pendampingan terkait saham kepada investor.
Dengan jeli mengakomodasi kebutuhan investor, terutama bagi investor yang tidak memiliki waktu untuk melakukan transaksi saham maka kehadiran mereka masih dibutuhkan. Apalagi peluang investor saham di dalam negeri untuk tumbuh pun masih terbuka lebar.
Ini merujuk jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang diproyeksikan sebanyak 257,77 juta pada 2022, namun angka investor di pasar modal masih minim.
"Investor pasar modal 11,46 juta SID, itu (masih) kecil banget. Dari jumlah itu, investor saham baru sekitar 4 juta," kata John kepada IDXChannel , akhir pekan ini.
Data Positif Meriahkan Bursa Pekan Ini: IHSG Naik 4,01, Kapitalisasi Pasar Rp12.318 Triliun
John yang juga menjabat Director of Strategic Risk and Government Relation PT Ajaib Sekuritas Asia mengungkapkan bahwa Ajaib saat ini memiliki sekitar 2,2 juta investor.
"Namun yang aktif 400 ribu, ini kan masih kecil sekali. Jadi, kalau ditanya ke depannya bagaimana, saya pikir masih cukup luas pasar yang ada. Dan Ajaib, 2,2 juta (investor) itu menciptakan nasabah baru," tutur John.
Dia menyampaikan, perusahaan pialang saham atau sekuritas saat ini pun sudah mendorong nasabah mereka berbasis online. Beberapa di antaranya Ajaib, Stockbit, dan Mirae Asset Sekuritas.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menambahkan, strategi yang bisa dilakukan dalam menyesuaikan diri di era digital, para stakeholder wajib meningkatkan inovasi di bidang teknologi digitalisasi.
"Khususnya bisa memberikan manfaat yang berarti untuk kemajuan industri pasar, tapi memang yang paling penting juga infrastruktur yang menjamin konektivitas," ujar Nafan.
Bahkan kehadiran internet 5G, menurut dia, menjadi sangat esensial bagi para investor dan trader untuk meningkatkan likuiditasnya di pasar modal.
"Sebenarnya era digital ini berpotensi, bisa memberikan kemudahan terhadap para investor maupun para trader ," ucapnya.
Sementara pengamat ekonomi Ibrahim Assuaibi menuturkan, para investor muda berhak mendapat edukasi dari para pialang saham. Ini untuk meminimalisir risiko dan kerugian, sekaligus cara untuk menjaring banyak investor masuk ke pasar modal.
Memberikan rekomendasi instrumen investasi terbaik, dan pendampingan terhadap investor dianggap sebagai tugas penting yang akan mempengaruhi reputasi dan masa depan pialang saham.
(RNA)