Menengok Ekonomi Argentina, Hampir Jadi Negara Maju namun Ambruk

Menengok Ekonomi Argentina, Hampir Jadi Negara Maju namun Ambruk

Ekonomi | BuddyKu | Kamis, 6 Juli 2023 - 10:33
share

JAKARTA, NETRALNEWS.COM - There are four kinds of Countries, developed, undeveloped, Japan and Argentina ( Steven Kuznetz, pemenang hadiah Nobel di bidang Ekonomi tahun 1971).

Ketika mendengar nama negara Argentina, maka salah satu yang hal yang terbesit di dalam benak masyarakat umum adalah kehebatan para atlet, serta track record olahraga sepak bolanya yang gemilang.

Kemenangan yang diraih Argentina pada Piala Dunia di Qatar pada tahun 2022 lalu, pamor para atlet, seperti Lionel Messi, dan titel sebagai pemegang peringkat satu sepak bola dunia menurut Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) per Juni 2023.

Dari pencapaian-pencapaian tersebut, dapat dikatakan bahwa Argentina adalah sosok superpower di bidang olahraga sepakbola.

Akan tetapi, pada saat yang sama kondisi perekonomian Argentina tidak mengikuti titel s uperpower tersebut. Dikutip dari Financial Times , per tahun 2023, kondisi perekonomian Argentina sedang mengalami inflasi yang melewati 100%, ancaman devaluasi terhadap mata uang dan krisis terburuk dalam dua dekade terakhir

Argentina juga mencari berbagai pinjaman ke luar negeri demi menjaga stabilitas ekonomi negara. Tahun lalu, Argentina mengajukan pinjaman sebesar $44 Miliar dolar dari International Monetary Fund. Selain itu, cadangan ( reserves ) dollar Argentina yang menipis membuat Argentina beralih menggunakan Renminbi untuk membayar produk impor dari China.

Diketahui, Argentina dan negara-negara Amerika Selatan lainnya sedang mengalami penurunan cadangan dollar drastis yang dipicu oleh penurunan ekspor produk-produk agrikultur akibat kemarau panjang yang terjadi.

Ini bukan kali pertama distabilitas dan ancaman krisis melanda ekonomi Argentina. Pada 50 tahun terakhir saja, Argentina telah mengalami tiga kali hiperinflasi pada tahun 1975, 1989 dan 1990, serta krisis akibat hutang yang tinggi pada tahun 2001 dan 2008 dan tahun 2020. Dengan demikian, kondisi ekonomi Argentina sudah tidak baik-baik saja sejak lama.

Ironisnya, Argentina sempat tercatat dalam sejarah sebagai salah satu negara non-Eropa (selain AS) yang diproyeksikan akan memiliki titel negara maju ( developed country ) pada awal Abad ke-20 (tahun 1900-an).

Pada awal-awal tahun 1900-an tersebut, Argentina masuk ke dalam 10 besar ekonomi terkaya dunia dan menjadi rival langsung dari Amerika Serikat dalam segi perekonomian. Dikatakan, bahwa saat orang-orang miskin dari Eropa ingin mengadu nasib di benua lain, pilihan mereka ada dua, yakni ke New York atau Buenos Aires.

Banyak ungkapan-ungkapan yang beredar mengenai masa keemasan ekonomi Argentina tersebut, seperti Rich like an Argentine atau kaya seperti orang Argentina dan Argentina Potencia atau kekuatan Argentina. Singkatnya, Argentina digadang-gadang akan menjadi negara maju dan kaya.

Dilansir dari Theeconomicstandard , pada masa keemasan ekonomi Argentina, fenomena-fenomena di bawah berikut terjadi pada negara Argentina:

1.Peningkatan populasi dari 3.3 juta penduduk pada tahun 1890 menjadi 7.5 juta pada tahun 1913 (pertumbuhan rata-rata penduduk 3.5%), hampir separuh dari peningkatan ini merupakan imigran asal Eropa.

2.Persentase foreign capital meningkat dari 32% menjadi 48% pada kurun waktu 1900-1913, membuat Argentina menjadi negara paling disukai atau favorable untuk investasi asing.

3.Memiliki pendapatan per kapita yang sama dengan AS. Diketahui, menjelang tahun 1930-an, Argentina, AS, Australia dan Kanada menjadi salah satu negera terkaya dengan pendapatan per kapita sekitar $5,000.

4.Argentina menjadi salah satu eksportir sereal dan daging terbanyak (7% dari total perdagangan dunia), GDP Argentina mewakili 50% GDP dari seluruh negara Amerika Latin pada tahun 1913, dan gaji rata-rata pekerja di Buenos Aires lebih tinggi 80% daripada Paris.

Demikian kayanya Argentina pada saat itu untuk dapat menyalip pendapatan negara-negara Eropa dan menjadi negara terkaya di kawasan Amerika Latin. Sehingga, sangat ironis jika ekonomi Argentina saat ini yang penuh kekacauan dengan krisis dan resesi, dibandingkan dengan kekuatan ekonominya seratus tahun yang lalu.

Tidak salah jika Steven Kuznets memasukkan Argentina ke dalam katagori yang unik, disamakan dengan Jepang yang berkebalikan dengan Argentina, dari hancur menjadi maju.

Mengingat ekonomi Argentina yang saat ini cukup terpuruk, muncul pertanyaan: Apa penyebab dari kejadian fall from grace runtuhnya ekonomi Argentina dari menjadi calon-calon superpower seperti AS dan kemudian menjadi negeri penuh krisis ?

Menurut sebuah artikel berjudul The rise and fall of Argentina tulisan Rok Spruk (2019), diketahui bahwa faktor utama dari penurunan ekonomi Argentina adalah karena instabilitas politik dan campur tangan berlebih pemerintah (yang tidak efektif) dalam ekonomi dan politik Argentina. Sedikit tentang politik domestik Argentina. Argentina menjadi sebuah federasi pada tahun 1862.

Perkembangan Argentina menjadi sebuah negara tidak lepas dari konstitusi 1853 yang mengarahkan Argentina dari kondisi anarki pascakolonialisme Spanyol, menjadi negara yang lebih tertata dan terstruktur untuk dapat menunjang perkembangan ekonomi.

Dengan jaminan konstitusi tersebut, check and balances berjalan dengan lancar di Argentina, sehingga melahirkan iklim baik untuk perkembangan.

Namun, pasca tahun 1930, Argentina diserang oleh instabilitas politik akibat dari berbagai kudeta yang terjadi.

Pertama adalah Kudeta oleh militer Argentina pada tahun 1930. Kudeta ini, memaksa perubahan kebijakan ekonomi dan politik domestik untuk mundur.

Dengan berkurangnya kebebasan ekonomi dan politik, intervensi negara secara aktif pada pemilihan umum ( electoral fraud ) tanpa memperhatikan efek negatif jangka panjangnya ke sektor perekonomian.

Rezim militer melarang partai politik, menghentikan sementara Konstitusi 1853, serta meregulasi dan mengintervensi langsung produksi daging, sereal dan produk-produk ekspor utama Argentina, intervensi langsung ini mengurangi kemampuan ekonomi negera untuk dapat melakukan produksi secara efisien.

Kembali terjadi kudeta oleh militer pada tahun 1943. Kudeta ini menjadi tangga bagi Kolonel. Juan Peron untuk menggapai tampuk kekuasaan di Argentina. Pada 1946 Juan Peron berhasil terpilih menjadi presiden dengan dukungan kuat dari masyarakat Argentina karena membawa pandangan populis.

Namun, Peron juga dinilai merusak perekonomian Argentina melalui serangkaian kebijakan yang melemahkan kepastian hukum dan stabilitas ekonomi politik di Argentina.

Peron melakukan reformasi ekonomi dengan melakukan berbagai nasionalisasi, mengesahkan regulasi yang menganggu hak-hak kepemilikan properti. kebebasan membuat kontrak (ekonomi), penetapan harga oleh pemerintah, dan kebijakan lainnya yang membatasi perkembangan ekonomi yang meningkatkan inflasi dan instabilitas ekonomi Argentina.

Lebih dari itu, Peron melakukan berbagai cara untuk mempermudah kebijakannya denga memasukkan orang-orang Peron ke Komisi Yudisial. Tidak hanya itu, orang-orang atau politisi yang dianggap kontra dengan kebijakan Peron akan dipenjarakan.

Pasca Peron tumbang (yang kemudian naik lagi pada tahun 1970-an), terjadi berbagai naik turun pemerintah yang berkuasa di Argentina. Kudeta terakhir terjadi pada tahun 1976 untuk menumbangkan kembali rezim Peron. Totalnya terjadi enam kali kudeta pada pemerintah Argentina dalam kurun waktu 1930-1976.

Menurut Manzetti (1993) dan Arceneaux (1997) pada The rise and fall of Argentina , instabilitas politik domestik akibat serangkaian kudeta inilah yang menyebabkan penurunan perekonomian Argentina.

Ekonomi Argentina ambruk dari hampir menjadi negara maju, malah jatuh menyandang status negara berkembang seperti sekarang ini. Benang merah dari kejatuhan ini adalah instabilitas politik yang menghasilkan ketiadaan institusi dan supremasi hukum yang kuat untuk dapat menopang perkembangan ekonomi dan memberikan iklim pertumbuhan ekonomi yang baik.

Pasca kudeta terakhir, hingga dekade pertama Abad ke-21, ekonomi Argentina belum kunjung membaik. Argentina memiliki utang luar negeri yang cukup tinggi akibat dari pinjaman masif pemerintahan pascakudeta 1976 dan Perang Falkland melawan Inggris pada tahun 1982. Pada tahun 2001, Argentina mendeklarasikan default dan gagal membayar utang 160 miliar dollar.

Melompat ke awal dekade ketiga Abad ke-21, ekonomi Argentina masih terpuruk. Argentina kembali menyatakan default karena gagal membayar utang 324 miliar dollar, inflasi pada tahun 2023 yang melewati 100%, cadangan dollar ( reserves ) yang menipis.

Keterpurukan ekonomi ini berasal dari Pandemi COVID-19 pada awal tahun 2020 dan Perang Rusia-Ukraina pada 2022 kemarin yang mempersulit kondisi ekonomi Argentina.

Dengan demikian, pemerintah Argentina memiliki PR besar untuk memperbaiki keadaan ekonomi, dan membangkitkan kembali ekonomi Argentina ke marwah awalnya seperti pada awal tahun 1900-an lalu sebagai salah satu negara terkaya di dunia.

Penulis: Muhammad Meiza Fachri
Topik Menarik