Pernah Bangkrut, Banyak Utang, Kini Sering Naik Haji
RADAR JOGJA Perjuangan Suparno, owner Mie Ayam pak No asal Gunungkidul membalikkan status ekonomi hingga 100 derajat patut diacungi jempol. Setelah urusan duniawi aman, target berikutnya fokus urusan akhirat. Apa kiat suksesnya?
GUNAWAN, Gunungkidul, Radar Jogja
Suparno bersama keluarga, tinggal di Padukuhan Seneng, Kalurahan Siraman, Kapanewon Wonosari. Bagian depan rumahnya digunakan untuk usaha kuliner mie ayam. Ruang belakang dijadikan rumah produksi mie sekaligus hunian tetap.
Mi Ayam Pak No, kini sudah buka cabang di berbagai kota. Selain itu juga memiliki sejumlah aset penting lainnya. Jadi, sekarang boleh dibilang urusan duniawi dia sudah tidak pusing lagi. Bahkan, dua anaknya yakni, Anjar Agus Cahyani dan Aji Cahyono, bulan ini berangkat haji.Saya dan istri dua kali haji dan dua kali umrah, kata Suparno ketika berbincang-bincang dengan Radar Jogja kemarin (31/5).
Menurutnya, kemudahan hidup yang dinikmati sekarang karena usaha keras dan doa yang tak terputus. Beda cerita dalam sinetron telenovela, di mana seorang tokoh mendapat rezeki melimpah ruah tak disangka-sangka.Butuh perjuangan, dan memegang prinsip hidup kuat-kuat. Prinsip saya hidup mandiri, jangan jadi beban orang lain, tegasnya.
Sebagai anak yang terlahir bukan dari keluarga berada, semangat Suparno mengubah nasib terlihat sejak awal. Kala itu mencoba usaha mie ayam keliling di Wonogiri, Jawa Tengah. Ibunya menangis melihat barang dagangan sisa banyak.Tapi saya biasa saja, namanya juga jualan ya begitu. Tapi ibu mungkin kasihan (melihat) dagangan tidak laku, ucapnya.
Tak ingin melihat ibundanya larut dalam kesedihan, Suparno memilih pamit dan hijrah ke Semarang, Jawa Tengah. Di Kota Jamu itu, dia tidak berubah haluan dan tetap menggeluti kuliner mi ayam.Dan benar, saya jatuh bangkrut bahkan punya hutang di mana-mana, kenangnya.
Sadar diri namun tidak mau menyerah, Suparno melarikan diri ke Jakarta. Mengingat tidak memiliki keahlian khusus dirinya terjun ke dunia proyek bangunan menjadi kuli. Meski tenaga dan pikiran terkuras, pihaknya tetap semangat.Saya menabung uangnya dan rajin membayar hutang, jelasnya.
Rupanya Jakarta bukan singgahan terakhirnya. Suparno lantas kembali ke Kota Semarang dan memutuskan meminang seorang wanita bernama Partini. Energi positif usai menikah nampak nyata.Saya jualan mie ayam lagi. Iya memang itu keahlian saya mau apa lagi saya tekuni, bebernya.
Setelah hutang berangsur surut, orientasi hidup keluarga kecil mulai mengarah ke Tuhan semesta alam. Uang hasil keuntungan jualan mi ayam terus ditabung dan tidak pernah diambil hingga bertahun-tahun.Memang saya niatkan berangkat haji waktu itu, ungkapnya.
Bagi dia, uang tabungan itu dianggap tidak ada. Sampai-sampai dari pihak bank menghubungi dan mengabarkan bahwa biaya pemberangkatan haji sudah terealisasi. Dari cikal bakal inilah dikemudian hari seluruh anggota keluarga akhirnya bisa terjadwal menunaikan rukun Islam kelima.Kami sebenarnya asli Wonogiri. Tapi dengan pertimbangan prospek bisnis, memilih tinggal di Gunungkidul, paparnya.
Apakah ketika awal menapaki tanah kabupaten berjuluk Handayani ekonomi keluarga sudah aman? kata dia belum. Di tahun 90an mengontrak dekat Pasar Argosari Wonosari. Rumah kecil namun gairah mengejar kesuksesan terus menyala.Dari sini pelan-pelan hidup mulai tertata. Walau bukan ahli agama saya kan, umat Islam kalau bisa kenapa menunda berangkat haji, ucapnya.
Dari hasil jualan mie ayam keliling, uang terus dikumpulkan. Perkembangan bisnisnya mulai moncer. Ketika anaknya masih SMP sudah dipesan tiket berangkat ke tanah suci Mekah. Suparno tidak tau yang penting menabung dan ternyata masuk ONH plus.Insya Allah bulan ini berangkat mohon doanya, jelasnya.
Dia kemudian terlihat menghela nafas panjang ketika ditanya mengenai target hidup ke depan. Bagi dirinya, saat sekarang terpenting adalah mendapatkan kedamaian dan keberkahan dalam hidup.Keluarga besar sakinah mawadah dan warohmah. Kami juga berupaya maksimal membantu sesama, ujarnya.
Sementara itu, anak keduanya, Aji Cahyono mengaku siap berangkat haji bersama dengan kakaknya. Warga yang tinggal di sebelah selatan perempatan Tegalsari (Galri) ini tengah menyiapkan jasmani dan rohani.Kami niatkan berangkat haji untuk ibadah hanya kepada Allah SWT, kata Aji Cahyono. (gun/din)