VOC Krisis, Gubernur Jenderal Korupsi dan Lakukan Pencucian Uang
RADAR JOGJA Hubungan Mataram dengan VOC memburuk. Insiden tewasnya Kapten Franncois Tack di depan Istana Kartasura membuat komunikasi politik kedua pihak terputus. Kompeni menganggap Susuhunan Amangkurat II bukan lagi mitra koalisi politiknya.
Di tengah buruknya hubungan itu, antara Mataram dan VOC tengah menghadapi satu persoalan serius. Sama-sama sedang menghadapi krisis ekonomi. Mataram terjerat utang yang menggunung dengan VOC. Upaya keluar dari krisis tengah dipikirkan Sunan. Ada dua pilihan. Pertama, menempuh rekonsiliasi dan melunasi seluruh utang kerajaan. Kedua, membiarkan utang itu tidak terbayar. Konsekuensinya, Mataram menempuh politik konfrontasi. Berhadapan dengan Kompeni.
Sama seperti Mataram, krisis ekonomi juga membayangi VOC. Kongsi dagang Belanda itu menghadapi situasi sulit usai Gubernur Jenderal Cornelis Speelman meninggal pada 11 Januari 1684. Selama menjabat, Speelman diketahui melakukan serangkaian korupsi. Menyalahgunakan kewenangan.
5 Fakta Sri Mulyani Soal APBN Berantakan
Sebenanya masa jabatan Speelman tidak lama. Hanya tiga tahun. Dari 1681 sampai dengan 1684. Di bawah kepemimpinan Speelman kinerja keuangan VOC terus menurun. Penjualan tekstil merosot hingga 90 persen. Monopoli candu berjalan tidak efektif. Para pedagang swasta dibiarkan melanggar monopoli VOC.
Dari sekian kemunduran itu, yang paling parah Speelman ketahuan menggelapkan sejumlah dana. Nilainya cukup besar. Setahun kemudian pada 1685, VOC menggelar audit investigasi. Semua harta peninggalan Speelman disita.
Meski dcmikian, tim auditor menghadapi kendala. Banyak dana yang tidak terlacak. Itu karena Speelman diyakini melakukan pencucian uang. Bentuknya dengan menyelundupkan harta kekayaan ke Belanda. Antara lain dikemas dalam bentuk permata.
Petunjuk awal korupsi Speelman bermula dari kecurigaan penyelenggaran upacara pemakamannya yang tergolong mewah. Menelan anggaran 131.400 riksdalders. Ini menandai awal kacaunya administrasi keuangan VOC di Batavia. Speelman memerintah semaunya sendiri.
Kembali ke hubungan Batavia-Mataram, Amangkurat II berusaha mencairkan keadaan. Khususnya menyangkut tuduhan keterlibatan eliteMataram di balik tewasnya Kapten Tack. Kompeni mencurigai pejabat-pejabat Mataram sengaja berkolaborasi dengan Untung Suropati. Mereka berkoalisi menyerang pasukan VOC yang tengah memburu Untung.
Atas kejadian itu, Sunan menyurati VOC. Isinya mengklarifikasi peristiwa tersebut. Sunan menegaskan tidak terlibat dalam insiden berdarah. Namun tak seorang pun pejabat Kompeni percaya dengan alibi Amangkurat II.
Tak lama berselang, VOC menemukan surat-surat Sunan yang dikirim ke beberapa kerajaan. Raja Mataram itu tengah membangun aliansi dengan banyak kerajaan melawan VOC. Surat-surat itu ditulis sebelum tewasnya Tack di Kartasura.
Sunan diketahui menjalin kontak dengan tokoh asal Minangkau Raja Sakti. Dia punya nama asli Ahmad Syah bin Iskandar. Jejak rekamn Raja Sakti mengancam Banten dan VOC di Sumatera. Amangkurat II juga menyurati Kasultanan Cirebon pada 1686 dan Siam pada 1687. Hubungan serupa dijalin dengan Palembang dan Johor.
Tidak cukup itu, raja Mataram yang masa mudanya bernama RM Rahmat itu juga minta bantuan ke Inggris. Beredar isu pada 1686-1689 muncul gerakan besar-besaran melawan VOC. Belanda percaya gerakan itu dibangun atas dasar sentimen Islam terhadap hal-hal yang berbau asing.
Kompeni tidak ingn perang kembali berkecamuk di Jawa. Mereka menyadari sedang dalam posisi lemah. Krisis keuangan berimbas dan turunnya kekuatan bersenjata VOC. Tenaga outsourcing di bidang keamanan tinggal 800 personel.
Sebaliknya, berperang melawan VOC secara politik juga kurang menguntungkan bagi Amangkurat II. Saat bersamaan perpecahan tengah mengintai Mataram. Untung Suropati meninggalkan Kartasura dan membangun kekuatan di Jawa Timur.
Pusat kekuasaannya berada di Pasuruan. Lambat laun wilayahnya melebar hingga memasuki daerah Mataram. Beberapa elite Mataram seperti Patih Nerangkusuma mengajukan pensiun dini. Orang kepercayaan Sunan yang berperan dalam pembangunan ibu kota negara (IKN) Kartasura mundur dari jabatan aparatur sipil Mataram (ASM).
Nerangkusuma memilih bergabung dengan Untung Suropati di Pasuruan. Posisi patih yang semacam perdana menteri itu menjadi lowong. Mundurnya Nerangkusuma sebelumnya tak pernah terpikirkan dalam benak Amangkurat II. (laz)